"Kau dan aku hanya ditakdirkan sebagai figuran, bukan untuk keseriusan"
•••
Tampak dua orang anak kecil sedang bersenda gurau di pinggiran danau yang sangat menyejukan sekali. Sesekali mereka tertawa bersama dan entah apa yang mereka tertawa kan.
"Caca temenin Vinvin beli eskrim yuk!" ajak Vinvin.
"Enggak ah, Caca di sini aja!" tolak Caca sembari memainkan bonekanya.
"Duh, Vinvin jangan tarik-tarik nanti Caca jatuh!" pekik seorang anak kecil yang dinamai Caca oleh sahabatnya itu.
Vinvin tidak memperdulikan celotehan Caca, ia terus saja menarik Caca dengan paksa untuk menemaninya membeli eskrim, karena ia tidak ingin pergi sendirian, ia sebenarnya bisa minta di temani oleh Papanya yang sedang membakar jagung bersama mamanya dan orang tua Caca di pinggir danau.
"Vinvin tangan Caca sakit!" teriak Caca yang mulai mengeluarkan sedikit air mata.
Vinvin memberhentikan langkahnya, dan berbalik badan menghadap Caca yang tengah melihat pergelangan tangannya yang mulai memerah, anak laki-laki itu menatap Caca dengan tatapan kesal, bagaimana ia tidak kesal? ia cuma ingin di temani untuk membeli eskrim di tengah jalan, tapi Caca tidak mau.
"Yaudah kalau kamu nggak mau! aku pergi sendiri aja!" ketus Vinvin dan pergi meninggalkan Acha di pinggiran jalan.
Ketika menyebrang Vinvin tidak fokus kejalan, melainkan ia fokus ke rasa kesalnya terhadap Caca sehingga ia tidak memperhatikan kendaraan yang sedang melaju dari kejauhan, sedangkan Caca yang melihat itu langsung menghentikan Vinvin untuk melangkah, namun sayangnya, itu semua sia-sia.
"Vinvin awas!" teriak Caca.
"Aaaaaaa!"
Brukkkk!
"Akhhh!"
Seseorang baru saja terbangun dari mimpi buruknya. laki-laki yang tak lain adalah Vino itu, mencoba untuk mengatur nafasnya yang ngos-ngosan seperti orang sehabis lari maraton. Vino tercenung, memikirkan mimpi yang paling buruk yang baru saja ia alami ini.
Lagi dan lagi mimpi itu terus-terusan menghampirinya, membuat Vino saat ini menghembuskan nafas dengan kesal. Mimpi ini membuatnya jengkel, karena ia slalu saja kecelakaan, dan membuatnya seperti ingin mati.
Vino mengusap wajahnya kasar, dan menatap sekelilingnya. Bodoh emang mimpi ini, slalu saja membuatnya seperti orang bodoh.
"Lagi dan lagi mimpi itu terus yang muncul. Kenapa sih, sebenarnya ada apa sama gue? kenapa anak kecil itu terus aja dateng, padahal kenal juga enggak!" kesalnya, seraya mengusap kasar wajahnya.
"Gue juga bingung, dua anak kecil itu ada sangkut paut apa sama gue? dan kenapa dia berdua muncul terus? apa mereka ada kaitannya sama gue? tapi kenapa Mama sama papa juga nggak bilang, kan mereka bisa bilang sama gue. Kalo kek gini, gue yang kesiksa sama mimpi itu!" gerutunya.
Mengecek ponselnya, menelpon Varo, sang sahabat dekatnya. Dirinya hanya butuh sandaran, namun Vino salah sasaran. Dirinya menelpon Varo? tapi sudah jam dua malam, Vino demam apa gimana? keknya ada kelainan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT_ACHA (SUDAH TERBIT)
Fanfic🌻 Diharapkan mem-follow, sebelum membaca. 🌻Baca monolognya juga, biar paham. 🌻Masih menuju end. Tentang seorang gadis yang dijodohkan, dan terpaksa menikah muda dengan seorang Ceo yang sangat terkenal dengan sifatnya yang arogan. namun gadis itu...