Hawaii

766 75 20
                                    

TOK TOK TOK

Seseorang mengetuk kamar Dahyun. "Dahyun, sudah bangun? Jangan lupa kenakan pakaian golf milikmu. Hari ini kita..."

Dahyun yang baru keluar dari kamar mandi miliknya pun merasa kesal karena setiap minggu ia harus diingatkan. Dahyun pun memotong pembicaraan ayahnya di balik pintu kamarnya. "Aku sudah tahu, Ayah. Setiap minggu 'kan aku juga ikut dengan Ayah bermain golf dengan Tuan Hiroshi. Yah, meskipun aku hanya sebagai penonton saja. Banyak orang tua yang tidak aku kenal."

"Oh, ya benar. Hahaha. Maaf. Namun kali ini berbeda, Tuan Hiroshi akan membawa serta cucu semata wayangnya itu. Dia seumuran denganmu Dahyun, kamu bisa mengajak dia bermain. Ayah tunggu di ruang makan untuk makan pagi bersama." Ucap Taecyeon, ayah Dahyun yang kemudian turun menuju ruang makan.

Setelah tidak mendengar suara ayahnya, Dahyun pun mempersiapkan pakaian golfnya yang akan ia kenakan. Dahyun pun memilih atasan berwarna merah dengan rok berwarna putih. "Seperti karakter Mario ya."

Setelah mengenakan pakaiannya Dahyun pun menuju ruang makan untuk makan pagi bersama kedua orang tuanya.

.

Di tempat lain, seorang pria lansia yang mengenakan pakaian golf sedang membaca koran di ruang makan, sedang menunggu cucunya untuk makan pagi bersama.

Ketika suara langkah kaki terdengar dari anak tangga yang memang letaknya tidak jauh dari ruang makan, pria lansia itu pun menutup korannya dan melihat cucunya yang mengenakan pakaian golf dengan atasan berwarna peach dan rok berwarna putih. Pria lansia bernama Hiroshi itu pun tersenyum melihat cucu semata wayangnya itu.

"Selamat pagi, Kakek." Ucap Sharon, cucu Hiroshi, mengecup pipi kakeknya lalu duduk di kursi di samping kakeknya.

Hiroshi tertawa melihat Sharon yang mengenakan atasan berwarna peach itu, "Hahaha, Sharon. Kamu seperti karakter Princess Peach ya. Bedanya kamu mengenakan pakaian berwarna peach."

Sharon memutar bola mata malasnya. "Yah, semoga saja nanti ada Mario yang menungguku di tempat golf nanti," ucap Sharon dengan satire.

"Kamu tidak senang ya, Kakek mengajakmu bermain golf?" tanya Hiroshi.

"Bukan begitu. Aku 'kan tidak bisa bermain golf dan juga aku terlalu canggung bertemu dengan orang baru yang lebih tua dariku, terlebih lagi itu kolega dan pengawal Kakek, Paman Taecyeon," balas Sharon sembari mengoleskan mentega ke roti.

"Tidak perlu khawatir, Sharon. Hari ini juga putrinya Taecyeon yang seumuran denganmu akan ikut serta, sama seperti minggu-minggu sebelumnya. Putrinya itu yang akan menggantikan Taecyeon jika kamu siap memimpin perusahaan," ucap Hiroshi yang mendapat tatapan tajam dari Sharon.

Sharon pun menyerahkan roti yang telah diolesi mentega serta selai kaya kesukaan kakeknya. "Aku belum siap memimpin perusahaan, aku belum siap kehilangan Kakek."

Hiroshi mengerutkan keningnya. "Siapa bilang kamu akan kehilangan Kakek? Kamu siap memimpin perusahaan, bukan berarti kamu harus kehilangan Kakek terlebih dahulu, Sharon."

Sharon memandang kakeknya. "Kakek ingin pensiun?"

Hiroshi hanya mengangguk. "Kakek sudah lelah."

"Tapi, Kek. Kalau aku memimpin perusahaan, aku tidak bisa memberikan keturunan Myoui yang akan meneruskan perusahaan nantinya." Ucap Sharon menunduk karena dia sudah melela pada kakeknya.

"Kamu masih bisa hamil, Sharon. Kamu tidak perlu menikahi seorang pria untuk bisa hamil dan memberikan keturunan Myoui. Bayi yang lahir dari rahimmu, tidak peduli dia mengikuti marga dari calon pasanganmu kelak, dia tetaplah seorang Myoui yang berhak meneruskan perusahaan." Ucap Hiroshi mengusap lembut rambut cucu semata wayangnya.

Anthology: MiHyun & SaiDaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang