15.] Tentang Luka

77 30 8
                                    

"Jika memilikimu adalah sebuah ketidakmungkinan, maka menjagamu adalah sebuah kewajiban."
~Aldio Bagaskara~

_Happy Reading_

Diara berjalan malas menyusuri koridor. Ia benar-benar kehilangan semangatnya.

Hari ini harusnya menjadi hari yang paling dinantikannya. Hari di mana ia akan tampil sebagai Cinderella. Tapi, kalimat yang didengarnya tadi pagi terus menghantui pikirannya. Ia terus-terusan bertanya, siapa dirinya? Di mana keluarganya?

"Diara!"

"Eh, Aira. Ada apa?" tanyanya polos.

"Kok kamu belum ganti kostum, sih? Setengah jam lagi acaranya mulai, loh," ucap Aira. Gadis itu sudah memakai gaunnya. Hanya saja ia belum merias wajahnya.

"Astaga! Aku lupa, ya udah ayok ke ruang kostum." Diara dan Aira bergegas menuju ruang kostum untuk mempersiapkan diri.

...


"Raa, nanti kalo aku dorongnya terlalu keras maaf, yaa?" Aira menatap ke arah Diara.

"Santai aja, demi menghayati peran 'kan? Semangat!" ucap Diara yang kini sudah siap dengan penampilannya.

15 menit kemudian...

"Pemeran Cinderella, ibu tiri, dan dua kakak tiri segera naik panggung, yaa," kata Bu Sinta.

Mereka mengangguk paham, lalu segera naik ke atas panggung. Banyak pasang mata menatap satu titik, yang kini ditempati mereka. Diara mengedarkan pandangannya sejenak.

"Bismillah," batin Diara.

Hening.

Lalu pertunjukan drama pun dimulai. Semua siswa-siswi yang menyaksikan tampak antusias menikmati setiap adegan yang diperankan para  pemain.

"Siapkan gaun pesta terbaik untuk kami! Tapi, jangan harap kau akan ikut ke pesta itu!"

"Awas! Gaunku mahal! Jika sampai rusak, kau akan kuberi pelajaran!"

"Kau sama sekali tidak pantas datang ke pesta dan bertemu Pangeran!" 

"Jelas tidak pantas! Dia bahkan tidak punya gaun mewah seperti kita. Malang sekali."

Cinderella hanya menundukkan kepalanya. Hatinya sangat sakit mendengar perkataan ibu tiri dan kedua kakak tirinya.

"Minggir bodoh!"

Brakk!

Di luar dugaan. Saat adegan kakak tiri (Aira) mendorong tubuh Diara, yang terjadi justru Diara benar-benar terjatuh dari atas panggung. Hal itu membuat semua yang ada di sana panik, dan berdiri untuk melihat keadaan Diara.

"Diara!" pekik Chessa dan Queena yang berlari mendekati Diara.

"Kamu gapapa? Ada yang sakit?" Queena panik.

"Astaga, kaki lo, PMR! Woy tolongin dong ini!" teriak Chessa saat melihat kaki Diara yang terluka dan berdarah.

"Biar gua aja yang bawa dia ke UKS." Aldio mengangkat tubuh Diara dan membawanya ke UKS.

Karena kejadian itu, pertunjukkan drama tidak dilanjutkan. Semua siswa-siswi membubarkan diri dengan ekspresi kecewa. Bagaimana tidak? Mereka belum sempat melihat adegan romantis
Cinderella dan Prince Charming.

...

Ruang UKS

"Tahan dikit, yaa. Ini agak perih." Ucap Aldio saat meneteskan obat merah di kaki Diara.

"Shh a-aww!" Diara meringis kesakitan.

"Tahan bentar, gua pasang perbannya dulu." Aldio melilitkan perban itu di kaki Diara.

"Lo kok bisa jatuh sih, Ra?" tanya Chessa.

"Tadi pas Aira dorong aku tiba-tiba papan panggung yang aku injek kaya patah gitu, emang aku sekarang gendut yaa?" tanya Diara.

"Enggak, biasa aja. Ada yang nggak beres nih," kata Chessa.

"Iya, pasti ada yang sengaja bikin kamu jatuh dadi panggung," lanjut Queena.

"Maksud kamu? Ai-"

"Diara, maafin aku yaa ... kamu jadi jatuh tadi."

Tiba-tiba Aira datang bersama para pemain lainnya.

"I-iya, bukan salah kamu kok," sahut Diara.

"Tadi aku pelan kok dorongnya, tapi kok kamu bisa sampai jatuh dari panggung, sih?" tanya Aira.

"Lo yakin? Lo dorongnya pelan?" Virana membuka suara.

"Bisa aja lo sengaja bikin Diara jatuh 'kan?" lanjutnya.

"Ngga gitu, aku beneran ngga sengaja. Aku dorongnya pelan kok," ucap Aira meyakinkan.

"Ini bukan salah Aira, aku jatuh karena papan yang aku injek patah," jelas Diara.

"Sekarang pertanyaannya, kenapa papan itu bisa patah? Apa papannya udah rusak? Atau ... emang ada yang sengaja ngerusakin papan itu?" Chessa berjalan mondar-mandir.

"Kalo emang ada yang sengaja ngerusakin papan itu, berarti dia udah punya rencana dari awal buat nyelakain Diara," lanjutnya.

"Gue sih nggak mau su'udzon yaa, cuma kayanya dugaan gue bakal tepat sasaran deh," Chessa melirik ke arah Virana.

"Lo nuduh gue?" Virana tak terima.

"Muka lo biasa aja, nggak usah tegang. Takut ketahuan ya?" Chessa semakin membuat Virana geram.

"Kurang ajar lo! Gue nggak tau apa-apa, jadi jangan nuduh sembarangan!" Virana meninggikan suaranya.

"Cukup!" Bentak Aldio.

"Kalo emang lo gak salah, ya tenang. Jangan emosi, seolah-olah emang lo yang ngelakuin itu," lanjut Aldio.

"Atau ... emang beneran lo yang sengaja bikin Diara celaka?" pertanyaan Aldio semakin membuat Virana tersudut.

"Minggir!"

Wisnu menerobos segerombolan siswa yang ada di ruang UKS.

"Siapa yang udah bikin lo kaya gini?" Wisnu penuh emosi. Di sisi lain ia khawatir dengan kondisi Diara. Walaupun lukanya tidak terlalu parah, tapi itu pasti menyakiti gadisnya.

"Bilang sama gua! Siapa yang udah bikin lo kaya gini? Gua bakal bikin perhitungan sama dia!" Wisnu meninggikan suaranya.

Deg.

***

Hayolo! Siapa tuh yang deg-degan pas denger ucapan Wisnu?

Lunas yaa triple part-nya♥

See you next part:*

VOMENT WOY! TRIPLE PART NIH! GILAK LO,-

Salam ngegass
Imdittaa

Call Me Diara || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang