10.] Wisnu Adiyakta

126 70 221
                                    

_Happy Reading_

Sosok pria itu berdiri di ambang pintu. Menatap gadis yang masih terduduk di atas ranjangnya. Pria itu berjalan mendekat ke arah gadisnya. Setiap langkah kaki yang semakin mendekat membuat jantung gadis itu berdegub kencang. Pria itu masih dengan ekspresi datarnya, terlihat sangat cuek.

Kemudian pria itu duduk di pinggir ranjang, perlahan tangannya mengusap puncak kepala gadis itu. Mungkin sedikit kelembutan tidak akan mengurangi jiwa bar-barnya.

"Yakin lo beneran sakit?"

Pria itu menempelkan punggung tangannya di kening Diara.

"Periksa ke dokter yok," ajak Wisnu.

"Ngga, jangan ke dokter!" cegah Diara.

"Kenapa?"

"A-aku t-takut jarum suntik," jawabnya.

"Ck, pucet gitu. Lo belom makan?" tanya Wisnu.

"Ini make up kali, Kak. Lagian kenapa jadi sok perhatian, sih? Kak Wisnu siapanya aku?" batin Diara.

"Boro-boro mau makan, cuci muka aja belom, Kak," ucap Chessa.

"Ck, cuci muka sana! Dekil gitu, kaya keset gak dicuci setahun," ujar Wisnu, ia menarik selimut yang menutupi tubuh Diara.

"Sini!" Wisnu beranjak dari duduknya, ia menarik tangan Diara.

"Lah? Tangan lo biasa aja, gak anget. Lo bohong sama gua? Lo gak sakit 'kan?" tanya Wisnu menaruh curiga pada Diara. Gadis itu hanya menanggapi dengan cengirannya.

"Lo maunya apa, sih?!" Wisnu meninggikan suaranya.

"A-anu, Kak ... a-aku-"

"Diara males pergi sama lo!" celetuk Chessa yang mulai geram. Tentu saja hal itu membuat Diara dan Wisnu beralih menatap ke arahnya.

Rahang pria itu nampak mengeras, sorot matanya semakin tajam. Kini mata elang itu kembali menatap Diara yang sudah berdiri di hadapannya. Diara meneguk ludahnya, ia tau betul apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Diara Ardinata, gua orang yang paling benci sama kebohongan. Dan lo udah berani bohong sama gua!" Wisnu menekan kalimatnya, menatap tajam ke arah Diara.

Kini tangan kanan Wisnu mencengkeram kedua pipi Diara, kulit putih gadis itu berubah memerah. Cengkeraman itu membuat mata Diara berkaca-kaca, ia tak pernah diperlakukan kasar seperti ini. Perlakuan Wisnu tidak pantas diterima Diara, lagi pula Wisnu siapa? Berani-beraninya dia main tangan dengan cucu kesayangan Oma Rina.

"Lo keluar!" perintah Wisnu pada Chessa.

"Nggak! Lo nggak berhak ngusir gue! Ini bukan rumah lo!" jawab Chessa yang kini mendekat ke arah Diara.

"Lepasin temen gue! Lo nyakitin dia!" teriak Chessa yang mencoba melepaskan cengkeraman tangan Wisnu, namun sia-sia. Tenaga Wisnu lebih kuat darinya.

"GAK USAH IKUT CAMPUR!" bentak Wisnu.

"Gue wajib ikut campur! Lo berurusan sama gue," kata Chessa.

"Oh, jadi ... LO BERANI SAMA GUA?" Wisnu semakin geram, cengkramannya semakin kuat menekan pipi mulus Diara.

Call Me Diara || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang