# Prolog

11.4K 274 14
                                    

#Prolog

"Apa kabar?"

"Baik, kamu?"

"Kaya yang kamu liat."

"Udah punya kebahagiaan sendiri ya."

"Kamu pun sama."

"I hope."

Keduanya terdiam dan sibuk dengan lamunan masing-masing. Sebuah pertemuan yang tanpa sengaja mempertemukan keduanya dalam sebuah moment. Kecanggungan masih sangat terasa dalam bahasa tubuh mereka.

"Kamu banyak berubah ya Kay.."

"Semua orang selalu berubah.."

"... termasuk kamu." Kata terakhirnya berhasil mempertemukan mata keduanya untuk sesaat. Berbagai kecamuk emosi jelas terlihat di mata Kay, begitupun Putri. Hanya saja emosi dari kedua pasang mata itu jelas berbeda. Salah satu merasa bersalah, dan satunya lagi penuh dengan kesakitan.

"Aku pergi." Kay beranjak dari duduknya.

"Kay.." Putri mencekal tangan Kay, menahannya agar tidak pergi, namun ia mengikuti bangkit dari duduknya.

"Aku.. Emm.. Kamu.." Kay melepaskan tangan Putri di lengannya. Membuatnya langsung menatap sedih pada Kay.

"Kamu yang melepaskan Put.."

"Aku.. Aku cuma ga siap."

"Sampai kapanpun kamu ga akan siap. Ini bukan masalah siap atau ga, tapi berani atau ga."

"Kay.. Aku ga sekuat kamu." Putrii terus berusaha menjangakau tangan Kay yang terus dihindarinya.

"Aku kuat pun karena kamu. Tapi kamu yang bikin semua jadi lebih sulit Put. Kamu yang menatap lurus ke depan tanpa menengok lagi ke aku yang ada di belakang kamu." Putri hanya terdiam, dia tidak lagi sanggup menatap mata Kay yang penuh dengan amarah kepadanya. Sementara Kay masih terus menatap ke arah Putri.

"Raih aja kebahagian kamu sendiri." Putri mendongak kaget mendengar pernyataan Kay. Ia tau jelas bahwa dia sudah terlambat. Hanya saja dadanya sudah terlalu sesak menahan kesakitan ini. Putri mengeratkan genggaman tangannya.

"Kamu?"

"Sejak kapan kamu mikirin perasaan aku? Bahkan saat kamu ngasih luka yang ga pernah sembuh pun kamu ga pernah sedikitpun mikirin perasaan aku." Suaranya seperti tertahan, tanpa terdengar emosi yang tinggi. Namun kalimat itu sukses membuat Putri hanya bisa terdiam, bahkan tatapan yang tadi sempat ia berikan, langsung ia alihkan kembali ke tanah. Sementara Kay langsung melangkah pergi tanpa lagi melihat ke belakang. Tanpa lagi tau bahwa seseorang yang ia tinggalkan sangat terpuruk dengan tangis yang membanjiri wajahnya dengan segala sesak di hatinya.

Keduanya hanya bisa terdiam dengan segala perasaan yang tak bisa di utarakan. Hanya perasaan yang selalu saja terpendam dan tak pernah bisa terungkapkan.

**

Hay.. Semoga pada suka sama prolog cerita ini ya..

Semoga bisa diterima dan di vote sebanyak-banyaknya buat lanjutin ke part berikutnya.

Selamat membaca readers.. :)

imposibble (girl x girl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang