_________________________
Desire
__________________________"Ini kartu akses anda."
"terima kasih Chaeyoung sshi." Renjun membungkukkan tubuhnya setelah menerima kartu akses dari receptionist.
"Pak Jaehyun yang meminta langsung membuatkannya. Biasanya karyawan baru akan mendapatkan kartu akses paling cepat dua minggu." Jelas receptionist itu dengan sedikit terkekeh. Renjun hanya tersenyum menanggapi, lalu kembali membungkuk meninggalkan tempat.
Ia menghela napas saat di dalam lift. Menyandar tubuhnya, berusaha menetralkan perasaanya.
"Tidak Renjun, jangan terlalu berlebihan menanggapi hal ini. Mungkin karena kau sepupu Johnny hyung. Yang tak lain adalah sahabatnya." Renjun bermonolog, menegaskan asumsi yang berlawanan dengan hatinya kini.
Jangan terlalu bodoh mudah untuk jatuh cinta.
Ting
Suara lift itu sontak membuyarkan pikirannya, matanya tertuju pada sosok yang masuk kedalam lift.
Tubuhnya mematung sesaat, melihat sosok yang masuk kedalam lift bersamanya.
Mata mereka bertemu untuk beberapa detik, sampai akhirnya Renjun sadar dan membungkuk memberi hormat.
"Selamat pagi, pak." Sapa Renjun yang hanya diberi anggukan olehnya. "Oh kau sudah datang?" Ya, Jaehyun tidak sendiri. Ia bersama Johnny yang membuntut di belakangnya. Renjun mengangguk gugup. "Kau tidak menginap di kantor ini juga kan?" Johnny tiba-tiba melempar pertanyaan pada sepupunya itu. "Ti-tidak hyung." jawab Renjun dengan kikuk.
Sebelum masuk lift, Johnny sepertinya habis berdebat dengan pria yang lahir di bulan Februari itu. Dan Jaehyun masih dengan posisi wajah datarnya yang terlihat tak acuh.
"Jangan seperti boss - mu ini. Seperti tak punya rumah. Kau lihat penampilannya? Benar-benar tak terurus." Johnny kembali mengoceh dengan mencibirkan mulutnya.
Renjun hanya tersenyum canggung dan menggaruk lehernya yang tak gatal. Ia bingung harus merespon apa untuk setiap ocehan Johnny, faktanya ia tak sedekat itu untuk bisa ikut berujar.
"Renjun - ah bawa tasku keruangan. Aku ingin bicara dulu dengan orang ini." Ujar Johnny kembali saat lift ini sudah hampir sampai pada lantai tempat divisi mereka. Renjun yang terlihat semakin mungil berdiri di belakang mereka hanya menangguk, menerima tas Johnny
"Tarik sekalian sama orangnya Huang Renjun." Suara itu masih terdengar datar, namun seperti memerintah dan jelas membuat Renjun bingung. Mana yang harus ia dengarkan perintahnya.
"Renjun - ah aku atasanmu. Jadi cepat kembali keruangan dan bawa tasku." Johnny tak mau kalah dan Renjun pun melangkah perlahan menuju pintu lift.
"Bawa dia juga, saya boss mu." Renjun justru mematung saat pintu lift itu terbuka. Johnny yang tak mau menyerah justru menarik Renjun dan kembali menutup pintu lift dengan cepat.
Jaehyun menghela napas dengan pasrah karena keduanya justru jadi membuntutnya keruangan.
"Jay, kenapa kau jadi seperti ini sih?" Johnny masih tak berhenti mengoceh saat di ruangan Jaehyun yang tak di gubris sama sekali oleh pemilik ruangan.
Renjun berdiri mematung di pojok ruangan itu, menunduk dengan canggung sambil terus memegangi tas milik Johnny.
"Ini masih pagi, bisakah kau mengerjakan kerjaanmu saja?" Kini Jaehyun berujar, setelah cukup lama menyandarkan tubuhnya pada kursi sambil memijat keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire [JaeRen] √
Fanfiction[M] [Romance] hasrat ini tak bisa kukendalikan, aku menginginkanmu lebih... Huang Renjun ㅡ Jung Jaehyun . . . Kau begitu memikat bagai candu, yang sangat memabukkan. Namun, aku takut... Takut kau menjauhiku saat tau aku sangat mencintaimu... Jung...