Halaman 34 - Menyusul

4.4K 271 20
                                    

Saat ini Varo sudah disibukan oleh tiket milik Vino. Ya, hari ini adalah keberangkatan Vino, laki-laki itu akan pulang ke Indonesia, untuk menyusul Acha. Sebenarnya, Varo kini juga masih ragu dengan Vino, mendengar ucapan Vino tadi malam membuatnya tak tenang dan berat untuk melepas laki-laki itu pergi dan berangkat sendirian.

Vino sudah menunggu dikursi bandara. Kini mereka masih berada di bandara yang sama, yaitu bandara Heathrow, bandara ternama di kota London, yang banyak sekali dikenal oleh orang-orang. Mereka hanya berdua, Vino sudah menghubungi Aira dan Bagas, namun karena masih marah, Bagas tak mau ikut menemani Vino, malahan ia lebih memilih untuk pergi jalan-jalan dengan istrinya.

"Papa sama Mama nggak ikut?" tanya Varo. Biasanya Aira dan Bagas akan ikut, namun kedua paruh baya itu tak nampak.

Vino menoleh dan menggeleng. "Enggak, Var. Mereka sibuk katanya, dan Papa juga masih marah sama gue. Gue minta tolong sama lo, nanti sampein maaf gue," ucap Vino.

Varo hanya mengangguk. "Lo yang sabar aja, ntar juga nggak marah lagi. Gue sampein kok jadi lo tenang aja, nggak usah dipikirin, lo fokus aja sama penerbangan lo!" tutur Varo seraya tersenyum tipis.

"Makasih, gue bakal kangen berat nih sama lo!" Vino tertawa dan merangkul laki-laki di sebelahnya itu.

Varo terkekeh. "Bucin banget ni, lo sama gue! dulu aja ketus banget! sekarang malah jadi bucin banget!" cibir Varo membuat Vino tak mau lama-lama lansung menoyor kepala Varo.

"Gue itu udah berubah! gue nggak mau jadi diri gue yang dulu! gue itu akan berubah dan menjadi Vino yang tampan dan baik hati, tak lupa rajin menabung!" Vino menaik turunkan alisnya, membuat Varo kesal.

"PD banget lo bambang!" ketusnya dengan derlikan malas.

"Hidup itu harus PD, kalo nggak percaya diri mendingan nggak usah hidup!" balas Vino dengan senyuman yang mengerikan.

Varo menoleh. "kata-kata dari mana tuh? baru denger gue!" tanyanya dengan ketus.

"Dari diri sendirilah! yakali nanya bule, otak lo nggak tepat waktu banget ngelegnya!" ejek Vino membuat Varo menggeram kesal.

Vino hanya tertawa, ia berhenti berbicara dan melihat pesawat yang akan ia tumpangi. Ia menatap seraya tersenyum, perasaannya kali ini sangat tenang dan damai, tak tahu kenapa semua itu terjadi. Ia kembali tersadar ketika mendengar sebuah pengumuman dari ketua bandara, bahwa pesawat yang akan ia tumpangi akan berangkat.

Vino dan Varo kini pergi kearah pengecekan para penumpang. Setelah semuanya selesai, kini Vino mulai berjalan kearah dinding yang menjadi pembatas. Ia berbalik dan menatap Varo yang juga tengah menatapnya, namun dengan tatapan khawatir. Vino terkekeh dan menoyor kepala laki-laki yang lebih tua dari dirinya.

"Liatinnya biasa aja kali!" Vino tertawa pelan, membuat Varo menonjok lengannya dengan tatapan ketus.

"Gue khawatir sama lo! Kenapa nggak pulang besok aja sama gue!" cerocos Varo dengan satu tarikan nafas.

Vino tersenyum tipis. "Gue udah gede, Varo! gue udah bisa jaga diri gue sendiri! Lo dari dulu slalu aja buat gue kek anak kecil! jadi rencananya kapan gue jadi gede?" Vino kini seolah mengajak Varo untuk bercanda.

"Taun depan!" ketus Varo yang kini menatap Vino dengan tatapan aneh.

Vino tertawa. "Lama banget! yang ada gue mati duluan!" balasnya membuat Varo kini malah memeluknya.

Mereka berdua berpelukan ala laki-laki pada umumnya. Vino menepuk pundak Varo, lalu melepaskan pelukannya, entah kenapa, Varo sangat berat untuk meninggalkan Vino pergi sendirian. Bukan apa, Vino tak biasa untuk pergi sendirian, jika kemana-mana ia akan bersama Varo.

ABOUT_ACHA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang