II

12.2K 1.1K 51
                                    

_________________________

Desire

__________________________

Jaehyun menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi di ruangan tempat kerjanya. Ia memijit pelan kening kepalanya yang terasa pusing seharian menatap layar komputer.

Sekarang sudah pukul tiga siang, dan hari ini pun ia kembali melewati jam makan siangnya.

Matanya melirik sekilas pada segelas cangkir kosong di mejanya, bahkan ia tak ingat kapan menghabiskan tegukan terakhir dari kopinya.

"tolong bawakan kopi ke ruanganku." Ujarnya usai menekan nomer ekstensi untuk memanggil sekertarisnya

"Jay?" Suara lain yang berasal dari arah pintu itu cukup mengejutkannya, yang langsung masuk tanpa mengetuk bahkan dipersilahkan, dan tak aneh lagi bagi Jaehyun dengan sikap Johnny yang seperti itu terhadapnya.

"Kau tidak keluar dari ruanganmu?" Tanyanya kembali, dengan tatapan matanya yang menelisik seolah mengintimidasi.

"Ku kira kau mau membawakan aku kopi."

"Jay, apa aku terlihat seperti OB?"

"Apa yang ku suruh sudah selesai kau kerjakan?" Jaehyun justru balik bertanya dengan matanya yang memicing tajam.

"Kau meragukan kemampuan ku wahai bapak Jaehyun yang terhormat?" Johnny menyeringitkan alis, bahkan hampir mencibir. Jaehyun hanya melempar senyum kearah Johnny.

"Jay, sesungguhnya aku ada hal mendesak. Apa aku boleh meminta sesuatu padamu?" Johnny mendekati Jaehyun dengan tatapan serius, ia kini berdiri di hadapan Jaehyun yang justru menatapnya heran.

"Asal jangan nyawaku." Jawab Jaehyun asal, sejujurnya ingin melucu. Namun justru ditanggapi dengan serius oleh Johnny.

"Kau gila? Aku serius, ingin meminta tolong padamu." Johnny kembali menekankan kata-katanya.

"Iya apa?" Jaehyun menatap lurus kearah Johnny dengan ekspresi dingin yang begitu khas.

Johnny yang awalnya ragu memberanikan diri berbicara tentang permintaannya.

"Aku punya saudara jauh dan baru saja menyelesaikan kuliahnya. Ibunya meminta padaku untuk mengajaknya bekerja. Tapi divisi ku penuh. Bisakah kau memberikan posisi di perusahaan ini atau tempatkan dia di lapangan juga tak apa. Nilai akademiknya cukup bagus dan dia terlihat pintar." Jelas Johnny, mencoba mendeskripsikan saudaranya itu.

"Kenapa kau tidak langsung membawa dia kebagian HRD saja, kenapa harus meminta kepadaku." Jaehyun menyandarkan kembali tubuhnya pada punggung kursi, ia benar-benar merasa lelah meski tak ia gambarkan di wajahnya.

"Lagi pula kau tau, aku tidak butuh yang hanya memiliki nilai tinggi dalam akademik. Namun keahliannya dan keterampilannya, John." Tegas Jaehyun kembali, ia memejamkan mata sejenak dalam posisinya saat ini.

"Iya, aku paham kriteriamu Jay. Tapi setidaknya kau lihat dulu saja dia. Kalau memang tidak sesuai bisa kau keluarkan. Aku benar-benar tidak enak hati dengan ibunya."

Jaehyun menghela napas lalu membuka kelopak matanya, kata-kata Johnny seolah seperti rengekan buatnya.

"Bawa CV - nya kesini, biar aku liat dulu." Ujar Jaehyun datar, matanya kembali fokus pada layar komputer di atas meja kerjanya.

"SIAP BOSS!" Johnny sedikit berteriak dan Jaehyun menjengit kaget, hampir saja ia melemparkan barang yang ada di meja untuk memukul kepala Johnny. Namun Johnny lebih cepat kabur dari ruangannya sebelum melihat Jaehyun murka, meski ia tau benar bahwa Jaehyun tidak akan pernah benar-benar marah terhadapnya. Lebih kepada perilaku Johnny yang memang sudah tak asing lagi bagi Jaehyun.

Desire [JaeRen] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang