Keping Keempat: Cendana dan Inangnya

79 32 19
                                    

Memaksa untuk tetap memanjat pada tebing yang rumpang, begitulah Gianina berhasil bertahan dalam dunia yang menyakitkan ini. Ketika tebing milik yang lain terlihat indah, berdiri dengan kokoh, menjulang begitu tinggi, milik Gianina nyatanya terlihat rapuh. Tidak sempurna, banyak cacatnya.

Terkadang, beberapa lumut yang ada di sana membuatnya tergelincir berkali- kali. Membuat ia kehilangan banyak semangat untuk naik lebih jauh. Tak jarang juga memilih untuk melepaskan genggamannya dari sana, entah karena terlalu sakit atau terlalu hampa. Berharap dirinya akan jatuh ke dasar paling dalam dan tidak akan kembali lagi.

Semakin sering Gianina menyerah untuk naik, semakin sering juga semesta menguatkannya untuk bertahan. Ketika kedua tangan rapuh itu melepaskan genggamannya pada tebing, semesta membuat tumpuan supaya Gianina bisa bertahan lebih lama. Menyediakan alas supaya kaki Gianina tidak menyerah seperti kedua tangannya. Membuat ia mau tidak mau, kembali menggenggam batu- batu pada tebing yang tak sempurna itu. Memanjat lebih tinggi untuk sampai pada puncaknya. 

Tiga bulan lalu, Gia merasakan bagaimana tangannya mati rasa. Lelah, karena terus menerus menggenggam sesuatu yang rapuh. Bosan dan muak dengan pemandangan yang tak kunjung berubah, walaupun langkahnya sudah menjauh dari titik pertama. 

Rabu yang di hiasi dengan rintik hujan kala itu, seakan mendukung tekad dan niat Gia untuk sudah. Di mulai dengan menghabiskan waktu bersama supir dan pembantu rumah tangganya di pagi hari, lalu pergi ke pameran lukisan di daerah Petamburan. Mencari keramaian, berharap bisa bahagia untuk yang terakhir. Sebelum akhirnya kembali dan mengakhiri hidupnya dengan sepuluh butir obat tidur. 

Sampai pada satu titik, di mana Gia menemukan sebuah lukisan karya pelukis muda asal Solo di pameran yang ia datangi. Lukisan yang berukuran tidak begitu besar dan terletak di tempat paling ujung dalam pameran. Tidak mendapatkan banyak perhatian dari pengunjung yang ada, tetapi entah mengapa begitu menarik perhatian Gia. 

Cendana dan tanaman inangnya. Pelukis tersebut melukiskan bagaimana Cendana melekat erat pada tanaman cabai yang sedikit layu. Ia memandangi lukisan tersebut cukup lama. Berdiri di depannya dengan damai, memandangi setiap detail warna serta arsiran kuas yang ada. Menelaah dengan teliti, apakah maksud dari lukisan sederhana ini. 

Ketika menyadari sesuatu, Gia tiba- tiba tersenyum miris. Merasakan sebuah kesamaan dengan Cendana yang melekat pada tanaman cabai di lukisan itu. Nyatanya, Gianina Smith dan Cendana sama- sama membutuhkan tempat untuk pulang. Sama- sama membutuhkan sesuatu supaya tetap bisa bertahan hidup.

Namun di balik semua kesamaan itu, Gia juga sadar satu hal. Cendana masih jauh lebih beruntung karena punya tanaman cabai yang bisa di jadikan tempat bertahan. Menyerap semua nutrisi yang ada di sana, mendapatkan kekuatan ketika tumbuh bersama dengan tanaman cabai itu. 

Sedangkan Gianina Smith, tidak punya apa- apa lagi selain dirinya sendiri. 

Tanaman cabai yang ada di lukisan itu seakan mengabur dalam benak Gia. Siapa yang selama ini memberikannya kekuatan untuk bertahan lebih lama? Siapa yang bisa di jadikan tempat pulang? 

Tidak ada. Kata pulang tidak pernah  bisa ia rasakan selama ini. 

Walaupun sejujurnya ia ingin sekali pulang ke rumah. Menetap sebentar untuk bersambat mengenai bagaimana hari berjalan. Mengadu sepuasnya ketika ada yang mengganjal dan mengganggu. Mengobati semua luka, membasuhnya dengan obat yang manjur. 

Namun pada kenyataannya, rumah tempat berpulang itu tidak pernah ia temukan. Seberapa keras pun di cari, pada akhirnya Gia hanya bisa diam tanpa aksi. 

Selama perjalanan pulang dari pameran, tekad Gia semakin bulat untuk menyudahi perjalanannya di dunia. Di dalam mobil, ia memandangi langit begitu lamat. Mempersiapkan  beberapa kalimat penutup untuk semesta. Berharap bahwa malam ini akan jadi malam yang paling indah, karena ia berhasil pulang ke rumah yang sesungguhnya. 

Merakit [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang