Assalamu'alaikum wr wb.
Selamat pagi/siang/sore/malam buat yang baca.Apa kabar? Semoga sehat selalu yaa, aamiin
Btw, aku update nih. Tapi, maaf banget yaa, soalnya nggak double/triple. Tangan kananku sakit banget gaiss nggak tau kenapa. Tapi, aku bakal usahain update lagi kok besok malem♥
_Happy Reading_
Rumah Diara
18:15 WIBGadis itu baru saja keluar dari kamarnya, ia berjalan menuruni anak tangga. Ia bergabung dengan Oma Rina, Elang, dan Tante Lina yang tengah berkumpul di ruang keluarga.
"Kak Elang," panggilnya."Hai, ada apa?" sahut Elang setelah menyadari keberadaan Diara.
"Aku boleh ngobrol bentar?" tanya Diara ragu.
"Boleh, mau di sini apa di-"
"Di teras, Kak. Yuk!"
Gadis itu memotong kalimat Elang, lalu melangkah keluar menuju teras rumah. Dari ekspresi gadis itu, Elang bisa menebak bahwa Diara sedang tidak baik-baik saja. Kemudian ia segera menyusul Diara.
"Dateng nggak permisi, pergi nggak pamit. Gadis nggak tau sopan santun!" gerutu Lina.
"Kamu ngomong kaya gitu karena ngga suka sama Diara 'kan? Kenapa, sih? Padahal dia itu anak baik loh, pinter, lembut, dan penurut. Salahnya di mana coba? Apa yang bikin kamu ngga suka sama dia?" tanya Oma Rina.
"Belain aja terus cucu pungut Mama itu. Kapan Mama mau jujur sama dia soal orang tuanya?" tanya Lina.
"Ma, kalo Mama terus-terusan nyimpen rahasia ini, sama aja Mama nyakitin dia. Pasti dia jadi kepikiran soal orang tuanya, Mama nggak kasihan sama dia?" lanjutnya.
"Tapi, gimana kalo nanti setelah tau semuanya, Diara malah jadi benci dan pergi ninggalin Mama? Mama takut, Lin." Sahut Oma Rina.
"Iya, aku paham kalo Mama sayang sama dia. Tapi, dia juga berhak tau siapa orang tuanya. Mama bayangin deh, gimana perasaan Diara kalo ditanya siapa orang tuanya? Diara pasti bingung mau jawab apa, Ma. Diara nggak tau apa-apa. Kali ini aja, Mama ngalah ya? Aku yakin, Diara nggak akan benci sama Mama," ucap Lina meyakinkan.
"Nanti Mama pikirkan lagi. Jujur, Mama belum siap. Mama takut, Lin."
Oma Rina dan Lina larut dalam obrolan serius. Keduanya sama-sama punya alasan untuk bertahan pada pendapat masing-masing. Memang selama ini Lina bersikap cuek dan jutek kepada Diara. Tapi, bukan berarti ia membenci gadis itu. Lina peduli dengan Diara, sangat peduli. Hanya saja ia menyembunyikan rasa pedulinya itu. Lina sangat memahami perasaan Diara, karena bagaimana pun Lina tetaplah seorang ibu.
"Mau ngobrol soal apa, Ra?" tanya Elang yang duduk di samping Diara.
"Kak Elang punya foto aku waktu kecil?"
Pertanyaan itu berhasil membuat Elang diam membisu. Entah karena ia tidak bisa menjawab pertanyaan Diara, atau karena ia memang mengetahui sesuatu, namun ragu untuk mengucapkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Me Diara || On Going
Teen Fiction~FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA~ "Jika memang cinta itu benar adanya, maka tidak seharusnya egois ada di antara kita." ~Diara Ardinata~ "Maaf jika aku mengemas cinta di tempat yang tidak selayaknya. Membawa sejuta keegoisan, yang mungkin bagimu itu men...