20

2.6K 212 39
                                    

Tandai bagian yang typo ....

Hari ini Ali menghadiri pertemuan dengan rekan bisnisnya di luar kota ditemani Arlan yang sebelumnya dia perintahkan untuk mencari istrinya. Karena di pertemuan kali ini ada banyak yang perlu dibahas, dia pun memilih membawa Arlan untuk menggantikannya saat pertemuan jika sewaktu-waktu dia bosan. Dia hanya tiga hari mengadakan pertemuan dan di hari pertama dia sudah dibuat pusing bukan kepalang karena kerja sama kali ini butuh banyak pembahasan.

Hingga nyaris tiga jam lamanya, akhirnya pertemuan berakhir dan dia bernapas lega karena ini adalah waktunya makan dan bersantai sebelum kembali berkutat pada pekerjaannya. Saat ini dia berada di dalam mobil dikendarai oleh Arlan yang akan membawanya ke salah satu restoran ternama untuk mengisi perutnya. Tidak lama setelah itu, mobil berhenti di depan sebuah restoran kecil pinggir kota yang tidak sesuai dengannya.

"Kenapa kau membawaku ke sini? Aku memintamu membawaku ke restoran ternama bukan restoran kecil seperti ini! Apa kamu bisa menjamin kebersihannya?" Desisnya tajam.

"Maafkan saya, Tuan. Sepertinya Anda perlu makan di restoran ini," ujarnya pelan yang sanggup membuat Ali emosi karena Arlan tidak sepatuh seperti biasanya padanya.

"Sejak kapan kamu berani menentangku, Arlan?" Tanyanya tajam.

Arlan mengabaikan, justru turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Tuannya.

"Silahkan, Tuan."

Ali menggeram dan ingin menghabisi bawahannya itu detik itu juga andai isi perutnya tidak berbunyi minya diisi. Dengan penuh wibawa dia memasuki restoran kecil itu dan menuju ke tempat kosong yang ditunjuk Arlan. Saat nyaris tiba di meja yang Arlan tunjuk, tiba-tiba seseorang berjas hitam dengan sepatu mengkilap berdiri di hadapannya dengan senyum meremehkan.

"Senang bertemu Anda di sini," sapa seseorang itu begitu formal.

Ali mendelik menatap seseorang itu tidak suka. Dia memilih mengabaikan seseorang itu dan duduk tenang di kursi dengan tatapan berfokus pada ponselnya mengecek email yang dikirim oleh karyawan dan rekan bisnisnya.

"Lama tidak bertemu Anda dan Anda semakin besar kepala," ujar seseorang yang sedari tadi dia abaikan keberadaannya. Seseorang itu mengambil duduk di hadapannya dan menatapnya dengan tatapan mengejek. Dia benci berada di situasi seperti ini di mana dia tidak mau bertatap muka dengan rivalnya.

"Bagaimana kabar istri Anda? Apa dia bahagia bersama Anda?"

Mendengar pertanyaan dari seseorang yang dia anggap rival itu membuatnya mengarahkan tatapan tajamnya.

"Bukan urusanmu!" Desisnya.

Terlihat rivalnya itu tertawa renyah dan bersedekap dada dengan satu kaki bertumpu pada kaki satunya. Jangan lupakan tatapan mengejek yang membuat Ali ingin menghabisi orang di hadapannya ini andai dia tidak sadar di mana dia berada saat ini. Dia memang kejam dan terkesan tidak berperasaan, tapi bukan berarti dia membiarkan reputasinya buruk hanya karena sampah di hadapannya ini.

"Kamu benar-benar nekat, ya. Seharusnya Prilly bersanding denganku, bukan denganmu yang berhati iblis. Bagaimana ya, reaksi Prilly saat tahu saat tahu siapa dalang dari ...."

Brak

Ali hendak melayangkan pukulannya pada wajah sok tampan lelaki di hadapannya andai Arlan --- yang baru saja datang memesan makanan untuknya tidak menahannnya.

"Tuan, tahan emosi Anda."

Ali menurunkan tangannya dan menatap sekitar yang memusatkan pandangan ke arah meja yang dia tempati. Merapikan jas yang dikenakannya, dia kembali duduk dengan tenang meski tersimpan emosi yang menggebu-gebu.

SurrenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang