Jam menunjukkan pukul 6 pagi. Perempuan dengan mata monolid itu terbangun karena nada alarm dari ponselnya berdering. Ia pun lalu mencium kening istrinya.
"Sayang, ayo bangun. Sudah pagi," ucap seorang perempuan bernama Dahyun itu.
Yang dibangunkan pun hanya mampu membuka mata ketika gorden kamar dibuka oleh Dahyun. Dahyun pun kembali mencium kening istrinya berlanjut ke pipi kanan kiri dan berakhir di bibir sang istri. "Ayo bangun."
Mina, sang istri pun hanya mampu menggeliat dan tidak mampu untuk bangun. "Kepalaku pusing."
Mendengar ucapan Mina, Dahyun lalu memegang kening istrinya itu dengan telapak tangannya. "Kamu demam. Sebentar ya."
Dahyun keluar kamar untuk mengambil termometer dan plester kompres untuk Mina.
Saat kembali ke kamar, Dahyun langsung mengukur suhu badan Mina. "38,5 derajat. Kamu enggak usah ngajar dulu ya hari ini."
Mina hanya menggeleng mendengar ucapan Dahyun,. "Hari ini ada jadwal kuis untuk mahasiswaku, aku enggak mau mengundurnya sampai minggu depan."
Mina berusaha bangun dari ranjangnya. "Aku gapapa. Aku mau ngajar hari ini."
"Jangan keras kepala! Kalau kamu maksa ngajar hari ini, kamu ngerepotin rekan kerja kamu nanti. Bahkan kamu bisa ngerepotin mahasiwa kamu," tegas Dahyun.
Mendengar itu, Mina tidak dapat berkutik. Jika intonasi Dahyun saat berbicara sudah berubah, mau tidak mau ia harus menuruti Dahyun.
"Maaf, aku gak bermaksud marahin kamu. Perihal kuis, kamu 'kan bisa minta tolong mbak Jihyo?" ucap Dahyun mengusap pipi Mina dan menempelkan plester kompres di kening Mina.
Dahyun melihat raut muka istrinya yang kebingunan itu. "Ya kamu kirimin soal kuis ke mbak Jihyo, biar dia yang masuk ke kelas kamu hari ini gantiin kamu. Jadwal kalian ngajar 'kan gak ada yang bentrok."
Mina hanya tersenyum mendengarnya. "Ih, aku kok bego banget ya. Aku gak kepikiran."
Mina pun langsung membuka laptop dan mengirimkan file soal kuis hari ini ke Jihyo, rekan sesama dosennya itu.
"Udah 'kan?" tanya Dahyun saat melihat Mina menutup kembali laptopnya. Mina hanya menggangguk.
"Sekarang kamu istirahat ya. Aku mau buatin kamu sarapan dulu. Biar kamu bisa minum obat." Dahyun mencium pipi Mina dan menuju dapur untuk membuat sarapan.
Mina pun membaringkan kembali tubuhnya di ranjang, berharap demam dan pusingnya segera sirna.
***
Di dapur, Dahyun membuat roti bakar dan sandwich untuk dirinya dan Mina. Ia pun lalu menelepon Chaeyoung, sahabatnya sekaligus rekan satu divisi di perusahaan tempat ia bekerja. Dahyun menyalakan fitur loudspeaker di ponselnya.
"Halo, Chaeng? Hari ini lo wfh 'kan?"
"Kenapa emangnya, Hyun?"
"Boleh tukeran, gak? Mina lagi demam"
"Eh, lo hari ini wfo? Kebetulan nih, mbak Sana lagi wfo juga. Ok. Kita tukeran ya"
"Dih, najis. Gercep banget kalau urusan mbak Sana. Padahal lo bukan siapa-siapanya mbak Sana juga"
"Brengsek"
"Lagian ya, lo udah lama naksir sama mbak Sana, masa kagak ada kemajuan sih. Untung aja mbak Sana pilih-pilih makanya gak ada satu pun orang yang deketin dia, dia terima"
"Nah itu masalahnya, Hyun. Karena mbak Sana pilih-pilih, gue insecure duluan. Mbak Sana sama mbak Mina 'kan sebelas duabelas"
"Kayaknya lo harus nemuin orang tuanya mbak Sana, deh. Chaeng"
![](https://img.wattpad.com/cover/276877315-288-k517498.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Anthology: MiHyun & SaiDa
FanfikceKumpulan oneshot dan cerita pendek Saida dan Mihyun P.S. Mostly MiHyun 😬