"Jadi?" tanya raja Meraandi kepada pangeran.
Perlahan pangeran Rekanafi menghembuskan nafasnya. "Raja izinkan aku melamar putri Sheinafia!" ucap pangeran Rekanafi dengan mantap, yang berhasil memecahkan tawa raja Meraandi.
"Sudah tidak sabar?" tanya raja Meraandi di tengah tawanya, membuat pangeran Rekanafi senyum-senyum di tempatnya.
"Ya!" jawab pangeran Rekanafi, yang lagi-lagi membangkitkan selera humor tinggi sang raja.
"Baiklah, besok kita lanjutkan pembahasan ini, sekarang aku harus menemui istriku. Kalau aku terlambat, bisa-bisa ratu Sheifarai akan mengamuk," guraunya, lalu melangkah meninggalkan pangeran Rekanafi di tempat. Dengan cepat putri Marbelle bersembunyi di balik tiang, setelah merasa aman gadis itu berlari kembali ke ruang bawah tanah untuk melanjutkan hukumannya.
"Apa aku harus melakukannya?" tanya putri Marbelle pada dirinya sendiri. Gadis itu antara ragu dan ingin. Di satu sisi, korbannya adalah sang kakak, di sini lain gadis itu mencintai pangeran Rekanafi. Ini antara saudara dan perasaan.
"Tapi, apa alasanku melakukan hal itu?" tanya gadis itu lagi.
"Ah, sudahlah, ini benar-benar membingungkan!" teriaknya karena merasa frustasi.
"Ahh! Persetan dengan persaudaraan, kalaupun aku mencuri mahkota itu aku tak akan kehilangan kakak. Justru aku yang akan kehilangan pangeran bila tak mencuri mahkota itu," monolog gadis itu lagi.
Gadis itu memutuskan untuk tidur malam itu, dirinya ingin melupakan rencana jahat kepada sang kakak. Akan tetapi dirinya tidak bisa tidur malam itu, hingga ketika dini hari gadis itu memutuskan untuk keluar. Sepanjang perjalanan di lorong istana sepi, pertanda semuanya telah tertidur kecuali para prajurit penjaga.
Dengan cekatan gadis itu bersembunyi ketika merasa prajurit tersebut akan menoleh ke arah dirinya, sampai akhirnya gadis itu berhasil masuk ke dalam kamar sang kakak, yakni putri Sheinafia.
Di dalam kamar tersebut, gadis itu disambut oleh suasana yang gelap gulita. Hingga ada satu cahaya yang dari balik peti transparan yang terkena pantulan sinar rembulan, gadis itu tersenyum kala melihat mahkota tersebut dilepas oleh putri Sheinafia.
"Keberuntungan berpihak padaku, terima kasih takdir," gumamnya dengan pelan sekali, sembari membuka peti tersebut secara perlahan. Setelah dirasa mendapatkan mahkota milik kakaknya, gadis itu segera beranjak dari kamar tersebut.
Karena sepanjang sepanjang lorong semakin sepi, mengingat bahwa saat ini para prajurit mulai berganti shift untum berjaga. Hal itu mempermudah putri Marbelle untuk kabur dari ruang tidur putri Sheinafia, terlebih Beeresha sedang tidak ada di istana.
Gadis itu berlari dengan cekatan hingga sampailah dirinya di ruang mahkota, lalu meletakkan mahkota tersebut di dalam peti transparan milik Sheinafia yang ada di sana. Dengan menaiki meja, gadis itu memindahkan peti milik kakaknya di urutan paling atas, sehingga tidak ada yang bisa menemukannya.
Setelah selesai, putri Marbelle kembali ke kamarnya untuk tidur. Hingga ketika baru terbangun dari tidurnya, gadis tersebut dipanggil oleh salah seorang prajurit untuk ke lantai atas istana. Karena ada masalah dengan putri Sheinafia, dan setelah kepergian sang prajurit, putri Marbelle tersenyum dan memekik girang di tempatnya.
Lalu dengan memasang wajah sedihnya, gadis itu melangkah ke arah dapur kerajaan bersama dengan raja Meraandi.
"Marbelle, coba kau lihat, apa yang terjadi dengan mahkota Kakakmu!" titah sang raja kepada putrinya.
"Baik Ayah," ucap putri Marbelle patuh.
Kemudian gadis itu mulai melihat kejadian di saat mahkota kakaknya menghilang. "Maaf Ayah, aku tidak bisa melihatnya. Kejadiannya terblokir oleh waktu," alibi putri Marbelle yang membuat ratu Sheifarai menghembuskan napasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CROWN [END]
FantasíaCerita ini tentang seorang putri bernama Sheinafia yang kehilangan mahkota serta kekuatannya, gadis itu terpaksa jauh dari pria yang dijodohkan dengannya. Akibat mahkotanya yang hilang, Sheinafia harus keluar dari kerajaannya. Itu sudah aturan dari...