Start write from 2020 and revisi never end
yoongi sudah berada di busan dengan penerbangan cepat ketika hari sudah menjelang malam.
Dia memandangi langit jingga dari dalam mobil yang di sewanya dari bandara. pemuda bermata sipit itu menghela nafas panjang. sejujurnya dia sangat lelah hari ini , namun semua tidak menghentikannya untuk mencari kebenaran secepatnya.
mobilnya mulai memelan berhenti di depan sebuah pagar rumah , yoongi mulai membuka pintu setelah mematikan mesin. hanya ada beberapa rumah dan satu rumah yang sangat dekat dengan rumah yang di tuju. yoongi membunyikan sebuah lonceng pada pagar kayu , saat itu langit sudah menggelap namun entah mengapa rumah itu tidak menyalakan lampu.
"kring kring kring".
itu suara bel di pagar yang sengaja yoongi bunyikan, sudah sepuluh menit dia melakukannya.
"hey anak muda". Seorang wanita mengejutkan yoongi , hampir saja yoongi lemas melihat sosok ajumha yang sudah berdiri di sampingnya dengan ekspresi tanpa bersalah mengejutkannya.
yoongi mengelus dadanya, dia sungguh tidak ingin jantungan dan mati muda di tempat asing.
"kau siapa? sedang apa disini?". wajahnya sangat menyeramkan , yoongi tidak tahu saja ajumha ini sebenarnya sangat baik.
"Aku. aku sedang mencari seseorang". kata yoongi terbata.
"rumah itu kosong , pergilah". kata ajumha begitu tegas di ikuti dengan tatapan tajamnya.
"tapi bukankah anak pemilik rumah ini".
"ahh si Enchim?".
enchim? batin yoongi. ingin tertawa sesungguhnya , apa wanita itu sungguh tidak ingin memiliki anak dengan pria itu sampai harus memberi nama seperti nama anak itik pada anaknya sendiri? . yoongi kembali bebicara dalam hati , namun secepat mungkin dia kembalikan kesadarannya. oh ayolah dia sudah sangat lelah hari ini karena perajalanannya keluar negeri hanya dalam satu jam dan harus kembali lagi. ingat bahwa yoongi tidak suka basa basi? .
"iya bibi, bukankah dia ada?".
"sejak ayahnya meninggal dia tidak lagi tinggal disini , mungkin beberapa bulan yang lalu. enchim bilang dia mendapat beasiswa di kota ah. aku lupa nama kota itu apa". yoongi lelah , dia sudah sejauh ini dan bodohnya mengapa dia tidak bertanya info lebih lanjut dahulu pada yoonjun? , atau mungkin yeonjun sengaja tidak memberitahunya?.
"kau masuklah lebih dulu di rumahku, akan aku siapkan".
"Tidak perlu bibi aku akan". belum sempat menyelesaikan kalimatnya yoongi langsung di beri sebuah tatapan ingin membunuh. yoongi galau, masuk dia akan mati tidak masuk dia juga akan mati.
"baik lah".ucap si pucat lemah . langkahnya yang sudah lemas di gerakkan menuju samping rumah sederhana milik si enchim itu .
Namjoon menghubungi Jimin pukul tujuh malam, dia dan Seokjin sudah kembali ke apartment mereka. Sebenarnya Namjoon hanya ingin mengirim pesan , namun entah mengapa dua hari tidak melihat Jimin membuatnya rindu . Pria berlesung pipi itu duduk di balkon di temani teh hangat .
"Yobboseo".
"Oh Hay Jimin, apa aku mengganggumu?".
"Tidak Hyung , ada yang bisa ku bantu?". Jimin masih saja sungkan , setiap kali Namjoon menghubungi pemuda manis itu selalu menyangka bahwa dia membutuhkan pertolongan.
"Tidak. Aku hanya sedikit ingin mendengar suaramu". Polos, Namjoon terlalu polos .
Namjoon adalah pemuda yang pandai menyembunyikan perasaannya , yang baru saja terjadi Tanpa di sengaja itu adalah kebodohannya . Wajahnya langsung mengernyit tidak suka pada apa yang barusan di ucapakan. Tidak kunjung mendapat jawaban dari seberang Namjoon memukul ringan kepalanya menggunakan tangan kirinya yang menganggur.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beautiful Asisten✅(Jikook)
FanficBagaimana rasanya menangis tanpa suara? Jimin mampu bertahan sampai akhir bersama luka hati yang masih terpendam . Dia tidak berniat menyembuhkan luka itu , sampai pada akhirnya Jimin yang menyembuhkan luka hati orang lain . Jimin yang lembut dan p...