9.] Sabtu Malam (2)

85 39 0
                                    

_Happy Reading_

"Kenapa, Na? Ada apa?" Diara melontarkan pertanyaan itu kepada Queena, yang kini masih berdiri mematung.

"Jawab! Lo kenapa? Kak Praja ngapain lo?" lanjut Chessa.

"Kamu baik-baik aja 'kan?" tanya Diara.

"Girls," lirih Queena.

"KENAPA?" kompak keduanya.

"Kak Praja."

"Iya, kenapa? Buruan ih!" Chessa mulai tak sabar.

"Kak Praja, besok mau ngajak aku jalan bareng!" pekik Queena yang tertawa kegirangan.

"Anjir," singkat Chessa.

"Puas lo? Bikin kita berdua khawatir," lanjutnya.

"Resek deh! Berasa kena prank," kata Diara yang mendengus kesal karena ulah Queena.

"Udah pulang tuh orang?" tanya Diara.

"Baru aja kok, sebelum kalian turun," sahut Queena.

"Dihh, nggak sopan. Masa nggak pamit sama tuan rumah," gerutu Chessa.

"Dahlah males," sahut Diara.

Belum sempat duduk, ketiganya dikagetkan oleh suara keributan di halaman rumah.

"Apaan tuh?" Diara beranjak dari duduknya dan berlari menuju halaman rumah, disusul dua temannya.

"Astaga! Kak Praja!" pekik Queena yang berlari mendekati Praja.

Praja tidak sendirian, ia sedang adu bogem dengan Wisnu. Wisnu? Kok bisa tau alamat rumah Diara? Entahlah. Yang jelas sedang terjadi kesalahpahaman antara Wisnu dan Praja.

"Kak Wisnu,"lirih Diara menyebut nama pria itu.

"Udah gua bilang, gua nggak ngapa-ngapain dia!" tegas Praja.

"Aduh, udah dong Kak. Kak Praja ke sini nemuin aku, bukan Diara," jelas Queena.

"Lo salah paham, lagian emang lo siapanya Diara?" tanya Praja.

"Jawab, Ra!" perintah Wisnu kepada Diara.

"Bu-bukan siapa-siapa," sahut Diara gugup.

"Apa lo bilang? Harus berapa kali gua ngomong sama lo? LO MILIK GUA!" tegas Wisnu.

Kini Wisnu mendekat ke arah Diara dengan tatapan buas, membuat Diara meneguk ludahnya, ngeri. Tubuh gadis itu gemetar ketakutan.

"LO MILIK GUA! Gak ada cowok lain yang boleh deketin lo, termasuk dia!" bentak Wisnu, menunjuk Praja.

"Kak Wisnu ngga punya hak buat ngatur atau ngelarang aku," Diara membuka suara.

"Lo bilang apa? BARUSAN LO BILANG APA?!" sorot mata itu bak penuh kemarahan.

"Cukup! Jangan bentak dia!" tegas Praja yang kini menarik tubuh Wisnu ke belakang agar menjauh dari Diara.

Call Me Diara || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang