Putri's pov
Sudah seminggu Sherly tidak masuk sekolah, dan yang ku dengar dia dibawa ke Jakarta oleh Kay. Aku tidak sabar untuk bisa bertemu Sherly, mencoba ide gila Rida untuk bisa berbicara dengan Kay melalui Sherly. Semoga saja kali ini berhasil.
"Sherly..!" Semua teman-temannya heboh dan langsung bergerumun ke arahnya.
Kay. Dia kembali ada untuk Sherly. Kay mengantar Sherly hingga ia duduk di kursinya. Aku hanya bisa mengamati pemandangan itu dari jauh. Sesaat Kay menangkap pandanganku, aku berusaha tersenyum ke arahnya, tapi secepat kilat juga dia kembali beralih ke Sherly. Dan seterusnya hanya pada Sherly.
Aku tidak ingin membicarakan masalah Kay di sekolah. Biar saja nanti aku akan ke rumah Sherly agar lebih leluasa.
Jam pulang sekolah pun, kembali aku melihat sosok Kay tengah menunggui Sherly di depan kelasnya. Dan ternyata itu berlanjut selama seminggu, selama Sherly masih butuh pegangan untuk berjalan. Dan Kay menjadikan dirinya sebagai pegangan untuk Sherly.
Tepat di akhir wekend, aku melihat Kay yang duduk di depan kelas Sherly dengan headset di telinganya. Aku sengaja memperhatikannya dari jendela kelas agar lebih jelas. Dari sini pandanganku tidak mudah teralihkan oleh apapun. Hanya untuk Kay.
Rambutnya lebih panjang dan berantakan dibanding saat acara weeding. Wajahnya terlihat lesu, tubuhnya pun lebih kurus. Bahkan kaos yang ia kenakan, sedikit kedodoran. Jelas itu bukan kebiasaan Kay. Secuek apapun dia mengenai tampilan, dia tau bagaimana memanjakan tubuhnya agar terlihat pantas. Lingkar matanya lebih terlihat jelas meskipun ia sudah mengenakan kacamata. Dan tiba-tiba saja ia seperti tengah menahan sakit. Kerut di dahinya begitu terlihat jelas. Butiran keringat pun mengalir dari sela rambutnya. Dia memegangi kepalanya hingga menunduk.
Tak ada seorang pun yang menolongnya. Dia seperti orang kesetanan memegangi kepalanya sendiri. Aku yang panik langsung meminta ijin ke toilet pada guru. Dan saat aku keluar, sudah ada Sherly di samping Kay. Yeah, aku terlambat lagi.
Sherly memijat pelan kepala Kay yang menyandar di dadanya. Membuat air mata ini kembali mendesak keluar. Ternyata benar-benar menyakitkan rasanya. Walaupun semua memang sudah terlambat. Penyesalan selalu berada di akhir cerita bukan?
Aku tengah mengalaminya. Dan percayalah, ini tidak akan membuatmu dapat tidur nyenyak sampai si dia bisa mengerti penyesalanmu.
**
2 minggu setelahnya, Kay sudah tidak lagi mengantar Sherly. Sebenarnya sudah sejak seminggu ini. Kondisi Sherly sudah jauh lebih baik. Lihatlah, siapa yang jauh lebih beruntung memperoleh perhatian dari Kay.
"Sher, gue boleh minta foto-foto weeding kakak lo?"
"Buat apa?" Tanyanya dengan wajah bingung.
"Buat koleksi gue dong.. Kan gue juga mau kali Sher."
"Hemm.. Gimana ya?" Wajahnya sudah mulai berubah usil.
"Ayo dong Sher.. Please.. Mamah kan juga pengen liat gue."
"Mamah? Bukannya mau nyari yang lain?" Sindirannya itu sukses membuatku gugup.
"Ya emang mamah ko. Gimana?" Sherly pun tertawa melihat tampang bodohku.
"Iya iya. Yaudah lo ke rumah aja. Soalnya semua ada di album."
"Yaampun.. Dibawa aja bisa kali Sher yang ada guenya."
"Enak aja.. Yang butuh siapa? Samperin dong.." Aku pun mendengus kesal.
"Iya iya. Yaudah, siang ini gue ikut lo deh, gimana?"
![](https://img.wattpad.com/cover/30105838-288-k632589.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
imposibble (girl x girl)
AcakKarena hati hanya mampu memendam rasanya sendiri... menebak sesuatu yang hanya menjadi harap dan karena kepastian yang menjadi tidak pasti adalah permasalahan kedua hati "semoga kamu bahagia" ..... *kay*