Halaman 22 - Haruskah pergi?

11.3K 612 43
                                    

Huaaa sedih banget dah sama semuanya. Udah berapa kali ngetik panjang lebar kok ngga rame yang baca. Buat kalian yang habis baca tinggalin jejak dong, masa yang baca banyak banget giliran yang vote dikit aja😭

Udah lama ngga up. Jadi hari ini gue up ya guys. Baca sampe abis dan pelan-pelan aja, soalnya cerita di part ini pendek banget kek umur lu. Becanda! Becanda jangan di masukin kehati, mendingan masukin ke otak aja, eits! Jngn deh. Dahlah capek ngebacot trs, selamat membaca 🌈

Vino&Acha


***


"Apa?!" teriak Vino dengan keras.

Jantungnya berdetak kencang ketika ia baru saja mendengar kabar bahwa Acha istrinya itu tengah berada di rumah sakit. Matanya memanas, pikirannya gusar dengan kuat ia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Vino dengan sigap mengambil kunci mobil dan lansung saja berlari dengan cepat untuk segera pergi ke rumah sakit. bibirnya terus saja merapalkan beberapa doa agar istrinya itu baik saja.

"Gue yakin lo pasti kuat, Cha!" gumamnya dan lansung masuk ke dalam mobil miliknya.

Melesat tanpa sepatah kata dari halaman rumah. Ia melaju dengan kecepatan tinggi tak peduli jika nanti ia akan kecelakaan atau apa dia tidak peduli. Laki-laki itu hanya peduli kepada Acha sekarang.

Dia melewati dan menerobos lampu merah membuat para pengendara lain mengumpat kesal bahkan memaki mobil bewarna hitam itu yang tak lain adalah mobil Vino. Laki-laki itu tampak gusar dan setetes air mata jatuh di pipinya.

"Lo harus kuat, Cha!" batinnya tegas dan kembali melaju.

***

Dirga tengah termenung, bahkan ia beberapa kali mengembuskan nafas gusar. Dokter belum keluar dari ruangan yang bertuliskan 'ICU' itu di depannya. Matanya sudah sedikit merah dan bengkak karena menangis. Hati dan pikirannya terisi oleh Putri kecilnya yang tengah bertaruh nyawa di dalam sana.

"Maafin Ayah, sayang. Ayah bodoh udah bikin kamu terluka. Maafin Ayah," batinnya lirih dengan mata terpejam kuat.

Rey hanya menunduk dan merenungi segala kesalahannya kepada gadis itu. mungkin benar jika penyesalan memang berada di akhir. Tak kalah terpukul juga dari Dirga, laki-laki itu juga merasakan rasa bersalah yang amat terdalam dari hati kecilnya.

Tak bisa berkata lebih dan hanya ia hanyalah bisa meratapi semua kesalahan miliknya. Ia tak mampu untuk berbicara lebih banyak, lidahnya terasa Kelu ingin berucap. Hanya diam dan hembusan nafas yang terdengar dari bibir keduanya.

"Abang harap kamu kuat, Cha," batinnya lirih.

Derap langkah tampak terdengar, sehingga menampilkan seorang laki-laki yang tampak kacau dengan setelah kantornya. Baju yang lengannya tersinsing hingga kesiku dan dasi yang sudah tak terbentuk, di tambah lagi rambut yang acak-acakan.

"Acha! Acha mana?" racaunya seraya maju dan ingin membuka pintu ruangan ICU itu.

Vino lansung di cegat oleh Varo yang berada di belakangnya. Sejak kapan laki-laki itu ada di belakang Vino apa mungkin ia mengikuti Vino? Dan jawabannya adalah, iya. Vino hanya bisa menatap nanar dengan setetes demi setetes air mata yang mulai berjatuhan.

ABOUT_ACHA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang