2 Bulan kemudian
Kay's pov
Aku sudah memulai hariku di negara ini, negara yang akan menjadi tempat tinggalku selama beberapa tahun ke depan. Aku menumpahkan semua mimpi dan harapanku disini beserta lukaku disini. Akan ku buktikan kelak bahwa kesakitan ini mampu membawaku pada kesuksesan.
"Kamu belum jawab pertanyaan aku Kay." Aku tengah mengobrol dengan Sherly melalui Skype.
"Pertanyaan mana?"
"Kamu cinta sama Putri?" Aku terdiam menatap lurus ke layar. Ingatanku memutar saat sebelum aku berangkat dan dia menanyakan hal ini. Belum sempat aku menjawab apapun, ketukan pintu membuyarkan semuanya. Papah masuk dan mengajak kami makan bersama. Dan selama 2 bulan ini, aku menelponnya baru sebanyak 3 kali. Inilah ketiga kalinya. Selama itu, dia hanya menjadi pendengar cerita petualanganku disini, tanpa ada obrolan berarti, apalagi mengungkit masalah itu. Aku sendiri juga mulai menikmati hidupku disini tanpa bayangan masa lalu.
"Kay,!" Teriakan Sherly mampu membawaku kembali. Aku pun hanya tersenyum.
"Kamu gamau jawab pertanyaan aku? Berarti boleh aku bilang kalo itu jawabannya iya?"
"Pentingkah untuk kamu bahkan masih membawa dia disaat aku mulai hidup baru?"
"Kay, aku cuma mau bantu kamu. Percaya deh, semua akan lebih lega setelah kamu nyelesein tanpa ada lagi tanda tanya."
"Udah ga ada lagi tanda tanya buat aku. Kamu kenapa sih ngotot banget ungkit dia terus?"
"Aku tuh cuma mau tau aja Kay. Emang ga boleh? Katanya aku yang paling deket sama kamu, masa iya aku gatau apapun tentang kamu dan Putri?"
"Kamu udah pasti banyak tau kan? Meskipun bukan dari aku. Aku tau kamu Sherly."
"Iya emang. Tapi aku mau denger langsung dari kamu. Aku pengen denger langsung apapun yang kamu rasain ke Putri. Aku pengen lebih berarti aja Kay buat kamu."
"Kamu itu udah jauh jauh lebih berarti dari dia. Kamu ga perlu lagi nanyain hal yang ga penting kaya gini. Karena apa? Semua itu ketutup sama sosok kamu sayang.."
"Pokoknya aku mau tau langsung dari kamu. Aku mau denger dari kamu!"
Ekspresi Sherly berubah garang dan diam. Mulai lagi dengan sikap kerasnya, dan aku tau pasti keinginannya harus diwujudkan.
"Oke, aku jawab. Tapi tanpa pertanyaan lagi. Ya?" Dia langsung mengangguk antusias.
"Aku ga cinta sama dia. Aku sayang.."
Aku menghela nafas panjang harus mengatakan perasaan ini lagi setelah sekian lama tidak pernah lagi terpikir olehku.
"Sayang banget Sher sama dia, melebihi aku sayang sama diri aku sendiri."
"Karena?" Tanyanya dengan wajah penasaran.
"Ga ada pertanyaan Sher."
"Aku kan cuma nanya alasannya aja, masa ga boleh?"
"Sama seperti aku sayang sama kamu tanpa alasan. Perasaan itu muncul aja tanpa bisa aku kendaliin."
"Kayanya kamu lebih sayang sama dia deh.." Aku tersenyum kecut mendengarnya. Entahlah, aku tidak tau pasti dengan perasaanku, karena yang pasti adalah Sherly prioritasku sekarang. Bukan lagi Putri dan yang lainnya.
"Kamu cinta sama dia." Lanjutnya lagi dengan wajah serius.
"Kamu cuma gamau ngakuin perasaan kamu. Entah apapun alasan kamu. Tapi serius kamu ga perlu takut ngakuin di depan aku Kay. Karena pengakuan kamu ga akan merubah apapun. Aku juga ga akan berubah, justru aku pengen bantu kamu nglepasin semuanya. Aku pengen bantu kamu buat nyeleseinnya. Ayolah Kay.."
KAMU SEDANG MEMBACA
imposibble (girl x girl)
RandomKarena hati hanya mampu memendam rasanya sendiri... menebak sesuatu yang hanya menjadi harap dan karena kepastian yang menjadi tidak pasti adalah permasalahan kedua hati "semoga kamu bahagia" ..... *kay*