XVI

7.4K 745 23
                                    

_________________________

Desire

_________________________

"pak, saya suka sama pak Johnny." Johnny mematung memandang Yeri yang baru saja menyatakan perasaannya. Yeri masih menundukan wajahnya tak berani mengangkat kepala. Entah atas dasar keberanian apa, Yeri mengajak Johnny keluar untuk minum di cafè sore ini.

"Saya sudah lama menyukai pak Johnny." Yeri kembali menegaskan kata-katanya.

Johnny menghela napas, lalu mangambil secangkir kopi dimejanya. 

"iya, saya sudah tau kok." ujarnya yang lalu menyesap kopi itu. Yeri mengangkat kepalanya perlahan, wajahnya semakin memerah mendengar kata 'sudah tau' dari atasannya itu. Namun ada rasa penasaran lain, ia ingin tau tanggapan dari Johnny dari pernyataan cintanya itu.

"lalu pak?"

"hm?"

Yeri mengigit bibir bawahnya dan kembali menunduk. Hatinya sedikit mengernyit linu melihat sikap datar Johnny.

"Ya kamu itu cantik, pintar, dan sangat cekatan dalam pekerjaan. Saya yakin kamu bisa dapat pria yang lebih baik."

"maksud bapak?" Yeri menyatukan alis heran.

"Saya sudah punya kekasih Yeri sshi, dan kekasih saya seorang pria." 

Yeri membulatkan matanya, ia menatap kearah Johnny, benar-benar sangat terkejut dengan penuturannya.

"kenapa saya jujur? mungkin dengan saya bilang tentang ini, kamu akan jijik sama saya, dan menghilangkan perasaan kamu untuk saya."  ujar Johnny dengan nada suara yang begitu tenang, seolah tanpa beban mengatakanya. Yeri kembali memundukan wajah, bahkan kini tak kuasa menahan air matanya.

"bapak bohong 'kan? Saya gak apa-apa bapak tolak, tapi kenapa harus bilang seperti itu?"

"apa saya terlihat sedang bergurau?"

Johnny mengeluarkan ponsel dari sakunya dan menujukan sebuah foto kepada Yeri.

"Dia kekasihku, dan kami sudah menjalin hubungan selama 3 tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dia kekasihku, dan kami sudah menjalin hubungan selama 3 tahun."

Yeri melihat sekilas foto tersebut lalu kembali terisak, namun sedikit ia redam agar tak terdengar pengunjung cafè yang lain.

"Kenapa harus seorang pria?" lanjut Yeri di tengah isakannya.

"Perasaan cinta tumbuh, sulit untuk dimengerti. Coba kalau saya tanya, kenapa kamu suka saya, kenapa harus saya, apa kamu bisa jawab secara detail alasannya? Semua terpupuk begitu saja dihatimu, dan juga dihati saya. Rasa sayang, rasa nyaman, semua itu berkembang sendiri. Saya yakin, kamu bisa dapat yang lebih baik Yeri."

Yeri tak kuasa mendengar kata-kata Johnny, lalu beranjak pamit dari cafè masih dengan isakan tangisnya.

"Udah, kamu udah liat kan, udah aku tolak." ujar Johnny ke Ten yang duduk di belakang mereka.  Ia melepas kacamata dan topinya lalu beranjak duduk di tempat Johnny.

Desire [JaeRen] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang