Halaman 15 - Ketahuan

6.3K 399 17
                                    

Ardi mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, Sekarang perasaannya campur aduk, ia menyetir sambil sesekali melirik Acha yang tengah tak sadarkan diri di kursi belakang, Ardi kalang-kabut bahkan ia sudah beberapa kali melanggar aturan lalu lintas, ia menerobos lampu merah membuat semua orang mendengus kesal.

"Ca bertahan, kamu pasti kuat! Abang yakin kamu kuat!" ucap Ardi ketika melihat tubuh Acha mulai dingin dan bergetar hebat.

Ardi semakin menambah kecepatan mobilnya, membuat rerumputan yang ia lewati berkibas tak terasa. tiga puluh menit sudah laki-laki itu mengendarai mobilnya dan akhirnya ia sudah tiba di rumah sakit ternama yang ia tempati untuk bekerja itu.

Tak mau berlama-lama, ia turun dari mobil tak lupa dengan Acha yang tak sadarkan diri yang berada di gendongannya, ia masuk ke dalam rumah sakit dengan berlari, membuat banyak pasang mata yang menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Suster! cepat bawa brankar!" teriak Ardi.

Para suster datang berbondong-bondong dengan membawa brankar, mereka juga ikut panik ketika melihat dokter Ardi mengendong seorang gadis yang penuh dengan luka, bahkan jas putih kedokteran laki-laki itu juga ikut terkena darah dari tubuh Acha.

Ardi membaringkan tubuh mungil itu di atas brankar, dan detik berikutnya brankar itu sudah mulai di dorong oleh Ardi, para suster dan juga dokter-dokter yang lainnya.

Mereka mendorong brankar yang Acha tempati ke ruangan UGD, tak lupa setelah masuk, satu suster kembali menutup pintu itu, dan diatas pintu tampak sekali lampu berwarna yang menandakan bahwa suasana sangat darurat dan mencengkam.

***

Seseorang baru saja memasuki rumah dengan tampang seperti orang kelelahan, ia masuk ke dalam rumah dan netranya melihat sesosok perempuan yang melahirkannya itu tengah duduk sembari menikmati secangkir teh dan membaca majalah.

Ia menghampiri Bundannya dan duduk tepat di samping perempuan itu, sedangkan sang bunda tersenyum dan mengelus lembut pucuk kepala Rey. Ya, seseorang itu adalah Rey, tapi seperti ada yang berbeda dari laki-laki itu, bahkan Meli juga bisa merasakan ada keanehan dari sang putra.

Karena penasaran, akhirnya Meli memilih untuk bertanya saja, sebelum itu ia tersenyum membuat Rey menatap Bundannya itu, dan ia ikut tersenyum.

"Kamu kenapa Rey?" tanya Meli menatap Rey dengan tatapan lemah-lembutnya.

Rey menegang seketika, entah apa yang bisa membuatnya segugup ini, apakah insiden tadi membuatnya menjadi ketakutan seperti sekarang, jujur! Rey juga khawatir dengan Acha yang telah ia buat luka, seluka mungkin, Rey termenung sesaat sembari merutuki perasaannya Sekarang.

Meli semakin bingung, ada apa dengan Rey? kenapa laki-laki itu seakan-akan memikirkan sesuatu yang teramat penting, Meli mencoba untuk memanggil lagi putranya yang satu itu.

"Rey ... hey!" panggil Bundannya lagi, dan Rey tersadar dari lamunannya, ia menatap Meli kikuk.

"I-iya, bun. ada apa?" tanyanya gelagapan.

Meli menggeleng-gelengkan kepalanya, ketika melihat anaknya itu seperti habis ketemu dengan setan, sehingga membuatnya seperti orang kekagetan, padahal Meli hanya bertanya bukan untuk memakan anaknya itu.

"Kamu kenapa sih Rey? kok dari tadi bunda liatin kamu kayak orang ketakutan gitu?" tanya Meli.

"Enggak kok bund, Rey cuma pusing aja," sanggah Rey berbohong.

Meli hanya mengangguk paham, padahal ia masih penasaran dan ia menebak, bahwa Rey saat ini sedang menyembunyikan sesuatu darinya, tapi biarlah ini bukan saat yang tepat untuk banyak tanya kepada Rey.

ABOUT_ACHA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang