Hari Jumat, pukul delapan malam, Dahyun baru keluar dari pabrik tempat ia bekerja. Jam kerja Dahyun seharusnya selesai di pukul empat sore tadi, tetapi hari ini dan beberapa hari yang lalu ia pulang malam karena lembur.
Saat tiba di flat miliknya, Dahyun langsung merebahkan dirinya di kasur. Matanya menatap langit-langit. "Kalau saja aku tak malas beberes, mungkin kamarku tak seberantakan ini." Ia menyesali dirinya yang sangat malas untuk beberes itu.
Baju kotor berserakan di mana-mana. Wadah bento yang kemarin ia beli pun tak luput menghiasi kamar flatnya. Karena besok libur, Dahyun mulai beranjak dari tempat tidurnya untuk bersih-bersih.
Dahyun mengambil baju kotor yang berserakan dan memasukkannya ke keranjang baju kotor. Wadah bekas bento ia masukkan ke tempat sampah.
Belum satu jam, Dahyun sudah kelelahan dan merebahkan dirinya lagi ke kasur.
***
Pagi harinya, Dahyun terbangun karena bunyi notifikasi pesan singkat dari ponselnya terus menerus berbunyi tanpa henti.
Hari ini kamu libur, 'kan? Aku mau ke tempatmu.
Apa-apaan kamu, Minatozaki Sana! Dahyun yang melihat pesan singkat yang dikirim ulang terus menerus itu pun langsung mendelik karena Sana akan datang. Ia melihat kamarnya masih berantakan dan baju kotor pun masih ada yang berserakan. "Sial, kenapa dia tiba-tiba mau ke sini?"
Jangan sekarang! Aku lagi gak ada di rumah! Dahyun membalas pesan dari Sana dan berharap Sana mengurungkan niatnya untuk datang ke tempat Dahyun.
Usotsuki! Aku melihat jadwal shift-mu bulan ini, Kim Dahyun! Aku sudah di depan.
Saat membaca pesan terakhir dari Sana itu, bel flat Dahyun berbunyi. Dahyun pasrah dengan kondisi tempat tinggalnya yang berantakan itu akan dilihat oleh Sana.
Dahyun lalu membuka pintu dan melihat Sana berdiri dengan muka kesal yang dibuat-buat.
Sial, muka kesalnya itu menggemaskan sekali. Dahyun benar-benar lemah dengan wajah kesal Sana yang baginya menggemaskan itu.
"Kenapa? Kamu mau bilang kalau aku menggemaskan? Iya, 'kan?" Sana menaikturunkan alisnya menggoda Dahyun.
Dahyun langsung menutup pintu tetapi terhalang lengan Sana.
"Itta!"
Khawatir dengan kondisi lengan Sana, Dahyun membuka lebar-lebar pintu rumahnya.
"Ojamashimaaasu." Sana langsung masuk tanpa izin dari Dahyun.
"Oi, Minatozaki! Shitsureina!"
Dahyun menyusul Sana yang sudah masuk ke tempatnya tanpa izin darinya itu.
"Kamu ngapain?" Dahyun mencegah Sana mengambil baju kotor yang masih berserakan dan memasukkannya ke dalam mesin cuci.
"Tak lihat? Aku mau nyuci baju kotor kamu, nih! Minggir, jangan ganggu!"
Yang punya rumah aku, tapi kok lebih galakan dia, ya. Dahyun bingung dengan Sana yang lebih galak darinya dan mau tidak mau ia pun menuruti Sana.
Baju kotor yang sudah Dahyun masukkan ke dalam keranjang baju kotor kemarin malam pun diambil oleh Sana dan dimasukkan juga ke dalam mesin cuci. Sana memutar-mutar dan menekan tombol di mesin cuci.
Selagi baju dicuci, Sana menuju dapur dan mulai mencuci piring kotor yang sudah berhari-hari di bak cucian. Tak ada satu kata pun keluar dari mulut Sana. Bahkan Dahyun sudah menyiapkan telinganya untuk mendengar omelan dari Sana. Namun, hal tersebut tidak terjadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anthology: MiHyun & SaiDa
FanfictionKumpulan oneshot dan cerita pendek Saida dan Mihyun P.S. Mostly MiHyun 😬