EPILOG

444 99 44
                                    

[Sebuah akhir menurutku bukan terhenti di kehidupan saling bahagia seperti jadian, menikah, lulus kuliah, atau bahkan menjadi seorang CEO, dsb

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Sebuah akhir menurutku bukan terhenti di kehidupan saling bahagia seperti jadian, menikah, lulus kuliah, atau bahkan menjadi seorang CEO, dsb. Tapi, akhir justru adalah ketika kita menutup mata untuk selamanya. Ya, kematian. Sebuah misteri kehidupan yang hanya diketahui oleh orang yang mengalaminya tanpa pernah bisa dibagi pada siapapun.- Goresan Semesta.]

~~

Aku dan Ge mungkin tidak bisa seperti kalian.

Mengenakan toga setelah menyusun skripsi, mengeluh karena tugas yang tiada henti di bangku kuliah, menggapai cita-cita seperti guru, dokter, pilot, atau sekadar berfoto di menara Eiffel.

Aku mungkin tidak akan pernah merasakan punya anak. Bagaimana rasanya mengandung buah hati selama sembilan bulan dan menjadi ibu dari anak-anak Ge? Usia kami mungkin tidak akan sampai di sana.

Mungkin malam pertamaku dengan Ge tidak seperti kebanyakan orang ... Tapi, aku bahagia. Setidaknya, aku pernah bahagia sebelum akhirnya sirna tak bersisa dan terlupa ...

Pertemuanku dengan Ge adalah jalan terbaik Tuhan. Dan, cara memisahkan kami juga adalah sesuatu yang terbaik. Kenapa?

Karena kami tidak perlu saling menangisi satu sama lain. Kami berpisah dengan pelukan hangat malam itu. Perasaanku, perasaan Ge, Jiwaku, Jiwa Ge, Ragaku dan Raga Ge, semuanya memang sirna tak berbekas. Bahkan perlahan ingatan tentang aku dan Ge akan tenggelam dalam kejadian-kejadian lain yang lebih bersejarah. Tapi, langit telah menjadi saksi bisu kita pernah ada, ia mendapati pertemuan pertama kita di bus sampai perpisahan kita di atas ranjang rumah sakit.

Aku pulang duluan ya bersama Ge ...

Mau mewujudkan cita-cita kami, membuat malaikat dan bidadari cemburu di surga.

Jika esok pagi aku terbangun, aku ingin Ge terbangun juga. Dan, jika esok aku masih terlelap, aku harap Ge juga terlelap. Permintaanku pada Tuhan tidak banyak, aku hanya ingin mengikuti Ge, seperti ia mengikuti aku, memutuskan untuk menyerah pada pengobatannya hanya agar serasi denganku. Menutuskan untuk menggunting surat kelulusannya di salah satu universitas hanya untuk menemani aku.

Ge ... aku terpikat lagi olehmu.

Tunggu! Kenapa kamu menangis? Jangan begitu, hehehe ... aku dan Ge sudah baik-baik saja.

Lihat! Ia bahkan sedang bermain biola di tengah padang rumput. Menyanyikan lagu buatannya untukku. Sungguh, kami sudah bahagia. Meskipun bahagia kami bukan lagi ada di atas dunia.

"Dandelion!" seru Geraldi dengan senyuman hangat. Ia meletakkan biolanya dan berlari-lari kecil demi menghampiri Dandelion. Tangan Geraldi yang kembali kekar terjulur, "Sini, katanya kamu ingin lihat ibuku."

Dandelion mengangguk. Rambut panjangnya telah kembali, berkilau lebat di bawah sinar matahari yang menyorot sejuk. Ia menggapai tangan Geraldi, bangkit dari duduknya dan berlari-lari mengikuti langkah Geraldi menuju sebuah alam terbuka yang sangat indah. Taman-taman yang tak pernah terjamah oleh manusia sebelumnya.

Geraldi membawa Dandelion semakin jauh memasuki sebuah cahaya terang. Seseorang menyambut mereka dengan senyum yang cantik, sama cantiknya seperti wanita yang digandeng Geraldi. Beberapa langkah lagi menuju cahaya Dandelion tiba-tiba berhenti. Ia menatap mata Geraldi yang berbinar.

"Ge, Papaku tidak bisa ikut?" tanya Dandelion.

Geraldi menggeleng, "Papamu sudah bahagia bersama wanita pilihannya sekarang."

Dandelion mengangguk paham dan kembali melangkah mengikuti Geraldi. Wajah cantik itu menoleh sekali lagi ke arah sebuah rumah berloteng tempat ia pernah tinggal. Teman-temannya, orang tuanya, neneknya, guru-gurunya, bahkan sopir bus yang pernah mengantar Dandelion, juga Bramastha dan Rhazes tengah sibuk dengan urusan mereka masing-masing di kejauhan.

Dandelion tersenyum hangat dan memalingkan wajah, kembali pada tujuannya sebab tidak ada lagi yang menghalangi kepergiannya. Tubuh Dandelion dan Geraldi terus mengikuti cahaya, menembus batasan yang tak bisa digapai seorang yang masih berada. Mereka menggapai jemari seorang wanita yang telah lama menunggu. Mereka masuk ke dalam cahaya itu dan menghilang.

Pada akhirnya, mereka telah sirna ...

-TAMAT-

.

.

.

Selesai sudah aku mengabdi di kisah Dandelion dan Geraldi.

Semoga kalian puas dengan ending yang aku berikan ...

Bagaimana pun aku memberikan akhir di novel ini, kisah mereka berdua di dunia nyata tetap sama. Aku hanya mengemasnya agar lebih manis dan menyentuh hati kalian.

Seperti yang kalian tahu, lama sekali untuk aku akhirnya menyelesaikan kisah ini. Terima kasih sudah setia menanti dan maaf bila aku kerap kali menggantung kalian. ILYA untuk pembaca setiaku ❤

Bagi kalian yang menangis, coba lap air matanya dan senyum lagi. Gege dan Dande sudah bahagia!

Tak bosan aku mengingatkan, kalau...

Masih ada 2 cerita lain yang belum rampung, HIPOTESA RASA dan BIFURKASI ...

Aku harap kalian berkenan untuk mampir di sana juga.

Next time. Mungkin kisah Bramastha Adikara Andalusia akan menarik?

Atau Rhazes? Hhhmmm...

Menggiurkan.

.
.
.

Dipublikasikan pada
31 Juli 2021
Pukul 20.00

SIRNA [TERBIT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang