part 4

4K 186 0
                                    

Nara berteriak dan memeluk Bian. Bian yang di peluk Nara badannya langsung kaku dan tidak bergerak.

Cklekkkk

Suara pintu ruangan Bian terbuka. Dan bersamaan lampunya menyala.

" Bian " ucap bu Tari

Nara yang masih enak memeluk Bian, langsung menatap bu Tari.

" Bu Tari " gumam Nara

Nara langsung menatap bu Tari selaku istri dari pemilik kampus. Nara langsung melepas pelukannya.

" Maaf bu Tari, saya sama pak Bian tidak ada apa ... " ucap Nara

" Bian kamu apakan anak orang " ucap bu Tari

" Ma ... aku sama Nara tidak terjadi apa-apa " ucap pak Bian

" Sini ... sini " bu Tari menarik tangan Nara dan mengajaknya untuk duduk

Nara mengikuti bu Tari untuk duduk

Nara

Aku mengerjapkan mata, pak Bian anaknya bu Tari. Berarti dia anak pemilik kampus ini. Mati kamu Nara, berani peluk-peluk anak orang.

" Kamu nggak di apa-apakan Bian kan sayang " tanya bu Tari

Aku pun menggeleng

" Ma ... yang harusnya mama tanya itu aku, anak mama bukan dia " ucap pak Bian

" Kamu itu ya, di telfon mama tidak pernah di angkat. Jangan salahkan mama kalau mama menemuimu di kampus " ucap bu Tari

Aku melihat perselisihan anak dan ibu di depanku ini sangat membuatku pusing.

" Oh ya, nama kamu siapa sayang " tanya bu Tari

" Nama saya Nara bu " ucapku

" Boleh ya, tante minta nomor kamu " ucap bu Tari

Nah lho, buat apa bu Tari minta nomorku. Jangan-jangan .....

" Boleh kok te " ucapku

Aku mengetikkan nomorku di ponsel bu Tari. Dan apa yang aku lihat nomorku di beri nama Calon Mantu. Whatttt

" Bu ... pak Bian saya pamit pulang dulu " pamitku

" Biar kamu di antar Bian sayang " ucap bu Tari

" Ngapain sih ma " ucap pak Bian

Aku senyumin aja ucapan pak Bian baru saja.

" Nara bawa mobil kok bu " ucapku

" Jangan panggil saya bu, panggil saja saya tante " ucap bu Taru

" Iya bu .... eh tante " ucapku kikuk

" Hati-hati ya sayang " ucap tante Tari

Aku pun keluar dari ruangan pak Bian

" Astaga ... rasanya sangat lega. Di dalam sana seperti kandang hari mau " gumamku

Aku langsung melesat pulang ke rumah.

Bian

" Ma ... ngapain sih mama ke sini " ucapku

" Kamu ... baru pulang dari London malah tidak pulang ke rumah " ucap mamaku

" Ma ... Bian kan punya apartemen " ucapku

" Mama tau Bian, setidaknya kamu sapalah papa kamu " ucap mamaku

" Iya ... ma. Nanti Bian pulang " ucapku

" Nah gitu dong, kalau gitu mama pulang dulu " pamit mamanya

" Iya ma, hati-hati ya " ucapku

Sebelum membuka pintu mama membalikkan badannya.

" Bian ... " panggil mamanya

" Apa lagi ma " ucapku

" Jadikan Nara menjadi menantu mama " ucap mamaku

Aku melotot seketika

" Ma ... dia mahasiswaku " ucapku

" Tidak ada koman, cukup titik " ucap mamaku meninggalkanku sendiri dengan kebingungan

Aku menggaruk leherku yang tak gatal. Dan kembali duduk.

------------------

Nara

Notifikasi ponselku berbunyi

Tinggg

08123xxx
" Hari ini kita bimbingan di ruangan saya "

" Maaf ini dengan siapa "

08123xxx
" Jangan bilang kamu lupa menyimpan nomor saya "

Aku cek nama yang tertera di profilnya. Mataku langsung membola, ternyata ada nama pak Bian.

" Mati aku, aku kupa menyimpan nomornya " ucapku

Aku lupa kalau pak Bian pengganti pak Yudi.

" Iya pak "

----------

Di kampus aku lagi berkumpul dengan para sahabatku.

" Eh, Ra! Katanya kamu ganti dosen pembimbingnya " tanya Mayang

" Hem " anggukku kurang semangat

" Lha kenapa nih anak " tanya Rena

" Nasibnya benar tragis " ucap Livi

" Kok bisa " tanya Nadia

" Dosen pembimbing dia pak Bian, orang yang di marahi di parkiran mobil " ucap Livi

" Wah ... jangan-jangan lho jodoh sama pak Bian " ucap Rena

Aku menatap tajam Rena

Aku melihat jam tangan dan sudah menunjukkan pukul 12 siang. Dan sekarang waktunya bimbingan pak Bian.

" Lho mau kemana Ra " tanya Mayang

" Gue ada bimbingan dengan pak Bian " ucapku sambil menenteng buku

" Cie yang mau ketemu calon jodoh " goda Livi

" Jodoh dari hong kong " ucapku meninggal kan sahabatku

Aku berjalan menuju ruangan pak Biang. Sambil mendengarkan musik. Sesampai depan ruangan pak Bian aku mengetuk pintunya.

Tok tok tok

" Kok, tidak ada suara " ucapku

" Apa aku masuk saja ya " ucapku lagi

Aku pun masuk karena pak Bian tidak menyuruhku masuk.

" Pak ... pak Bian " panggilku

Ruangan pak Bian kelihatannya kosong. Aku celinguan mencarinya. Aku melihat pintu di belakang meja pak Bian.

" Pintu apa ini " ucapku

Aku hendak membuka, dan tiba-tiba pintu itu terbuka dulu. Aku kaget dan terjungkal kebelakang.

" Kyaaaa " teriakku

Pak Biang menahan ku agar tidak jatuh. Tangannya sudah melingkar di pinggangku. Pandangan kami saling bertemu. Jantungku serasa ingin melompat keluar.

Tbc

Pak Bian ( Tamat ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang