Syila menegang seketika ketika mendengar teriakkan dibelakangnya, ia mencoba untuk menormalkan detak jantungnya yang tengah berpacu tak beraturan. Dengan penuh berani ia berbalik dan seketika mata besarnya itu membola dengan sempurna, ketika siapa yang sedang berhadapan dengannya saat ini.
Syila gelagapan, namun perempuan itu berusah untuk terlihat biasa saja, agar Meli tidak curiga.
"Bu-bunda sejak kapan disitu?" tanya Syila.
Meli tak menjawab malahan paruh baya itu malah melangkah maju sembari menatap tajam Syila, ia sungguh tak menyangka apa yang Syila ucapkan tadi, sungguh Meli tidak salah dengar, karena Syila memang mengucapkan hal itu dengan lantang sehingga ia benar-benar percaya.
"Dasar nggak tau diri kamu Syila! saya pikir kamu beneran anak saya dan saya pikir kamu itu perempuan baik-baik! Ternyata kamu adalah perempuan ular yang berniat menghancurkan keluarga kami!" teriak Meli dengan amarah yang menggebu-gebu.
Syila semakin kalang-kabut, perempuan itu sekarang tengah bertarung dengan pikirannya sendiri, ia mencoba untuk mencari alasan yang tepat agar Meli percaya. Ini akibat ulahnya dan kecerobohannya sendiri, berbicara dengan lantang tanpa memikirkan sekitar yang jelas-jelas adalah tantangan dan boomerang bagi dirinya sendiri, perempuan itu merutuki dirinya yang sangat ceroboh.
"Bu-bunda salah paham!" sanggah Syila sambil memegang kedua tangan Meli, namun ditepis kasar oleh sang empu.
"Jangan pegang-pegang saya! saya jijik dengan tampak sok polos kamu! saya tidak menyangka telah memberi tempat tinggal untuk musuh dalam selimut kami sendiri! dan apa kamu bilang? kamu bilang saya salah paham? kamu kira saya tuli hah? jelas-jelas saya mendengar semuanya dengan mata kepala saya sendiri bahwa kamu telah mengucapkan kalimat itu dengan lantang!" bentak Meli panjang lebar sembari mendorong tubuh Syila dengan sangat kasar.
Syila Sekarang benar-benar bingung, tapi ia tidak akan membiarkan Meli memberitahukan siapapun, karena jika semuanya tahu maka rencana Syila beberapa tahun ini akan usai dan sirna begitu saja, oh tidak! itu sama sekali tidak boleh terjadi.
"Bunda plise dengerin penjelasan Syila dulu!" ujar Syila seraya memegang lutut Meli.
"Penjelasan apalagi hah? jelas-jelas semuanya sudah terungkap! kamu dengan ibu kamu itu sama aja! sama-sama perusak kebahagiaan orang lain! nggak bisa ngeliat orang lain senang, dasar biadab! dan kamu selama ini telah percaya dengan omongan ibu kamu yang telah banyak ditaburi bumbu kebohongan di setiap katanya itu, tanpa kamu sadari Syila! bahwa ada cerita dan asal-usul yang sebenarnya!" teriak Meli sembari berujar.
Syila mendadak panas ketika mendengar nama ibunya disebut, perempuan itu bangkit seraya tersenyum sinis ke arah Meli, ia melangkah maju dengan seringaiannya dan tatapan tajamnya yang membuat Meli dihampiri hawa takut tersendiri.
"Jangan pernah menghina ibu saya! dia tidak bersalah! yang salah itu kamu nenek tua! kamu yang telah merebut Dirga dari ibu saya dan kamu juga yang telah membunuh ibu saya!" bentak Syila seraya mendorong tubuh Meli dengan kuat sehingga tubuh paruh baya itu terbentur ke dinding dibelakangnya.
Meli menggeleng-gelengkan kepalanya, semua yang Syila ucapkan tidak ada benarnya, semua itu fitnah! Meli tidak pernah merebut Dirga dari Karin, Malahan Karin yang telah berkhianat kepadanya, Karin yang sebenarnya sudah berniat akan merebut Dirga darinya, dan apa ini? kenapa sekarang Karin membolak-balikan fakta.
"Bohong! semua itu bohong, ini kamu yang sebenarnya telah mereb----"
Ucapan Meli terhenti disaat kedua tangan Syila mencengkram kuat kedua sisi pipinya, Syila tersenyum smrik seraya tertawa licik.
"Sudah saya bilang! jangan pernah menghina ibu saya jika anda masih sayang sama nyawa!" bisik Syila dengan penuh penekanan, seraya melepaskan cengkeramannya itu dengan sangat kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT_ACHA (SUDAH TERBIT)
Fanfiction🌻 Diharapkan mem-follow, sebelum membaca. 🌻Baca monolognya juga, biar paham. 🌻Masih menuju end. Tentang seorang gadis yang dijodohkan, dan terpaksa menikah muda dengan seorang Ceo yang sangat terkenal dengan sifatnya yang arogan. namun gadis itu...