_________________________
Desire
_________________________
Jaehyun melempar asal dokumen ke mejanya, mengusap wajah dengan gusar lalu menghela napas dengan gelisah. Pasalnya sudah empat hari iya tidak melihat Renjun meski mereka satu gedung.
Renjun sama sekali tak membuatkannya bekal semenjak masuk kembali.
"Mina, panggil Renjun keruangan saya. Penting!" Jaehyun sedikit geram menutup telponnya, lalu melonggarnya kerah kemejanya yang mulai terasa tak nyaman.
Selang waktu 10 menit pintu ruangannya di ketuk.
"Masuk," ujarnya datar, matanya kembali fokus menatap layar komputer di mejanya.
"bapak manggil saya?" ujar Renjun ragu dan perlahan menghampiri meja kerja Jaehyun. Namun tak ada jawaban hingga 15 menit berdiri di hadapan Jaehyun. Wajahnya tampak datar namun masam, membuat Renjun tak berani mengutak atik wajah itu.
"Pak?" panggil Renjun kembali yang mulai gelisah berdiri selama 30 menit. Namun Jaehyun masih tak memberi respon. Sepintas ia ingat percakapannya di telpon tempo hari.
"Hyung?" panggil Renjun ragu.
Jaehyun pun akhirnya menoleh dan merapihkan mejanya. Ia sempat melirik kearah telapak tangan Renjun yang terdapat luka dengan perban baru dililit menutupi keseluruhan. Namun pandangannya dialihkan kembali olehnya.
"ikut saya." ujarnya yang langsung beranjak keluar ruangan. Renjun hanya tertunduk mengekori Jaehyun yang tak memberikannya senyum sedikitpun. Lantas membawa Renjun keluar dengan mobilnya. Ia benar-benar tak berani bertanya atau berkomentar apapun saat Jaehyun membawanya ke sebuah restoran mahal.
"Mau pesan apa?" tanya Jaehyun, matanya fokus melihat kearah buku menu. Renjun yang sempat terdiam meraih buku menu yang lalu ditaruhnya kembali.
"apa aja deh pak eh maksud saya hyung, saya gak ada alergi makanan kok." ujar Renjun gugup, jujur ia tak mengerti dengan nama-nama menu di buku tersebut. Ia masih tak mengerti tujuan Jaehyun mengajaknya makan diluar seperti ini. Bahkan bisa di bilang, ini masih jam kerja.
20 menit setelah Jaehyun memesan makanan, pesanan itu pun diantar. "wah." Renjun sedikit berdecak kagum dengan hidangan mewah yang ada di hadapannya.
"Dimakan." ujar Jaehyun pelan, ia langsung mengambil peralatan makannya. Yang lebih muda pun mengangguk lalu ikut menyantap dengan tangan kirinya yang tak luka, Namun tak mengurangi lahap makannya menikmati hidangan lezat itu. Sejenak pandangan Renjun tersita oleh Jaehyun yang duduk dihadapannya, wajahnya tertunduk malas meski tetap menyantap hidangan itu. Renjun terdiam, sikap Jaehyun membuat hatinya tergurat cemas. Rahang tegasnya terlihat lebih kurus.
"Hyung, besok saya bawakan bekal lagi ya?"
"tangan kamu lagi luka." Renjun meringis melihat kearah lukanya, kembali teringat saat tak sengaja bahan kimia yang tersiram ketangannya usaha menghentikan sang ibu.
"luka kecil kok hyung," lirih Renjun.
"kena pisau lagi?"
"kesiram air panas," jawabnya menghindar, Jaehyun menyeringitkan alis menatap luka ditangan Renjun. "coba liat," ujar Jaehyun yang langsung meraih tangan Renjun. Pria bermarga Jung itu baru menyadari kulit sekitar telapak tangan Renjun yang diperban memerah seperti lepuhan, bahkan hampir menghitam. "sudah di obati?" Renjun hanya mengangguk. "Nanti pulang kita ke rumah sakit dulu, diliat lagi lukanya."
"gak apa-apa hyung, nanti juga sembuh kok. Saya udah sering dapet luka begini."
Jaehyun menyimpitkan pandangannya kearah Renjun, tatapan menelisiknya cukup mengimitidasi membuat pria mungil itu tertunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire [JaeRen] √
Fanfiction[M] [Romance] hasrat ini tak bisa kukendalikan, aku menginginkanmu lebih... Huang Renjun ㅡ Jung Jaehyun . . . Kau begitu memikat bagai candu, yang sangat memabukkan. Namun, aku takut... Takut kau menjauhiku saat tau aku sangat mencintaimu... Jung...