Jangan Pergi Kay

1.9K 99 8
                                    

Kay's pov



Aku menutup mataku dan menghirup sebanyak mungkin oksigen yang ada di sekkitarku. Suara gemercik air semakin membuatku merasa nyaman dalam sakitku. Yah, sakit ini nyatanya masih belum benar-benar hilang. Masih terasa dan semakin nyata saat aku mulai menginjakkan kaki di tempat ini lagi. Tempat yang menyimpan jutaan kenanganku bersamanya.

Pada kenyataannya, aku masih terlalu lemah dengan kenangan. Aku masih kalah dengan adanya kenangan yang menyakitkan ini. Di tempat inilah, dulu aku selalu menghabiskan hariku pasca hari itu. Hari dimana dia benar-benar menghepasku dengan sangat keras. Meruntuhkan segala pertahanan yang selalu berhasil ku bangun kembali.



"Happy birthday to you.. happy birthday to you.." Aku langsung menengok ke belakang saat mendengar suara itu menyanyikan lagu happy birthday. Dan aku menemukan sosoknya nyata dihadapanku sekarang dengan jarak hanya beberapa centi saja denganku.



"happy birthday..happy birthday.. happy birthday to you.." dia tersenyum dengan sebuah tart blackforest di tangannya. Perlahan dia mendekatiku, berusaha menghabiskan jarak diantara kami.


Sementara aku? Hanya diam mematung melihatnya. Entah apa yang aku rasakan kembali, satu sisi aku senang melihat sosoknya lagi, sisi lain, sakit ini terasa jauh lebih nyata ku rasakan kembali.



"selamat ulang tahun Kay.. walaupun terlambat ya.." ucapnya dengan senyum yang selalu berkembang. Sorot matanya teduh menggambarkan bahwa "Putri-ku"lah yang kini ada di hadapanku. Mataku sudah memanas melihat ini. Beruntung aku mengenakan kacamata hitam sehingga dia tidak perlu menatap langsung mataku. Aku masih diam, tidak bergerak sedikitpun. Hanya suara angin beradu air yang menyuarakan tempat ini.


Putri menghela nafas, lalu kemudian menaruh kue itu pada sebuah batu yang cukup besar dan lapang sehingga kue itu aman di tempatnya. Dia kemudian membetulkan posisi duduknya tepat di depanku, mencoba mendapatkan kenyamanan. Meski gerak tubuhnya justru menggambarkan kegelisahan.



Sherly. Nama itu langsung melintas di benakku. Benar saja, ada yang dia sembunyikan sejak kemarin. Dan inilah jawabannya. Sekarang aku tau betul alasannya mengajakku kesini, mengajakku kembali ke kota ini. Ada rasa kecewa yang langsung menyeruak ke dalam hatiku. Aku tidak menyangka dia akan berani melakukan ini. Berani untuk membuka luka yang begitu susah payah sudah ku tutup.



"Apa kabar Kay?" aku masih terus menatapnya tanpa sedikitpun berniat untuk bersuara.


"Maaf aku harus seperti ini. Maaf harus dengan cara begini aku buat ngomong sama kamu."


Kerutan di dahinya menjelaskan bahwa dia tengah gugup dan belum bisa rileks untuk berbicara denganku. Aku memutuskan untuk diam bukan karena aku memang ingin berbicara dengannya. Tapi lebih kepada aku ingin menyelesaikan apa yang sudah direncanakan oleh Sherly.

"Kay.. maaf untuk semuanya." Dia berusaha meraih tanganku tapi kali ini aku ingin membiarkannya.


"Maaf aku harus nyakitin kamu supaya kamu pergi dari hidupku. Supaya kamu dengerin aku. Aku gak tau lagi gimana caranya biar kamu mau dengerin aku untuk pergi."



"Kay.." Putri menggenggam erat tanganku, seolah takut aku akan kembali menghempasnya.


"Maafin aku.. Please.." Butiran bening itupun kembali ku lihat jatuh membasahi pipinya.

Darahku mendidih, tubuhku menegang. Dilema besar menghantam keras diriku. Ingin rasanya aku menghapus butiran bening itu. Ingin rasanya aku berkata berhentilah menangis. Di sisi lain, aku begitu membenci diriku yang ternyata masih saja terpengaruh olehnya.



Putri menatap lekat mataku yang masih tertutup kacamata.


"Dulu.. Aku salah, aku ngelakuin hal terbodoh dalam hidupku dengan ngelepas kamu. Ngelepas orang yang berarti dalam hidup aku." Katanya dengan terbata.

imposibble (girl x girl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang