Eyes (2)

682 69 18
                                    

Suatu hari di bulan Oktober 2015

Dahyun mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan. Ia sudah terlambat untuk menemani kekasihnya, Myoui Mina yang dirawat di rumah sakit. Setelah sampai di parkiran rumah sakit, Dahyun berlarian menuju ruang rawat kekasihnya.

Ketika sampai di depan ruang rawat Mina, Dahyun menghela napas dalam-dalam dan mengeluarkannya pelan-pelan lalu mengetuk pintu dan membukanya.

Dahyun melihat kekasihnya terbaring lemah di ranjang, sedangkan Akira, Ayah dari Mina duduk di kursi samping ranjang. Ketika Dahyun mulai mendekat, Akira berdiri.

"Minari, sepertinya Ayah terpaksa untuk pulang nih. Dahyun sudah tiba untuk menemanimu. Ya walaupun terlambat sih," ucap Akira dengan nada bercanda.

Mina tersenyum karena perangai Ayahnya itu.

"Maaf, Om. Banyak pekerjaan yang harus saya tangani di kantor," Dahyun menunduk minta maaf.

"Om? Memangnya saya om-om?" tanya Akira dengan nada marah yang dibuat-buat.

"Panggil Ayah, Dahyun-ah," imbuh Akira.

"Baik, A-yah," ucap Dahyun terbata karena belum terbiasa.

Akira mengecup puncak kepala Mina dan undur diri dari ruang rawat Mina, "Kalau begitu Ayah pulang ya, nak. Lalu untuk kamu Dahyun, tolong jaga Mina, ya."

"Siap, Ayah" ucap Dahyun dengan memberikan salute pada Akira.

Melihat tingkah Dahyun tersebut, Ayah dan anak itu tertawa menampakkan gusi mereka, ciri khas dari keduanya.

Setelah Akira keluar dari ruangan, Dahyun mendekat ke arah ranjang Mina. Tidak lupa dia selalu memandang mata indah kekasihnya itu.

"Sini," Mina menepuk ranjangnya agar Dahyun berbaring di sampingnya.

Tahu diri dengan badannya yang lebih besar dari Mina, Dahyun menolaknya dengan lembut, "Badanku besar, Minari. Tidak akan muat, aku takut kamu kesempitan."

"Apa kamu tidak ingin melihat mata indah ini dengan lebih dekat?" goda Mina dengan menaikturunkan kedua alisnya.

Ah, sial. Dia tahu kalau aku ingin melihat matanya dengan lebih dekat, batin Dahyun.

Tidak tahan dengan godaan kekasihnya, Dahyun akhirnya berbaring di samping Mina. Tidak ada jarak di antara keduanya karena ranjang tersebut sebenarnya hanya cukup untuk seorang saja.

Dahyun dan Mina berbaring dengan berhadapan satu sama lain. Dahyun mengusap rambut dan pipi kekasihnya itu.

Mina tahu Dahyun sedang memandangi mata miliknya, "Kenapa kamu suka dengan mata milikku ini, Dahyun?"

"Karena dari mata turun ke hati mungkin," canda Dahyun.

Mina mencubit perut Dahyun, "Aku serius, Kim Dahyun."

Dahyun mencebik pura-pura kesakitan, "Minari, kamu kejam sekali."

Sepertinya aku tidak salah untuk menjadi pendonor mata. Kuharap suatu saat nanti kamu menemukan penerima donor mataku ini, dan menjadikannya penggantiku kelak, batin Mina.

Keheningan tercipta di antara keduanya. Tapi Dahyun tidak peduli, karena mata indah kekasihnya itu mengalihkan dunianya.

Mina memecah keheningan yang ada, "Dahyun, aku memutuskan untuk rawat jalan."

Dahyun menaikkan salah satu alisnya, "Ayah sudah setuju? Kamu tinggal sendirian dong, semisal Ayah ada jadwal visitasi pasien dan operasi."

Mina menggangguk, "Aku masih bisa melakukan pekerjaan ringan. Lagian di sini juga aku hanya berbaring, makan, dan mengonsumsi obat saja."

