ENAM

814 172 40
                                    

Hai, met malming bebep.
Gimana? Udah siap menyelami kisah Gege dan Dande?

😚😚
PARAPHILIA mulu bosen ntar wkwk

Ini juga gak kalah nyesek, ko. Belum tau aja gimana romantisnya Gege sama Dande 😂

~~
Happy Reading
And
Stay with me until the end
💖
~~

“Kamu tidak apa-apa, Dandelion?” tanya Geraldi.

Dande menggeleng, ia tidak ingin membuat Geraldi khawatir tapi pergerakannya membuat semua orang tahu kalau Dande sedang tidak baik-baik saja. Wajah Dande terlihat sangat pucat.

“Dandelion?” Suara Geraldi terdengar semakin pelan, kalah dengan suara hujan yang masih menhunjam bumi dengan beringas. “Dande ..”

Dande perlahan mendongak, menatap wajah Geraldi yang terlihat masih khawatir, wajahnya malah ikut pucat. Dandelion teringat mimpinya belakangan ini, sekarang Geraldi mirip laki-laki di dalam mimpinya. Dande tersenyum, manis sekali seperti bunga-bunga Dandelion yang rapuh.

“Aku tidak apa-apa, Geraldi,” Kata Dande.

Senyuman manis Dande mengiringi kepergian hujan sore ini. Derasnya seketika pergi, awan-awan mendung itu enyah dari bumi berganti dengan matahari yang mulai malu-malu muncul di batas langit bersama dengan pelangi yang samar menghiasi angkasa.

Geraldi bangkit berdiri, ia memandangi jaketnya yang basah kemudian mengedarkan pandangannya ke sekitar, ia memanggil seseorang. “Heh, Aldo!”

Seorang laki-laki menoleh dan langsung menghampiri Geraldi, ia terlihat ketakutan seolah Geraldi akan menghabisinya. Kalau dilihat dari gelagatnya, ia sepertinya masih kelas sepuluh. Wajar kalau laki-laki bernama Aldo itu takut pada Geraldi, ia memang terkenal tempramen.

“Buka jaketmu,” Kata Geraldi. Laki-laki bernama Aldo itu terlihat bingung tapi langsung menuruti kemauan Geraldi. Geraldi meraih jaket itu dan menyelimuti Dande, lagi-lagi Dande melongo.

Geraldi menatap Aldo, “Jaketmu aku pinjam dulu,” Katanya.

Aldo mengangguk-angguk, dari bibirnya yang mengaga sudah cukup membuktikan kalau Aldo juga heran kenapa kelakuan Geraldi jadi seperti itu. Orang baru seperti Dande saja sudah terkejut, apalagi mereka yang sudah lama mengenal Geraldi.

Geraldi menghampiri pria pemilik mobil sembari merogoh saku celananya. Ia mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu seraya berkata, “Nanti aku ganti rugi. Tapi, kita harus antar dia dulu pulang.”

Geraldi menunjuk Dande dengan wajahnya yang sudah kembali datar. Dande ingin sekali menolak tapi kepalanya masih terasa sangat sakit, wajahnya juga sudah berubah jadi sangat pucat, bahkan Dande tidak sanggup lagi untuk berdiri. Sakit kepala itu sangat mengganggu.

Pria pemilik mobil itu baru saja akan meraih uang dari tangan Geraldi, tapi Geraldi langsung memasukkan kembali uangnya ke dalam saku, “Antar dia dulu.”

Mau tidak mau pria itu menuruti kata-kata Geraldi. Geraldi memang aneh, ia bahkan tidak peduli kalau pria itu sedang terburu-buru atau tidak, sedang sibuk atau tidak, yang ada dipikiran Geraldi saat ini adalah mengantar Dande pulang dengan selamat, seperti itu kelihatannya.

Geraldi menghampiri Dande lagi, “Aku mau menyentuhmu,” Kata Geraldi, mendengar itu Dande kembali melongo, ia hampir mengeluarkan kosakata ‘Eh’ lagi. Tapi, dengan cepat Geraldi menjelaskan maksud kalimatnya, “Aku mau menuntunmu masuk ke mobilnya. Aku minta izin untuk memegangimu. Boleh tidak?”

SIRNA [TERBIT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang