Halaman 14 - Diculik

6.4K 404 5
                                    

Seseorang baru tiba dirumah dengan keadaan yang tidak baik-baik saja, wajah yang di hiasi babak belur dimana-mana, darah di sudut bibirnya menandakan bahwa paruh baya itu seperti habis di keroyok atau sehabis berkelahi.

Dirga masuk ke rumah dengan langkah pelan, sesekali ia meringis pelan sembari memegang pipinya yang sudah membiru akibat kuatnya pukulan dari para preman tadi. Sesampainya di depan pintu, Dirga di sambut dengan wajah panik dari istri dan Rey anaknya, sedangkan Syila? ia tidak ada, nampaknya perempuan itu sedang beristirahat agar bisa berpikir jernih dengan rencana selanjutnya, aish! jahat sekali perempuan itu.

"Mas kamu kenapa?" tanya Meli panik, seraya membantu Dirga untuk duduk di sofa.

Meli duduk di samping suaminya, perempuan itu menatap iba sang suami yang sudah babak belur itu, matanya berembun ketika melihat Dirga yang meringis menahan sakit, siapa yang tega melakukan ini semua kepada Dirga? itulah yang ada di pikiran Meli sekarang.

"Sudahlah, aku tidak apa-apa, ini cuma luka kecil," sela Dirga tak mau merepotkan istrinya.

"Apa yang kamu bilang? ini luka kecil? biarpun kecil ini ngebuat aku khawatir," dumel Meli ketika dirinya mendengar kalimat enteng dari mulut Dirga.

Meli menatap Rey yang hanya diam seraya memperhatikan ayahnya yang tengah menahan perih.

"Tolong ambilkan kompres dan obat merah," titah Meli yang di angguki oleh Rey, laki-laki itu berjalan menjauh dari kedua orang tuanya.

Meli kembali menatap suaminya, tangannya mengusap lembut rambut Dirga yang sudah acak-acakan karena para preman yang sudah membuatnya seperti bola, tadi.

***

Rey tengah sibuk mencari kotak P3K, laki-laki itu bolak-balik ke dalam laci tapi nihil tidak ada kotak yang biasa digunakan Bundannya untuk mengobati luka, percayalah! Rey tidak mengerti tentang rumah ini, akibat terlalu besar sehingga kotak sekecil itupun ia tidak bisa menemukan.

Tak sengaja netra Rey menangkap sebuah lemari kecil yang terdapat tanda plus bewarna merah, laki-laki itu menepuk jidatnya, ia sampai lupa bahwa lemari kecil itu khusus untuk obat-obatan termasuk obat merah, kenapa ia mencari yang susah jika yang mudah juga ada? huhh dasar Rey.

Laki-laki itu membuka lemari itu dan dengan cepat mengambil beberapa obat yang ia perlukan, karena takut kelamaan, setelah selesai ia kembali menutup lemarinya dan juga kembali ke ruang tengah, tapi baru saja ia ingin melangkah keruang tengah, laki-laki itu kembali menghentikan langkahnya dan bersembunyi di balik tembok, ketika kedua orangtuanya itu berbicara.

"Siapa yang melakukan ini semua Mas?" tanya Meli.

"A-acha dia telah meny-----"

Rey keluar dengan wajah masam, laki-laki itu seperti sedang emosi, kedua tangannya mengepal menandakan ia benar-benar sedang emosi, akh! tidak laki-laki itu hanya mendengar setengah ucapan dari Dirga, jangan sampai ia berpikir bahwa Acha lah yang melakukan ini.

"Bun, ini obat sama kompresnya!" potong Rey dengan nada tidak bersahabat.

Setelah memberikan obat dan kompres itu, ia langsung izin ke kamar dengan wajah datar, sedangkan Dirga dan Meli di buat bingung oleh sifat Rey yang berubah drastis, ada apa dengan anak mereka yang satu itu? itulah yang ada dipikiran kedua paruh baya itu.

Rey berjalan dengan tergesa-gesa, laki-laki itu masuk ke dalam kamarnya dan membanting pintu kamar dengan sangat kuat, laki-laki itu mengepalkan tangannya dan meninju sekilas dinding di sampingnya membuat tangannya yang putih itu sedikit memar.

"Acha sialan! lo kalo udah benci sama keluarga ini benci aja sama gue nggak usah benci ke ayah dan harus pukul dia sampai babak Belur begitu bego!" teriak Rey

ABOUT_ACHA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang