twenty- two

3.7K 497 126
                                    

Pagi ini minho bangun jauh lebih pagi, bilas tubuh lengketnya dengan air dingin di pagi hari. Mengusak surai kelam di bawah guyuran shower, minho terdiam sejenak

Masih ia ingat dengan jelas, bagaimana jisung mendesah di bawah tubuhnya semalam. Telapak itu menepuk pundaknya saat dirasa dirinya bergerak terlalu keras, melenguh pada tiap kecupan yang ia beri selama proses penyatuan

Jisung tidak dalam heat, begitupun minho dengan jadwal rut nya yang masih jauh. Minho tidak menyalahkan jisung hanya saja—

"Astaga, jantungku masih sulit di kondisikan"

Mungkin jisung tidak akan tau betapa gugupnya minho semalam. Sentuh dan kecup tubuh jisung yang berada di bawah kungkungan, rasanya panas mengigit. Tidak menyangka jika rasanya akan senikmat itu, tapi apakah jisung merasakan juga apa yang ia rasakan?

Minho mengusap bibirnya dalam diam, karena nyatanya lelaki mungil itu masih belum sepenuhnya membuka hati. Semalam saat mereka melakukannya, jisung enggan menatapnya... Jisung bahkan menghindar jika minho dekatkan wajah berusaha kecup ranum merekah itu

Selama ini minho tidak pernah mendapat ciumannya. Sekalipun di hari pernikahannya yang hanya akan menjadi sekali seumur hidup, jisung tidak pernah mau melakukannya

Minho memutar kran shower dan mematikannya. Mengusak surai nya dengan handuk hingga mengering

Memikirkan alasan mengapa jisung masih membatasi dirinya hanya akan membuatnya puisng jadi minho hentikan pemikiran itu dan memilih untuk menjalani saja apa yang ada

Uap dari dalam kamar mandi menguar keluar bersamaan dengan terbukanya pintu kamar mandi. Minho memakai pakaiannya dengan tenang, mematut diri di depan cermin

Selesai menata penampilan, minho naik ke lantai dua dengan nampan berisi sandwich juga segelas susu. Membuka pintu dengan cat putih itu lalu letakan nampan nya ke atas meja

Jisung masih lelap dengan tidurnya, wajahnya terlihat damai seperti bayi. Minho berlutut di samping ranjang, menepuk mole di pipi jisung dengan ujung jari, mengusap dagu serta sisir anak rambut yang menutupi wajah malaikatnya

Berapa kali harus minho katakan jika jisung sangatlah cantik dan menggemaskan. Tidak pernah bosan berapa kalipun minho menatapnya. Minho pun bersyukur karena ia akan mendapat duplikat lainnya

"Good morning baby"

Minho mengusap perut jisung yang mulai membesar dari hari ke hari. Ia sentuh dengan lembut, dekatkan wajah hanya untuk memberi kecupan selamat pagi pada baby di dalam perut

"Baby cepatlah keluar, aku ingin menggendongmu seharian"

Minho asik bermonolog sambil tatap juga usap permukaan perut jisung, bicara seolah-olah baby di dalam perut bisa menangkap ocehannya.

Minho masih pada posisinya hingga tanpa sadar tubuh jisung tersentak kaget dan mendorong minho cukup kuat

Tubuh minho jatuh terduduk, wajahnya terkejut menatap jisung yang rupanya sama terkejutnya. "M-maaf..." ucap jisung saat sadar jika yang ia dorong itu adalah minho

"M-maaf kak minho, aku tidak—uh..maaf"

Minho bangkit dari jatuhnya, ambil gelas berisi air mineral untuk ia serahkan pada jisung. Minho bisa rasakan tubuh jisungnya bergetar, entah karena rasa terkejutnya atau karena hal lain

"Tidak apa-apa. Aku juga minta maaf sudah mengejutkanmu. Apa sentuhanku tadi menyakitkan?"

Jisung menggeleng, yang tadi itu murni karena keterkejutannya hingga jisung tanpa sadar mendorong minho dengan kuat karena ia kira yang menyentuh perutnya adalah orang asing yang hendak menyakitinya

[24] 910. || MinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang