_Happy Reading_
Diara berjalan mondar-mandir di teras kelasnya. Ia sedang menunggu hasil PTS-nya.
"Cucu Oma selalu membanggakan. Selamat ya, Sayang. Kamu juara satu lagi," kata Oma Rina yang baru saja keluar dari kelas X IPA 1.
"Oma sayang banget sama kamu," lanjut Oma Rina yang hanya dibalas senyum palsu Diara.
"Alhamdulillah, Diara juga sayang sama Oma. Tapi, Diara masih kecewa sama Oma. Kenapa Oma ngga mau ngasih tau siapa orang tua Diara?" batin Diara.
"Oma pulang duluan aja yaa, Diara masih ada urusan di sekolah," kata Diara.
"Nanti kamu pulang sama siapa, Sayang?" tanya Oma Rina.
"Nanti aku bisa naik taksi, Oma. Oma tenang aja, Diara mau belajar mandiri. Diara ngga mau dimanjain terus sama Oma," sahut Diara.
"Emang kamu pernah manja sama Oma? Kamu nggak pernah tuh minta ini itu sama Oma, kamu selalu nolak dengan alasan nggak mau ngerepotin Oma. Sayang, ini Oma kamu. Wajar kalo Oma mau manjain kamu," ujar Oma Rina.
"Oma yakin kalo Diara adalah cucu Oma?"
Deg.
Pertanyaan yang dilontarkan Diara berhasil membuat Oma Rina menitikkan air matanya.
"Sayang, kamu ngomong apa? Kamu ini cucu Oma, Diara cucu Oma. Cucu kesayangan Oma."
"Tapi, Diara ngga yakin Oma. Diara bukan cucu Oma. Diara cuma orang asing yang Oma angkat jadi cucu 'kan?"
"Kata siapa? Kamu denger dari siapa, Sayang?" Oma Rina menatap mata Diara yang mulai berkaca-kaca.
"Waktu itu Diara denger sendiri dari obrolan Oma sama tante Lina. Sampai kapan Oma mau bohong sama Diara? Diara ini anak siapa, Oma?"
Mendengar pertanyaan itu, Oma Rina hanya bisa memeluk Diara. Wanita itu tidak bisa menjawab apa-apa. Diara menangis di dalam pelukan omanya, begitupun Oma Rina yang tak sanggup menahan air matanya.
"Oma udah bilang sama kamu, jangan tanya soal itu lagi. Oma jadi sedih, Sayang," kata Oma Rina.
"Diara lebih sedih, Oma. Bertahun-tahun hidup tanpa tau siapa orang tuaku itu sangat menyakitkan. Oma ngga tau, dulu Diara selalu di-bully temen-temen pas SMP karena setiap mereka nanya siapa orang tua Diara, Diara selalu ngga bisa jawab mereka. Mereka pikir Diara anak ha-" Diara tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Gadis itu terisak dalam tangisnya.
"Oma sama Diara kenapa? Kok nangis?" tanya Chessa yang melihat keduanya. Oma Rina langsung mengusap air matanya dan tersenyum hambar.
"Gapapa, Oma cuma terharu aja karena Diara dapet juara satu," sahut Oma Rina.
"Ya udah, Oma pulang duluan ya. Diara pulangnya jangan kesorean ya, Sayang" pamit Oma Rina yang hanya dibalas anggukan Diara.
Sebenarnya hari ini Diara tidak mempunyai kegiatan apa-apa di sekolah. Hanya saja ia butuh waktu untuk menenangkan diri dari semua hal yang membuatnya bingung dan lelah. Gadis itu sampai larut dalam lamunan ketika mengingat semua hal yang menjadi beban pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Me Diara || On Going
Teen Fiction~FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA~ "Jika memang cinta itu benar adanya, maka tidak seharusnya egois ada di antara kita." ~Diara Ardinata~ "Maaf jika aku mengemas cinta di tempat yang tidak selayaknya. Membawa sejuta keegoisan, yang mungkin bagimu itu men...