#Kay's pov
2 hari sudah aku berada di rumah sakit. Putri belum juga menunjukkan kondisi yang membaik, dia masih terlelap dalam tidur panjangnya. Entah apa yang sebenarnya membuatnya betah untuk tidak kembali ke dunia nyata. Mungkinkah berada disana jauh lebih menarik?
Aku mengamati setiap inchi perubahan wajahnya. Sebelah tanganku menggenggam erat tangannya, berusaha untuk bisa menariknya kembali ke dunia nyata. Menyadarkannya, bahwa dia masih hidup dan entah seberapapun indahnya dunia yang kini ia singgahi, tapi dia harus tetap berani meninggalkannya dan kembali bersama kami.
Kami?
Yeah. Kami, yang juga termasuk aku didalamnya. Karena aku pun menginginkan dia. Kebencian yang terasa fana ini nyatanya runtuh dalam sepersekian detik melihatnya terbaring dengan kelopak mata yang tertutup. Benteng yang sudah kokoh berdiri dengan tegap pun kini roboh. Hancur bersama segala kenangan yang selalu saja berhasil meremas hati.
Nyatanya, ini kembali terasa sangat meremas hati. Bersiap menghancurkannya lagi.Perlahan, air mata ini kembali menetes menjatuhi tubuh. Apa yang bisa aku lakukan sekarang? Apa yang bisa membuatnya kembali dan terbangun? Apa?
Sebuah pergerakan kecil terasa dalam genggaman tanganku. Secepat kilat aku mengalihkan pandanganku pada tangannya yang berada dalam genggamanku. Pergerakan kecil tapi memberikan harapan besar dalam hidupku. Akhirnya aku bisa menarik ujung bibirku membentuk senyuman melihatnya mulai menunjukkan kesadarannya.
Aku memencet tombol panggilan darurat kepada petugas jaga agar bisa mengecek kondisinya. Tak berapa lama, 2 orang suster dan seorang dokter sudah sampai dan langsung memeriksanya. Aku mengusap kasar rambutku. Bersyukur dan berterimakasih pada Tuhan yang masih memberikan dia kesempatan untuk kembali lagi ke dunia ini.
**
#Putri's pov
Entah aku harus bersyukur atau merasa kecewa bisa kembali lagi sekarang. Aku memperhatikan kehangatan keluarga yang duduk di sekelilingku. Melihat betapa bahagianya wajah mereka, melihat binar mata yang terasa menyejukkan hati. Dan diujung sana, sosok yang selalu saja menemani dan bersamaku selama aku berada di dunia lain pun tengah berdiri menatapku dengan senyum tulusnya.
Ada rasa tidak percaya melihatnya berada di ruangan ini. Tapi aku sadar ini bukan lagi bayangan yang akan cepat menghilang saat aku tersadar. Dia nyata. Dan akan tetap berada di posisinya bahkan saat aku mulai berpaling beberapa saat darinya. Ini membuat perasaanku amat sangat bahagia.
Satu jam berlalu, ruangan yang tadinya ramai beringsut menjadi sepi dan sunyi. Hanya tersisa papah, mamah dan Kay saja. Meskipun begitu, aku masih bisa merasakan ada tembok yang membatasi kami dalam setiap pergerakan Kay. Dia memang kembali menghangat padaku, tapi ini masih terasa berbeda. Masih terasa dingin dan kaku dalam sikapnya.
Aku menatap lurus ke arahnya yang duduk di sofa. Rambutnya sudah lebih panjang dari terakhir kali kami bertemu. Wajahnya lesu dengan lingkar hitam yang menghiasinya. Meskipun itu sedikit tertutup dengan bantuan kacamata bening yang ia kenakan.
Menggunakan jeans hitam dengan kaos hitam yang pas di tubuhnya dan tetap dengan jam tangan hitam yang setia menghiasi tangan putihnya.
Penampilan yang begitu sempurna di mataku. Menyejukkan mata, mengobati segala luka dan rindu yang selalu berteriak setiap detik.
Tapi entah kenapa seolah ada suasana duka yang melingkupinya. Entah kenapa dia memilih mengenakan hitam hitam."Hay.. Ngelamun aja.." Sentuhan lembut di tanganku membawa kesadaranku kembali.
Aku menggeleng sembari tersenyum."Feel better?" Tanyanya lembut.
Aku kembali mengangguk. Bukan bermaksud untuk tidak bersuara, tapi aku lebih ingin menikmati saat ini. Bahkan andai bisa, aku pun ingin menghentikan waktu yang terasa begitu cepat merenggut kebersamaan kami.

KAMU SEDANG MEMBACA
imposibble (girl x girl)
RandomKarena hati hanya mampu memendam rasanya sendiri... menebak sesuatu yang hanya menjadi harap dan karena kepastian yang menjadi tidak pasti adalah permasalahan kedua hati "semoga kamu bahagia" ..... *kay*