Thirty-four

12 11 0
                                    

"Ada apa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada apa?"

Marbelle menggeleng di tempatnya, tak mampu menatap kedua mata kakaknya. Perasaannya semakin tak karuan, terlebih ketika mendengar nada khawatir dari sang kakak. Bagaimana bisa dirinya bersikap jahat kepada seseorang yang begitu baik pada dirinya?

"Maaf," gumam gadis itu dengan lirih, sampai-sampai Sheinafia tak mendengarnya.

Sheinafia perlahan membelai rambutnya dengan sayang, mencoba menenangkan adiknya. "Ada apa? Apa Bunda memarahimu lagi? Kemarilah, ceritakan semuanya padaku," bujuk Sheinafia dengan sangat lembut, membuat Marbelle yang semakin menangis dengan kencang.

Bersamaan dengan itu, Delalimata, Rekanafi, Rogfave, Asa, Heksama, Yersel, Rooney, Aksaran, Hesidea, Beeresha, dan Je sampai di sana. Mereka berhenti di undakan anak tangga, memilih duduk di sana untuk menyaksikan kedua sahabat mereka. Membiarkan baju mereka kotor karena tangga yang kotor.

Melihat Marbelle yang terus saja bungkam, Sheinafia berniat untuk memancingnya bercerita. "Baiklah kalau kau belum mau menceritakan semuanya padaku, aku yang akan bercerita lebih dulu." Gadis itu mulai bercerita kepada Marbelle, dengan antusias.

"Aku tidak tahu bagaimana Bunda menemukan mahkotaku, sebab aku belum bertanya pada beliau. Kau tahu, Mar? Aku cukup terkejut ketika keluar dari gubuk menemukan ayah, bunda, dan Delali di sana, kurasa Beeresha juga sama terkejutnya sepertiku." Sheinafia terkekeh ketika mengucap kalimat terakhirnya, Beeresha yang duduk tak jauh dari tempat mereka merasa kesal luar biasa. Sebab dirinya baru tahu kalau Marbelle lah pelaku pencurian mahkota Sheinafia.

"Kau tahu? Rogfave kembali! Dia berubah semakin tampan, sampai-sampai aku sulit untuk mengenalinya!" Marbelle masih terdiam di tempatnya, tak berani mendongak dan memilih untuk menatap sandalnya.

"Sebenarnya aku sedikit nyaman berada di Pelosok Hutan, mereka baik-baik. Hanya saja, terkadang aku kesal ketika mereka memanggilku dengan 'tuan putri'! Memangnya mereka pikir aku gila jabatan, sampai-sampai harus dipanggil demikian. Terlebih saat itu aku berada di luar kastil."

"Nah, ceritaku sudah usai, kini giliran kau yang bercerita!" Sheinafia duduk di atas kasur, setelah mengakhiri ceritanya.

Marbelle menjatuhkan tubuhnya, lalu bersimpuh di hadapan kakaknya. Hal itu membuat Sheinafia marah, gadis itu segera mengangkat kakinya ke atas kasur.

"Ada apa ini, Mar?" tanya Sheinafia dengan ketus, pasalnya kesal karena sejak tadi adiknya diam dan tiba-tiba saja bersimpuh.

"Kenapa kau diam saja? Apa ada sesuatu yang terjadi setelah aku pergi?" Sheinafia menurunkan kakinya lalu berdiri, bersedekap dengan memutari adiknya.

"Iya," ucap Marbelle dengan suara yang parau.

Langkah Sheinafia seketika terhenti ketika mendengar hal tersebut, gadis itu cepat-cepat menoleh ke arah Marbelle yang kini tengah berdiri.

"Maafkan aku, karena telah mencuri mahkotamu," cicit Marbelle sembari menggenggam tangan kakaknya, gadis itu kembali dalam isak tangisnya.

"Tidak, jangan katakan hal itu, Mar!" Sheinafia menepis tangan Marbelle, lalu memicing ke arah gadis itu. Dirinya tak percaya bahwa Marbelle adalah pelakunya, sedangkan Marbelle menggeleng di tempatnya dengan berderai air mata.

"Kau bercanda, kan? Mana mungkin kau melakukan hal itu kepadaku!" Tanpa sadar Sheinafia berteriak, karena melihat Marbelle yang terus-terusan menggeleng tanpa mau menjawabnya.

"Aku tidak bercanda!" sangkal Marbelle, gadis itu sudah pasrah. Lagipula besok dirinya akan dikirim ke Huachardeush.

"Sudahlah, jangan bercanda terus-menerus, tidak lucu! Aku tahu kau terlalu jenuh di sini, maka dari itu kau iseng padaku, kan? Aku baru pulang lho, Mar, ayolah jangan iseng! Apa kau tak merindukan kakakmu ini?" Sheinafia menghalau air matanya yang menetes, gadis itu masih menganggap semuanya hanya lelucon.

Marbelle kembali menunduk dalam, menyesali perbuatannya. Isak tangisnya memenuhi ruangan.

"Sudahlah, hentikan candaan ini! Kau sudah berhasil mengerjai aku," ujar Sheinafia sembari terkekeh, tetapi air matanya tak bisa berhenti mengalir.

"Sudahlah, hentikan candaan ini! Kau sudah berhasil mengerjai aku," ujar Sheinafia sembari terkekeh, tetapi air matanya tak bisa berhenti mengalir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MY CROWN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang