part 8

3.4K 169 5
                                    

Nara

Disini lah aku sekarang. Di rumah sakit di mana pak Bian di rawat.

" Mari mbak " ucap mbak Sinta

Kami berjalan melewati lorong-lorong rumah sakit. Akhirnya sampai di bagian VVIP Class. Coba kalau aku sakit pasti nggak bisa masuk sini.

Kulihat tante Tari dan Lyly keluar dari kamar VVIP itu. Wajah mereka tampak cemas. Aku pun menghampiri mereka.

" Tante " sapaku

" Nara " tante Tari memegang tanganku

" Ada apa tante " tanyaku

" Mas Bian nggak mau makan mbak " ucap Lyly

" Kok bisa " tanyaku

" Sampai kita bujuk juga nggak mau " ucap tante Tari

" Kak Nara yang bujuk ya " ucap Lyly

" Lho kok saya " ucapku

" Kita sampai di usir lho mbak " ucap Lyly

Ini ya pak Bian, berani sekali sama orang tua

" Nara coba dulu ya tante " ucapku

" Tante minta tolong ya Nara " pinta tante Tari

Anggukku

Sebelum aku masuk aku mengambil nafas dan membuka pintu kamar pak Bian.

" DI BILANG AKU TIDAK MAU MAKAANN " bentar pak Bian

Gila nih orang, suaranya udah kayak mix volume full.

Pak Bian melihatku dan kembali melihat ponselnya.

" Kenapa kari " ucapnya

Aku pun mengambil kursi dan duduk di sebelah ranjang pak Bian.

" Ya bimbingan dong pak " ucapku

" Nggak liat kalau saya lagi sakit " tatapnya

" Tau, makanya saya kesini " ucapku

" Bawa pulang saja, saya masih sakit " ucapnya tanpa melihatku

" Jangan gitu dong pak, nggak kasian apa lihat saya kalau nggak lulus " ucapku

" Itu bukan urusan saya " ucapnya ketus

Orang ini ya, kalau ngomong perlu di filter biar halus kalau ngomong.

" Ya pak, kalau aku tidak lulus tahun ini orang tua saya bakal jodohin saya pak " ucapku bohong

Pak Bian seketika langsung menatapku dengan tatapan tajam.

" Nggak boleh, kamu harus lulus. Mana bab 3 nya " ucapnya

Aku memberikan bab 3 ke padanya dan langsung mengoreksinya. Lha kenapa dia berubah kayak gini setelah mendengar ucapanku. Tapi baguslah bab 3 ku di koreksi.

Oke kita ke tugas utama, membujuk pak Bian agar mau makan.

" Kok nggak di makan pak makanannya " tanyaku

" Malas makan " ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya di kertas dan jangan lupa kacamatanya sudah duduk manis di hidungnya yang makan ( ganteng banget tau nggak sih )

" Kan kalau bapak sakit lagi, bab 3 nganggur lagi dong pak, terus aku nanti di jod... " ucapanku menggantung karena pak Bian menatapku tajam

" Aku nggak mau makan itu, itu sudah dingin" ucapnya

" Siap " ucapku langsung keluar kamar

" Gimana Ra " tanya tante Tari

" Pak Bian nggak mau makanan dingin " ucapku

" Baiklah, Sinta cepat ke kantin beli makanan yang hangat " ucap tante Tari

" Baik bu " ucap mbak Sinta

Bian

Nara datang dengan membawa bab 3 skripsinya. Sebenarnya aku senang melihat dia datang. Aku pikir dia kwatir eh ternyata dia malah membawa kerjaan buatku.

Dan sekarang dia malah mengancam ( lebih tepatnya menakuti ) jika dia tidak lulus dia akan di jodohin.

Di jodohin sama aku sih mau saja, kalau sama orang lain NO. Nara cuma buatku saja bukan orang lain.

" Pak makan dulu gih " ucap Nara

" Suapin " ucapku

" Bapak kan bisa makan sendiri " ucapnya

" Bab 3 ini mau di angurin " ucapku

" Ih jangan lah pak " ucapnya

" Ya sudah suapin " ucapku

Wajah Nara sudah cemberut tambah membuatku gemas.

Nara

What the hell, pak Bian minta disuap. Kalau ndak gara-gara bab 3 nggak bakal aku mau nyuap dia.

" Minum dong Ra " ucapnya

Aku pun mengambil air untuknya

" Makannya udah apa belum pak " tanyaku

" Sudah " ucapnya

Dari tadi kek

" Oke sekarang kita bahas bab 3 ini " ucapnya

Mulai deh dosen ketusnya

" Iya pak " ucapku

" Harusnya isinya jangan gini, lihat banyak sekali koreksinya " ucapnya

" Banyak banget pak, kan saya jadi nulis lagi" ucapku

" Terus kamu maunya gimana " tanyanya

" Ya jangan banyak yang di koreksi " ucapku

" Ya ndak bisa gitu ding Ra " ucapnya ngeyel

" Baik pak " ucapku nunduk

" Kalau saya sudah sembuh, saya bantu kamu kok " ucapnya

" Beneran pak " aku mengangkat kepalaku

" Iya " ucapnya sambil mengacak puncak kepalaku

Udah dong pak, jangan diginiin. Baper tau nanti akunya. Pipiku memanas seketika. Pintu kamar kebuka dan sesosok wanita masuk dan menggeser badanku.

" Mas Bian " ucap wanita itu

Apa-apaan sih wanita ini, main geser aja

" Mila, kamu kesini sama siapa " tanya pak Bian

" Sama mama papa " ucap Mila

Aku pun duduk di sofa kamar pak Bian. Dan aku menyaksikan bercandanya mereka sampai tertawa. Hello di sini ada orang lho dianggurin aja.

" Sakit kok masih kerja aja sih mas " tanya Mila

" Cuma koreksi saja " ucap pak Bian

" Punya siapa sih ini, pasti mahasiswa yang bandel " ucap Mila

Aku pun menoleh ke arah mereka. What, hello yang punya di sini kali. Aku malas melihat kedua penghuni di sini. Lebih baik aku pergi. Aku menenteng tas dan bertepatan dengan tante Tari.

" Lho, mau kemana Nara " tanya tante Tari

" Nggak kemana-mana kok te " ucapku duduk kembali

Tante Tari duduk di sebelahku

" Dia sepupu Bian kok, dan Bian tidak pernah membawa wanita lain. Dan kamu yang pertama " ucap tante Tari

Aku tersenyum getir. Ucapan tante Tari sulit di artikan.

Tbc

Pak Bian ( Tamat ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang