Kay's pov
Aku mengesampingkan fobiaku untuk berjalan menelusuri rumah sakit di malam hari dan juga seorang diri. Jam di tanganku sudah menunjukkan pukul 22.10. Perjalanan panjang dan macet yang cukup menyiksaku. Rasanya begitu khawatir.
Aku berlari mencari ruangan yang di singgahi oleh Sherly. Setelah menemukan ruangan itu, aku langsung membuka pintunya dan melihat Sherly-ku terbaring lemah. Kedua matanya tertutup sempurna, mungkin pengaruh obat.
"Kay, kamu darimana?" Ibu datang menghampiriku, dan aku langsung mencium tangannya.
"Dari Jakarta bu."
"Yaampun.. Ini udah malem Kay. Kamu kesini malem-malem gini?"
"Iya tadi dikabarin terus langsung aja kesini."
"Yaampun Kay. Ati-ati ah kalo malem."
"Iya bu, tenang aja. Sherly gimana bu?"
"Ya kaya gitu. Kakinya aja yang lebih parah. Kalo yang lain aman. Tadi udah di rontgen juga. Besok baru ketemu lagi sama dokternya buat baca hasilnya." Mataku langsung menatap sedih ke arah kaki kanannya. Terlihat sangat besar. Jauh dari kaki normalnya.
"Udah dapet obat?"
"Tadi dapet penenang sama penghilang rasa sakit. Soalnya dia kesakitan terus."
Aku pun langsung berjalan mendekat ke arahnya. Mengamati wajahnya, mencari sesuatu yang berbeda dari Sherlyku.
Aku mengusap pelan wajahnya, dan dia terbangun.
"Hey.." Sapaku melihatnya setengah mengerjapkan matanya.
"Kay?" Dia lebih terdengar seperti bergumam.
"Syukur deh.. Masih inget aku. Aku kira kamu lupa." Aku ingin mengalihkan rasa sakitnya. Andai aku bisa menggantikan posisinya saat ini. Melihatnya seperti ini membuatku seperti kehilangan semangat. Dia pun seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi tertahan.
"Udah, kamu tidur aja. Aku udah disini kok." Kataku sembari menggenggam tangannya. Tak sampai hitungan detik, dia menutup matanya dan sudah tidak sadarkan diri lagi. Aku pun memutuskan untuk duduk di samping ranjangnya saja. Menjaganya.
Seperti mimpi rasanya mendengar ada yang merintih menahan sakit. Aku pun langsung tersadar dan menemukan Sherly tengah meringis kesakitan. Ku lihat jam di dinding menunjukkan pukul 02.30 dini hari. Aku langsung menekan tombol bantuan suster.
"Sakit Kay.." Butiran bening pun mulai berjatuhan. Aku tidak bisa membayangkan betapa sakitnya yang dia rasakan.
"Sabar ya.. Aku udah manggil suster kok. Bentar lagi dateng buat ngilangin sakit kamu." Aku mengelap butiran-butiran yang mulai membanjiri wajahnya.
Tak berselang lama seorang suster masuk dan langsung menyuntikkan sesuatu di tubuhnya. Aku sampai benar-benar tidak tega. Ingin rasanya segera menggantikan posisinya.
Sherly sudah lebih tenang, berangsur-angsur dia mulai kembali terlelap. Aku mengecup pucuk tangannya, kemudian membisikkan selamat tidur untuknya. Dia pun tersenyum dalam tidurnya, membuatku sedikit lega.
Semoga besok dia jauh lebih baik lagi.
**
Aku terbangun saat mendengar suara yang cukup gaduh. Ku lihat Sherly sudah tidak berada di ranjangnya, membuatku langsung bangun dan mencarinya.
"PAgi Kay jelek." Sapa suara yang ku kenal itu. aku pun langsung membalikkan badanku.
"Kamu bikin aku kaget aja. aku pikir kemana." Aku langsung membantu ibu untuk memapahnya menuju ranjangnya kembali.

KAMU SEDANG MEMBACA
imposibble (girl x girl)
RandomKarena hati hanya mampu memendam rasanya sendiri... menebak sesuatu yang hanya menjadi harap dan karena kepastian yang menjadi tidak pasti adalah permasalahan kedua hati "semoga kamu bahagia" ..... *kay*