Part 18: Ternyata Wak Neni Pinjam Online

880 56 2
                                    


Aku dan Bang Jul tengah bersiap untuk pergi ke rumah Wak Neni untuk bantu-bantu Rewang, karena besok acara pernikahan Rena akan dilaksanakan. Setelah terakhir kali Wak Neni minta transfer, mereka tidak lagi mendesak Bang Jul untuk membantu biaya pernikahan, Rena. Mungkin sudah ada yang menutupi kekurangannya, atau tidak calonnya Rena. Karena, kata Wak Neni calonnya Rena seorang pengusaha.

[Jul, sebelum ke sini tolong belikan bolu lapis empat kotak yang di lampu merah ya!]

Aku mendesah pelan membaca pesan dari Wak Neni.

"Bang ada pesan dari Wak Neni!" ucapku sembari duduk menghadap meja rias, sementara Bang Jul tengah sibuk mengancingkan kemejanya.

"Apa katanya?"

"Wak Neni minta dibelikan bolu lapis empat kotak yang ada di lampu merah."

"Oh," balas Bang Jul singkat.

Entah kenapa untuk urusan sekecil ini pun harus Bang Jul? Apa aku yang terlalu merasa Bahwa Bang Jul dimanfaatkan oleh keluarganya sendiri?

Usai merias diri dengan polesan bedak natural dan memasangkan kerudung coksu di kepalaku, aku segera masuk ke kamar Al untuk membantu Al memakaikan bajunya.

***

Sekarang kami sudah siap berangkat ke rumah Wak Neni, tidak lupa berhenti di toko bolu untuk membeli pesanannya.

Jalanan tidak terlalu macet seperti biasanya karena bukan jam kantor. Hari ini Bang Julian sengaja tidak masuk kerja karena ingin datang kerumah Uwak.

Begitu melihat mobil Bang Jul memasuki halaman, Wak Neni tersenyum semringah, aku melihatnya dari balik jendela kaca mobil.

"Ada pesanannya, Uwak?" tanya Wak Neni tak sabar saat aku dan Bang Jul baru menginjakkan kaki ke halaman.

"Ada, Wak," jawab Bang Jul sembari hendak menyambut tangan Wak Neni.

"Mana?"

Bang Jul melihat ke arahku memberi kode untuk mengambil bolunya.

Dengan semangat Wak Neni langsung mengambil bolunya dari tanganku, lalu melangkah masuk ke rumah dengan langkah lebar-lebar.

Aku hanya bisa menghela nafas, seakan kehadiran kami, tak lebih penting dari pada bolu yang kami bawa.

Aku dan Bang Jul pun menyusul masuk. Terlihat Rena tengah membagikan pakaian seragamnya.

"Wah baju seragamnya cantik banget, Ren," puji Teh Santi.

"Iya dong, Teh siapa dulu yang pesanin," jawab Rena sambil tersenyum lebar.

Rena membagikan baju seragamnya ke semua anggota keluarga.

"Ini buat Bang Jul!" Tangan Rena terulur menyerahkan sepotong kemeja panjang dengan warna biru langit.

"Buat Teh Dela mana?" tanya Bang Jul melihat hanya kemeja saja yang diberikan, Rena.

"Duh, maaf ya Bang, Teh buat Teh Dela-nya gak ada kemarin uangnya gak cukup," jawab Rena.

"Iya, Jul lagian kamu nyumbangnya cuma segitu," timpal Teh Kinan.

Jujur ada perasaan sesak menerima perlakuan mereka, padahal selama ini aku tidak pernah melarang Bang Jul untuk membantu keluarga Wak Neni.

Kulihat Bang Jul hanya menghela nafas. "Ya sudah kalau begitu, biar Abang juga gak usah pake seragam!" ucap Bang Jul menyerahkan kemejanya kembali.

"Kok gitu sih, Bang?" tanya Rena dengan wajah cemberut.

"Abang gak perlu seragam, kalau istri Abang gak ada percuma,"

KELUARGA SUAMIKU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang