the wedding (1)

1.8K 87 1
                                    

Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 16.00 wib, sementara acara akad akan dimulai pada pukul 18.30, dan aku harus sudah tiba disana pukul 17.30 agar Sherly tidak sampai mengamuk dan mulai menggigitku dengan sadisnya. Aku memutuskan untuk mengistirahatkan badan dengan tiduran selama 30 menit. Tapi tentu saja aku tidak hanya sekedar tiduran. Sebuah TAB sudah melekat di tanganku untuk mengontrol pembangunan sebuah perumahan yang dibawahi oleh bisnis property papah. Aku diikutsertakan dalam bisnis papah karena papah yakin aku memiliki jiwa bisnis dan bukanlah orang yang pantang menyerah.

Aku memegang beberapa peran dalam bisnis papah ini, terutama di kota domisiliku saat ini, Jakarta. Aku membantu papah dalam mengambil beberapa rumah yang sebenarnya masih memiliki potensi tinggi untuk di jual kembali. Aku juga ikut serta dalam pengawasan pembangunan dan renovasi rumah khusus wilayah Jakarta, aku juga yang akan menghitung kisaran biaya yang perlu kami keluarkan untuk renovasi maupun pembangunan dan penjualannya.

Kesempatan ini tentu saja tidak aku sia-siakan begitu saja aku banyak mengambil ilmu sejak menjadi salah satu karyawan papah. Aku juga mendapatkan komisi yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawabku. Membuatku semakin bersemangat dalam melakukan pekerjaan ini. bahkan aku sudah mulai berpikir untuk membangun sebuah bisnis sendiri. Pajero sport hitamku ini memang sebuah kado yang diberikan oleh papah dan mamah di hari ulang tahunku, namun jangan salah. Separuh harga mobil ini adalah murni hasil jerih payahku sendiri sebagai karyawan papah. Maka dari itu aku sangat bangga dan menyayangi mobil tersebut.

**

Usai mengguyur seluruh tubuhku dengan shower, dering telepon sudah manantiku. Aku tersenyum membaca siapa si penelpon, "sunshine".

"Iya Sher..." jawabku langsung.

"Bangun Kay...!!!!!!!!!!!!!!!!" Teriaknya di sebrang sana sampai-sampai aku harus menjauhkan Hpku ini dari telingaku.

"Astaga Sherly.. lama-lama aku perlu ke THT kalo kamu teriak gitu terus di telepon." Keluhku yang membuatnya hanya tertawa kencang.

"Abisnya kamu pasti tidur. Aku udah nelponin kamu tau." Katanya dengan nada cemberut.

"Aku ini baru selese mandi Sher. Bukannya abis tidur. Ini aku baru mau siap-siap."

"Ya kirain. Yaudah bagus. Sana siap-siap terus cepet kesini. Bye Kay."

Tut..tut..tut.. dengan sopannya, Sherly sudah menutup teleponnya sebelum aku menjawab apapun.

Aku mulai menyibukkan diri dengan kostum yang akan ku kenakan pada acara akad nikah Mba Siska dan mas Arga. Mba Siska adalah kakak pertama Sherly. Tentu saja aku tidak akan tampil mengecewakan malam ini. aku sudah menyiapkan dua pakaian spesial untuk hari penting keluarga Sherly ini.

Aku memutuskan untuk mengenakan sebuah celana semi jeans berwarna hitam pekat dengan sebuah kemeja merah dengan model junkies yang memang sengaja ku keluarkan. Aku melengkapinya dengan sebuah sepatu berwarna coklat tua. Aku juga mengenakan gel rambut untuk lebih menata rambutku supaya tetap rapih dalam beberapa jam ke depan, sebuah jam swiss army coklat sudah pas melekat di tangan kiri, dan beberapa model gelang tali yang sudah ada sisi tangan lainnya. Aku sengaja menambah sebuah kacamata dengan frame tipis untuk menyempurnakan penampilanku malam ini. Memang tidak terlihat terlalu spesial, karena aku sudah mendiskusikan apa yang akan aku gunakan pada Sherly. Menurutnya untuk malam ini tidak perlu mengenakan jas atau lainnya karena acara hanya di rumah dan malam hari. Sedikit santai akan lebih baik, karena ia pun mengenakan pakaian yang sederhana saja.

Aku tidak banyak berdebat untuk masalah baju malam ini. justru perdebatan hebat kami masalah kostum adalah untuk hari esok, dimana pilihanku amat sangat ditentang oleh Sherly. Namun setelah melewati beberapa waktu, akhirnya ia mengalah dan memutuskan untuk aku tetap mengenakannya sesuai keinginanku. Sehingga untuk malam ini adalah murni pilihan Sherly.

imposibble (girl x girl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang