Halaman 7 - Terbongkar?

8.5K 525 3
                                    

"hidup memang berat, jika kau tak kuat maka berusahalah. Jangan sampai kau menyerah, dimana titik keberhasilan segara menyambutmu"

•••


Hari sudah malam dan tampak dentuman musik yang sangat nyaring menggema di dalam ruangan itu. di meja pojok sudah terlihat jelas laki-laki tampan yang sudah mabuk berat akibat pengaruh alkohol, laki-laki yang tak lain adalah Vino.

Vino sudah menghabiskan tiga botol minuman terlarang itu, dan Sekarang ia malah menambah satu botol lagi. Pelayan hanya sukacita memberikan Vino minuman haram itu, karena dia tidak peduli, yang mereka tahu dan pedulikan, mereka mempunyai uang yang banyak.

Ia menatap sekelilingnya dengan kepala yang terasa berputar. Ia masih mabuk. Namun, Vino tak peduli, ia masih saja memesan minuman itu, tanpa peduli dengan rasa pusingnya.

"Beri gue dua botol lagi, cepat!" titah Vino dengan keras.

Salah-satu pelayan memberikan Vino dua botol minuman lagi, iba? tentu tidak! tidak ada rasa iba di hati para pelayan yang berkerja di sana.  mereka tidak akan perduli seberapa banyak pelanggan mereka minum dan mabuk berat, yang penting mereka mendapatkan banyak uang, sudah itu saja tujuan mereka bekerja disana.

"Gue ngerasa dia mabuk berat," bisik Lusi salah-satu pelayan di club' itu.

Sulis selaku teman Lusi yang bekerja di situ hanya mengangkat bahunya acuh. "Jangan bego! biarin aja, dengan gini kita bisa dapet tips lebih banyak."

"Tapi gue kasian sama dia, Lis. Gue takut nanti dia nggak fokus nyetir, terus kecelakaan," cerocos Lusi dan berhasil membuat Sulis kesal.

"Sejak kapan lo iba sama pelanggan? Lo emangnya lupa, tujuan kita kerja disini? ingat Lusi! kita kerja disini itu, bukan buat iba sama pelanggan, tapi kita kesini itu untuk mencari uang, yang banyak untuk hari dan tahun ke depan!" ujar Sulis dengan penuh penekanan

"Iya, gue ngerti, Lis tapi gue cum--"

"Cukup! muak gue denger lo ngoceh terus!" sentak Sulis.

Sulis hendak beranjak meninggalkan Lusi tapi ia menghentikan langkahnya sejenak. Kemudian tersenyum remeh. Tanpa berbalik badan, ia berbicara yang berhasil membuat Lusi terdiam.

"Ingat ibu lo yang udah sekarat di rumah sakit, sayang. Lo lupa, apa nggak kasian sama ibu, lo?" sindir Sulis membuat Lusi bungkam.

Memang benar, alasan dan tujuan Lusi bekerja di sini karena gajinya besar dan ia bisa membiayai pengobatan ibunya. Tapi bukan kerja sebagai pemuas, tapi hanya sebatas mengantar minum dan sebagai salah satu pelayan sahaja, tapi pekerjaan ia ini termasuk tidak baik juga.

Hanya di sini Lusi mendapatkan satu pekerjaan, yang gajinya besar. Karena dulu ia juga pernah bekerja di satu Cafe, namun gajinya kecil. Membuat ia harus pindah kerja lagi, dan pada akhirnya, ia bekerja disini sebagai pelayan.

"Maafin, Gue. Gue nggak bisa bantu lo, karna gue juga butuh uang. Cuma mau bilang makasih, karena lo udah mau nolongin ibu gue waktu itu." Lusi tersenyum tipis kepafa Vino, yang tak di sadari oleh laki-laki itu.

Vino memang pernah berbudi kepada Lusi, karena ia pernah menolong ibu Lusi yang pingsan ditengah jalan, dan membantu biaya pengobatannya. Ada baiknya juga Vino, namun tak ada yang tau tentang itu semua, termasuk kedua orang tuanya.

Lusi melambai Aina, yang saat ini ia berada dibelakang Vino. Aina yang sadarpun, mengangguk pelan dan menghampiri Lusi dengan diam-diam agar tak ada yang tahu.

"Kenapa, Lusi?" tanya Aina, membuat Lusi melihat kiri kanan, memastikan tak ada yang tahu.

"Lo awasin orang yang lagi minum itu, jangan biarin dia banyak minum. Ntar separuh gaji gue, gue bagi sama lo, jadi lo tenang aja!" bisik Lusi pada Aina, yang lansung diangguki oleh perempuan itu.

ABOUT_ACHA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang