"Terkadang daftar harapanku lain dengan daftar kehendak-Nya, dan kenyataan yang harus kuterima melenceng jauh dari bayanganku."
~Diara Ardinata~_Happy Reading_
Kringgg! kringggg!
Bel istirahat telah berbunyi, semua siswa menghamburkan diri dari kelasnya masing-masing menuju kantin, biasalah. Tetapi tidak dengan Diara, ia lebih memilih menuju taman sekolah untuk memakan bekalnya.
"Di sini tenang, sejuk, dan sepi." lirihnya sambil membuka wadah bekal yang ia bawa.
Satu sendok nasi goreng masuk ke dalam mulut mungilnya, perlahan ia mulai mengunyah. Sesendok dua sendok, matanya menatap keindahan taman. Macam-macam bunga sengaja ditanam di sana, kolam ikan mini yang lengkap dengan air mancur, beberapa pohon mangga yang tumbuh hijau, dan suasana tenang yang menyenangkan untuk belajar tentunya.
"Hmm, tempat yang cocok untuk belajar. Sepi dan tenang, ini menyenangkan." Diara tersenyum saat melihat sekelilingnya.
"Sepi bukan berarti nggak ada orang lain, loh."
Suara itu berhasil mengejutkan Diara, bahkan gadis itu sampai tersedak nasi goreng yang sedang ia makan.
"Uhukk!" dengan cepat tangannya meraih sebotol air mineral lalu meneguknya.
"Praja Alendra." Pria itu mengulurkan tangannya kepada Diara, tanda perkenalan.
Bukannya merespon, Diara justru menutup wadah bekalnya lalu beranjak dari kursi taman yang ia duduki.
"Sombong banget jadi murid baru," ucap Praja.
Diara membalikkan badannya, menatap Praja yang berdiri tepat di hadapannya.
"Harus banget ngerespon, yaa?"
"Kalo sama kakel yang sopan, nggak usah belagu!" ucap Praja dengan nada tinggi.
"Oh, ampun KAKAK SENIOR YANG TERHORMAT." Diara menekan kalimatnya, lalu meninggalkan Praja di sana.
...
Kringg!
Bel masuk sudah berbunyi. Semua siswa kembali ke kelasnya masing-masing.
"Selamat pagi menjelang siang, anak-anak." Bu Astri menyapa kelas X IPA 1.
"Siang, Bu."
"Oke baiklah. Perkenalkan nama Ibu Astri Handayani. Di sini Ibu adalah wali kelas kalian," kata Bu Astri.
"Loh? Sebentar, kamu kok masih berdiri?" Bu Astri menunjuk Diara yang berdiri di pojok belakang.
"I-iya Bu, kursinya penuh," jawabnya.
"Harusnya pas, loh. Sepuluh IPA satu itu jumlahnya tiga puluh siswa. Dua belas laki-laki dan delapan belas perempuan," jelas Bu Astri.
"Dia salah kelas mungkin, Bu," celetuk salah satu siswa.
"Yahhh, nyasar," lanjut siswa lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Me Diara || On Going
Teen Fiction~FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA~ "Jika memang cinta itu benar adanya, maka tidak seharusnya egois ada di antara kita." ~Diara Ardinata~ "Maaf jika aku mengemas cinta di tempat yang tidak selayaknya. Membawa sejuta keegoisan, yang mungkin bagimu itu men...