SATU

1.5K 203 32
                                    

Akan aku update setiap malam minggu jam 20.00 WIB yaa ❤

××××××××××××××××××××××××××××××

Cerita ini mungkin gak akan se-menegangkan PARAPHILIA. Episodenya gak sepanjang dan serumit PARAPHILIA. Endingnya juga udah bisa ditebak, mungkin. Yang aku unggulkan dari cerita ini adalah perjalanan hidupnya, karena pesan itu ada lewat perjalanan cerita bukan akhir cerita.

Mungkin cerita ini klise

Tapi, novel ini aku buat dari hati aku yang paling dalam untuk
Geraldi dan Dandelion.

Sungguh, kalian berdua luar biasa.

~~

.Happy Reading.
And
Stay with me until the end

~~

Hari pembagian nilai rapor tengah semester.

Semua bersemangat setelah pembagian nilai rapor tengah semester. Biasanya anak-anak Sekolah Menegah Atas akan diberi rapor sebanyak empat kali dalam setahun. Ini adalah rapor ke lima Dande, yang artinya ia sudah kelas sebelas. Kebanyakan anak akan merayakan pembagian rapor ini dengan acara bazar atau festival musik, masing-masing kelas akan menyumbang beberapa lagu meski suara mereka terdengar sumbang. Tapi, semuanya pasti berbahagia meskipun tidak sedikit yang mendapat nilai jeblok seperti jalanan rusak.

Kelas Dandelion selalu menjadi kelas yang paling berbakat, banyak siswa dengan suara merdu dari kelasnya, termasuk Dandelion sendiri. Sekarang giliran kelas Dande yang naik ke atas panggung, beberapa perwakilan mulai bernyanyi sementara sisanya akan bertepuk tangan. Masa putih-abu memang masa yang paling menyenangkan.

Tapi, tidak bagi wanita bernama Dandelion Mekar Dikala Senja. Ia sudah lama tidak mekar sejak kabar mengejutkan itu datang. Gadis berambut tebal itu memilih diam di balik air mancur, menunggu mama keluar dari ruang kelas untuk mengambil rapornya.

Dande sebenarnya anak yang ceria, ia salah satu anggota marching band di sekolah sejak awal masuk sekolah dasar sampai SMA dan dipercaya menjadi gitapati atau pemimpinnya. Meskipun hanya berkontribusi beberapa bulan saja ia sudah sering membawa piala untuk sekolah. Sekarang Dande hanya perempuan pemurung yang menghabiskan waktu dengan pergi sekolah, pulang sekolah, pergi ke rumah sakit dan pulang dari rumah sakit.

Ia mengundurkan diri dari keanggotaan Marching band tanpa alasan, enggan memberitahu kalau dirinya sakit. Dande berpikir, ia hanya akan menjadi bahan bully kalau semua orang tahu dirinya sakit. Tapi, belum ada yang tahu saja mereka yang tadinya memuja gadis berambut indah itu sekarang sudah banyak menjauhi Dande, ia dianggap aneh karena sering murung dan tidak lagi mengumbar senyum manisnya. Dande sudah tidak berselera.

Dandelion tidak punya teman, lebih tepatnya ia menghempas semua temannya. Lagipula, untuk apa teman-teman itu, hidupnya tidak akan lama lagi. Kanker otak stadium dua yang ia derita sebentar lagi akan memasuki stadium tiga dan terus meningkat sampai akhirnya berujung kematian.

“Dande…”

Mama tersenyum di kejauhan, tangannya yang sudah sedikit keriput menggenggam erat rapor tengah semester Dande, pasti nilai Dande tak jauh berbeda dengan semester sebelumnya.

Dande tidak pintar, ia hanya suka pelajaran bahasa. Tapi, Dande masuk IPA. Ia semakin tidak menarik saja karena tidak pintar di kelas. Tapi, Dande tidak peduli, ia akan pindah sekolah.

SIRNA [TERBIT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang