Halaman 37 - Dia pergi

6.9K 312 19
                                    

Setiap part sudah kembali di update, jangan lupa baca terus dan sukai.

SELEPAS MEMBACA TINGGALKAN JEJAK & VOTE SEBANYAK-BANYAKNYA. SEE YOU NEXT TIME!!!!

________________

Pagi-pagi sekali Acha udah pergi ke bandara, bukan apa, sebenarnya Acha ingin pergi tadi malam, tapi bandara ditutup karena tragedi jatuhnya pesawat British airways Boeing 747-400. Banyak luka mendalam bagi semua keluarga korban dari kecelakaan pesawat tersebut.

Acha menarik tangan Ardi dengan cepat. Ia ingin cepat-cepat untuk bisa mencari tahu tentang informasi Vino. Hari ini akan ada pencarian, tim-sar akan bekerja sama untuk bisa menemukan mayat-mayat dari jatuhnya pesawat British airways Boeing 747-400. Yang diketahui, bahwa pesawat tersebut hancur berkeping-keping, karena ledakan yang cukup dashyat.

"Aku datang kak. Acha udah disini nungguin kakak. Ka-kak Vino kapan pulangnya? kok lama banget? Acha udah kangen!" lirih gadis itu dengan sendu.

Ardi menoleh dan menatap iba gadis itu. Kini Acha banyak menangis, bahkan kedua mata Acha sudah membengkak, Karen terlalu lama menangis. Ardi merangkul Acha, dan sesekali mengusap lembut bahu rapuh itu. Ini adalah hal yang tidak diduga-duga, ia kira dulu yang akan pergi itu Acha, ternyata yang akan pergi sekarang adalah kebalikannya, yaitu Vino.

Acha tersenyum perih. "A-aku udah berusaha buat ikhlas, ta-tapi kenapa masih sulit? itu semua nggak mudah, itu terlalu sakit buat Acha terima, bang! Acha nggak kuat kalo dia yang berakhir kek gini!" isak Acha, dan kini berhambur kedalam pelukan Ardi.

Ardi menerima pelukan itu, ia mengusap bahu rapuh itu dengan lembut. Merengkuh dan menenangkan gadis itu, agar tidak lagi berlarut-larut dalam kesedihannya. Ardi juga tak mau semua ini terjadi, tapi ini takdir dan tidak ada yang bisa melawan takdir bukan? menyesal hingga akhir hayat, juga tidak akan mengubah semuanya.

"Semuanya udah takdir, Cha. Kita nggak tau dan nggak bisa ngelawan takdir. Ini semua udah jadi takdir Vino, pergi dengan keadaan yang tragis, bukan kemauan semua orang, tapi itu udah jadi takdir untuk diri kita sendiri. Jangan terlalu larut dalam kesedihan, Vino juga nggak mau liat kamu sedih kek gini, dan pasti Vino itu mau kamu senyum," ucap Ardi dengan lembut. Ia menangkup kedua pipi Acha, dan tersenyum tulus.

Acha menggeleng. "A-aku udah berusaha buat ikhlas, bang. Tapi rasanya sulit buat aku terima sendirian, a-aku nggak sanggup kalo kak Vino tinggalin aku. Bahkan aku belum minta maaf sama dia," Acha menatap Ardi, dengan mata yang sudah banjir akan air mata.

Ardi menggeleng. "Ikhlas itu emang sulit! itu semua nggak muda, Cha. Semua orang itu kebanyakan nggak bisa ikhlas, tapi kamu harus bisa, karena semua udah terjadi dan nggak akan balikin semuanya lagi," ujar Ardi berusaha agar Acha sadar dan bisa untuk segera ikhlas.

Acha terdiam sejenak. Apa yang dibilang oleh Ardi memang benar, tidak ada gunanya ia tidak bisa mengikhlaskan Vino, karena ini sudah terjadi dan tidak bisa untuk kembali seperti semula. Acha menghapus jejak sisa air mata kesedihannya, lalu tersenyum dan menatap Ardi.

Acha mengangguk. "Abang bener, aku nggak boleh kek gini," ucapnya dengan kalimat yang singkat.

Ardi mengangguk dan tersenyum. Keduanya kini kembali lagi melangkahkan kaki untuk pergi ke pusat bandara infomasi. Ardi kini menarik Acha untuk ikut dengannya, sedangkan Acha sudah berusaha untuk tidak menangis, dia tak bisa menerima ini. Ucapannya yang tadi, hanyalah alasan, Karena sesungguhnya Acha masih belum bisa menerima ini semua dan ini terasa sangat serba salah.

ABOUT_ACHA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang