Minho sedikit bingung, sejak tadi dirinya terdiam duduk di sebuah kursi taman. Tangannya menggenggam sebuah kertas, minho tidak mengapa ia menggenggam sebuah surai yang isinya lebih buruk dari perceraian. Namun entahlah—minho membuang kertas itu sembarangan
Sorotnya bergulir ke segala penjuru. Ini adalah taman di belakang kantornya, taman dengan sebuah kolam ikan melingkar yang sering banyak di bicarakan pegawainya saat bekerja
Minho melihat kolam, namun ia tidak melihat ada ikan. Ia pun melihat gedung kantornya yang di dalamnya ramai para pegawai tengah sibuk bekerja namun minho enggan menghampiri jadi ia memilih untuk kembali duduk pada kursi taman
Diam termenung menunggu sesuatu yang tidak ia ketahui apa itu, yang jelas hatinya menyuruh dirinya untuk menunggu.
Ia merindukan jisung, beberap bayangan tentang wajah cantik itu masuk penuhi otaknya.
Namun ia tidak tau dimana lelaki manis itu berada, minho cukup merasa takut dalam kesendiriannya saat ini, ia merasa bingung namun di lain sisi ia merasa bebas dan lebih segar dari sebelumnya, rasanya seperti tidak memiliki sesuatu yang harus di khawatirkan lagi.
Namun di sisi lain ia takut karena tidak memiliki pegangan. Ia ingin menggenggam telapak dari seseorang yang di sayang dan menyayanginya...
"Daddy..."
Minho menoleh dan mengerinyit. Ada seorang bocah perempuan di sana, tersenyum luar biasa lebar dan menggemaskan membuat hati minho terasa sangat amat hangat
Bocah perempuan itu berlari hampiri minho, membawa sebuah benda yang minho kenal; itu adalah lampu dengan melodi yang pernah ia beli
"Daddy, aku menyukai lampu ini. Daddy membelikannya untuk ku, lampunya memiliki musik dan cahaya yang lembut, daddy aku ingin tidur sambil mendengarkan melodinya"
Bocah itu berjenis kelamin perempuan, memakai dress putih. Rambutnya diikat dua dan berwarna coklat lembut, memiliki senyum yang cantik dan juga pipi gembul persis seperti jisung
Tanpa sadar air matanya menetes. Ia rindu jisung, baby ada di hadapan wajahnya saat ini namun kemana perginya jisung?
"Hannie..?" minho menggumam dengan suara yang amat lirih, menoleh mencari keberadaan jisung
"Daddy?" wajah bocah wanita itu terlihat sedih, genggaman tangannya pada jemari minho mengerat. Di saat bersamaan minho melihat jisung berdiri di balik kolam tanpa ikan, menatap minho dengan wajah cantiknya yang basah dan kacau oleh air mata
"H-hannie?....hannie ada apa—"
Minho memutar arah hendak hampiri jisung namun pergelangannya di tahan oleh sang bocah. "Dad mau kemana, jangan tinggalkan aku sendiri lagi dad"
Minho kebingungan, ia menatap jisung juga sang bocah bergantian. Keduanya sangat ia sayangi
Rasa cemas dan gundah kembali di rasa. Minho lagi-lagi di hadapkan pada dua pilihan antara jisung dan baby. Jika saat itu ia memilih untuk mengorbankan baby dan menyelamatkan jisung lalu bagaiman dengan sekarang?
"Kak M-minho...kak minho hiks, minhoo"
Jisung menangis di sana seorang diri. Samar sekali ia melihat bias cahaya biru kemerahan dan berkedip. Telapak tangan jisung berlumur darah dan jisung menangis tersedu tanpa henti. Tangisnya menyayat hati, minho sedih mendengarnya namun..... Jika ia kembali bersama jisung, minho merasa semua rasa berat akan kembali ia pikul. Tubuhnya akan kembali menerima nyeri karena bond
"Hannie..."
Minho mengeratkan genggamannya pada sang bocah, menatap jisung di sebrang sana dengan pandangan sendunya.