"Baiklah kalau begitu. Untung saja jarak kantorku dan rumahmu tidak seberapa jauh. Aku bisa ke rumahmu sekadar makan siang bersama," ucap Dahyun mengecup dahi Mina.

***

Seminggu setelah pulang dari rumah sakit. Dahyun sering bolak-balik dari kantornya ke rumah Mina hanya sekadar makan siang bersama kekasihnya itu.

Hari ini, setelah makan siang, Mina meminta Dahyun untuk menemaninya sampai malam tiba. Tidak dapat menolak permintaan kekasihnya itu, ia menghubungi Chaeyoung untuk mengurus dan memundurkan jadwal yang ia punya.

Dahyun makan malam bersama Mina dan Akira. Dahyun merasa ada yang ganjil di ruang makan, tapi Dahyun tidak tahu apa itu dan segera menepisnya.

Selesai makan malam dan membersihkan peralatan makan, Mina dan Dahyun berbaring di ranjang milik Mina.

Mina menjadikan lengan Dahyun sebagai bantal dan mendekapkan kepalanya pada dada Dahyun.

Mina memainkan kancing kemeja Dahyun, "Bacakan cerita dongeng untukku."

Dahyun yang masih merasa ada hal yang ganjil pada diri Mina, tidak dapat menolak permintaan kekasihnya itu. Dahyun membacakan cerita dongeng dari ponselnya.

Kalimat demi kalimat dari cerita dongeng tersebut Dahyun lontarkan. Setiap kalimat yang terlontar dari mulut Dahyun, saat itulah napas Mina semakin tersengal. Hingga pada akhirnya, "Dahyun, aku mengantuk. Aku boleh tidur, 'kan?"

Dahyun tahu. Dahyun tahu hari ini adalah hari terakhir ia bersama kekasihnya. Tidak ingin menangis di hadapan kekasihnya, Dahyun mengiyakan, "Iya, tidurlah dengan nyenyak Minari."

Mina semakin mendekapkan diri pada Dahyun, sedangkan Dahyun mengusap rambut kekasihnya tersebut tanpa henti. Mina mulai menutup matanya.

Sampai pada akhirnya, Dahyun tidak merasakan embusan napas dari Mina, di saat itulah Dahyun berhenti untuk mengelus rambut Mina.

Mina berpulang dan Dahyun adalah orang beruntung yang menemani kekasihnya itu hingga akhir.

Kamu sudah tidak kesakitan lagi, 'kan? Berbahagialah di Surga-Nya, aku mencintaimu, batin Dahyun mengecup kelopak mata kekasihnya itu.

Dahyun melepas dekapan kekasihnya itu dan segera keluar dari kamar Mina untuk menemui Akira. Akira yang sedang membaca buku di ruang keluarga itu melihat mata Dahyun yang hampir sembab menahan tangis, Akira tahu kalau anaknya sudah berpulang.

Dahyun melihat jam tangan miliknya, "20 Oktober 2015, pukul 20:10, Minari meninggal dunia."

"Dahyun..." ucap Akira.

"Aku tidak apa-apa, Yah. Aku akan mengurus pemakaman Minari. Aku permisi dulu," ucap Dahyun berlalu dan segera mengurus pemakaman Minari.

Pada saat Dahyun pergi, saat itu juga Akira menghubungi Bank Mata untuk melakukan pengambilan kornea mata milik anaknya itu. Beruntung, pada saat proses pengambilan korena mata tersebut, Dahyun sedang sibuk mengurus pemakaman.

Akira tentu saja tahu anaknya mendonorkan matanya, karena salah satu syaratnya adalah mendapat persetujuan dari keluarga. Niat baik anaknya tersebut tentu saja disambut baik oleh Akira. Tetapi, mendiang Mina meminta Ayahnya untuk merahasiakan hal ini sampai peringatan kematiannya yang kelima.

Sampai saat itu tiba, mendiang Mina berharap siapapun yang menerima donor mata darinya adalah orang yang mencintai kekasihnya itu dan sepertinya Tuhan juga bermain peran demi terkabulnya harapan mendiang Mina.

TBC

Anthology: MiHyun & SaiDaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang