XII

8.6K 857 51
                                    

_________________________

Desire

_________________________

Jaehyun duduk, menyesapi secangkir teh siang ini di meja kerjanya. Wajahnya terlihat lebih fresh dengan senyum yang terus teruntai dibibirnya. Johnny yang ada di ruangannya menatap dengan tatapan yang menelisik, pikirannya masih berkelut dengan tugas yang diberikan oleh Jaehyun.

"Jay, kau tak berniat membawa Renjun kerumahmu kan? Maksudku, tinggal bersamamu." tanya Johnny heran.

"kalau iya?"

"kau gila? Kau menyuruhku menyewakan pembantu untuk ibunya Renjun bahkan memberikannya uang dengan jumlah yang cukup banyak. Kau membeli Renjun dari ibunya dengan itu semua?" ujar Johnny dengan nada khasnya yang meledak-ledak.

Jaehyun menghela napas, jujur ia malas menanggapinya.

"aku hanya memintamu mengawasi ibunya. Tidak usah ikut campur dengan urusanku yang lain."

"Jay, aku hanya ingin menahanmu dari tindakan gila ini?"

"KAU TAU, RENJUN DAPAT LUKA ITU DARI SIAPA? IBUNYA! AKU HANYA INGIN MELINDUNGI RENJUN, KAU ANGGAP AKU GILA?" Johnny terdiam melihat amarah sahabat sekaligus bossnya yang begitu meledak bahkan membanting cangkir tehnya penuh emosi. Johnny tak menyangka Jaehyun bisa semarah itu dengannya.

***

Renjun mengerejap membuka matanya, melirik kearah balkon yang jelas sudah terlihat sangat terang. "astaga, jam berapa ini!" ia kalap dan sontak bangun, namun kembali meringis merasakan cukup sakit dibawah sana dan disaat itu pula ia menyadari tubuhnya yang hanya di baluti oleh selimut.

Renjun terdiam, mencoba meraba ingatannya semalam. Kejadian yang ia anggap hanya sekedar mimpi, namun nyata dihadapannya kini.

"Huang Renjun Bodoh! Apa yang kau lakukan. Kenapa kau memanfaatkan Jaehyun hyung yang mabuk untuk memuaskan hasratmu. Ah gila. Ini benar-benar gila!" Renjun memukuli kepalanya sendiri. Meruntuki kebodohan yang diperbuatnya semalam.

"apa yang harus aku lakukan sekarang." Renjun meringis kembali diatas tempat tidur. Ia duduk sambil memeluk lututnya. Jaehyun pasti akan langsung memecatnya saat ini.

Pria mungil ini melonjak saat mendengar suara ponselnya berdering diatas nakas lalu menyambarnya dengan cepat saat melihat nama kontak yang tertera dilayarnya.

"Ha-hallo Jaehyun hyung? Maafkan saya hyung saya-"

"kamu udah makan belum?"

"belum hyung."

"baru bangun ya?"
Renjun mengangguk, ia lupa bahwa mereka bicara melalui telepon.

"i-iya." ujarnya cepat setelah menyadari kebodohannya, lagi.

"yaudah kamu mandi dulu, habis itu makan ya. Saya sudah sewa pembantu lagi untuk urus rumah. Saya juga sudah suruh pembantu itu masak buat kamu."

"i-iya hyung."

"tunggu saya pulang ya."

"iya."

Jaehyun memutuskan sambungan telponnya. Renjun pun terdiam, menggaruk lehernya yang bahkan tak gatal.

"Jaehyun hyung masih mabuk kah?" pikirnya. Lekas kekamar mandi untuk membersihkan diri.

***

Waktu menunjukan pukul 5 sore, dan tepat pada waktu itu sebuah alarm diruang kerja Jaehyun berdering. Membuyarkan sosok pria Februari yang sedang fokus berkutat dengan kerjaannya. Ia segera merapihkan dokumen-dokumen itu lalu mendial nomer extensi dari telpon di mejanya.

Desire [JaeRen] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang