Sebelum baca, dengerin Arirang ariyeo-nya BTS dulu lah, biar gak kebawa perasaan 😅
***
Saat pagi menyapa, Prilly dengan setelan kasualnya telah berada di dapur, membantu pelayan menata sarapan pagi ke atas meja makan. Pagi ini ada yang beda dengannya, mulai dari cara berpakaian sampai caranya berjalan. Dengan kepala tertunduk, dia merapatkan blazernya yang kebesaran di tubuhnya.
Rambutnya digerai dan dia memilih baju rajut yang panjangnya sampai ke leher. Jalannya pelan dengan kedua paha yang dirapatkan kala rasa nyeri menyerang area intimnya.
Dia kesal, tapi bahagia sekaligus. Suaminya itu memang ganas saat malam pertama sehingga membuatnya seperti saat ini. Tapi lebih dari itu, jangan lupakan sikap manis suaminya yang demi apapun membuat kupu-kupu berterbangan di perutnya.
Bahkan dari cara suaminya membangunkannya saat pagi menyapa sungguh begitu manis. Tapi dia kesal karena cara suaminya membangunkannya malah kembali membangkitkan hasrat suaminya dan berakhir dia dan suaminya kembali bercinta dengan kilat. Cukup satu ronde tapi sukses membuatnya nyaris pingsan karena terlalu lelah. Sedangkan suaminya tampak bugar, seolah baru saja energinya terisi.
"Aku melarang kamu bertingkah seperti pelayan."
Prilly tersentak kala tangan kekar melingkari perutnya dan mengambil satu kecupan di pipinya. Saat dia menoleh, hidungnya bertabrakan dengan hidung mancung milik suaminya. Dia berusaha melepas pelukan suaminya, namun bukannya melepaskan, suaminya justru semakin mengeratkan pelukannya.
"Aku hanya ingin bersikap layaknya istri yang melayani suami," Prilly mengusap pipi suaminya dengan tatapan lembut.
Ali mendengkus. Masih memeluk istrinya, dia duduk di kursi dengan istrinya yang berada di pangkuan. Saat istrinya berontak minta diturunkan, saat itu juga satu kakinya mengapit kedua kaki istrinya sehingga istrinya tidak bisa bergerak.
"Bagiku tidak ada sosok istri yang bersikap melayani suami dengan cara bersikap layaknya pelayan. Justru, sosok istri yang bersikap melayani suami adalah dengan cara memanjakan suami di atas ranjang, mengejar kenikmatan yang berakhir menghasilkan keturunan."
Prilly memekik dan langsung menggigit pipi Ali karena ucapannya kelewat ngelantur. Apalagi di ruang makan ini bukan hanya ada mereka berdua, tetapi beberapa pelayan berlalu lalang yang curi-curi pandang melihat kelakuan tuan dan nyonya yang bermesraan tidak tahu tempat.
Bukannya kesakitan, Ali justru terkekeh dan semakin mengeratkan pelukannya. Dia menyembunyikan wajahnya di lekukan leher istrinya dan meninggalkan kecupan ringan disana.
"Kenapa lehernya ditutupin?" Tanya Ali dengan wajah yang masih ditenggelamkan di lekukan leher sang istri.
"Gara-gara keganasan kamu," ujarnya malu-malu.
Ali terkekeh. "Jangan salahkan aku yang ganas. Salahkan saja diri kamu sendiri."
"Lho, kok aku?" tanyanya dengan mata melotot tidak terima.
"Kamu terlalu menggoda, sayang. Dari bibir ketemu bibir aja udah bikin aku kecanduan, apalagi tubuh kita yang menyatu, aku makin tergila-gila sama kamu."
Blush
Prilly tidak bisa lagi menyembunyikan wajah merahnya. Suaminya ini memang benar-benar! Tidak tahu jika dirinya digoda sedikit saja langsung lemah iman. Apalagi posisinya saat ini membuatnya tidak nyaman. Takut-takut sesuatu milik suaminya kembali meminta 'hak' nya.
"Aku minta jatahku nanti malam, jangan takut," bisik Ali seolah tahu apa yang istrinya pikirkan.
Prilly mengigit pipi bagian dalamnya dengan wajah yang merah padam menahan malu. Apalagi saat ekor matanya menangkap beberapa pelayan yang tersenyum menatapnya dan Ali bermesraan di meja makan.
"Lepas, ih! Malu tau dilihatin pelayan kamu."
Masih menenggelamkan wajahnya di lekukan leher sang istri, Ali mengeluarkan kalimat dengan nada suara tegasnya yang sukses membuat pelayan yang tadi menjadi penonton setia segera berhambur keluar rumah dengan salah tingkah.
"Pecat atau bertahan?! Lakukan tugas kalian dengan benar!" Teriak Ali yang menjadi sihir bagi pelayannya.
Menggunakan satu tangannya, Prilly mencubit perut suaminya.
"Sakit, sayang," keluhnya.
Prilly mencibir. "Kamu jangan galak-galak sama mereka. Jaga nada suara kamu, aku aja kaget denger bentakan kamu, apalagi mereka."
Berdecak, Ali memutar bola matanya. "Hm."
"Aku gak minta kamu bersikap lembut ke mereka. Aku cuma minta jangan terlalu kasar ke mereka. Mereka memang seorang pelayan, tapi mereka juga punya hati. Mereka juga tidak suka dibentak, mereka juga minta dihargai layaknya manusia pada umumnya."
"Aku menghargai mereka, sayang. Tiap bulan aku menghargai mereka dengan 10 juta. Apa itu masih belum cukup?"
Kelewat kesal, Prilly kembali menggigit suaminya. Tapi kali ini hidung suaminya lah yang menjadi sasaran gigitannya. "Dihargai bukan berarti dirupiahkan, sayang!"
"Hm."
Ali menurunkan sang istri dari pangkuannya dan membiarkan istrinya menjauh darinya. Wajahnya datar. Dia kesal karena pagi yang cerah harus dibikin kesal dengan sang istri hanya karena masalah sekecil ini.
Dia lelaki yang memiliki ego tinggi. Apa yang ada di pikiran dan yang menjadi persepsinya merupakan kebenaran. Tak ada yang bisa menentang itu karena dia berpegang teguh apa yang dia pikirkan.
Prilly merasa ada yang berbeda dari suaminya pun menatap sang suami lekat-lekat. Tatapan datar dengan rahang mengeras. Tanpa berpikir dua kali, dia tahu suaminya itu sedang marah. Marah kenapa? Karena dia mendebat suaminya? Kalau iya, apa yang dia katakan merupakan kesalahan? Rasanya tidak. Tapi....
"Selamat pagi. Maaf menganggu."
Ali melengos tapi tidak dengan Prilly yang langsung menatap Arlan yang berdiri tidak jauh dari posisinya berdiri.
"Ada apa Arlan?" Tanya Prilly menatap orang kepercayaan yang merangkap jadi bodyguard adiknya itu dengan kening mengerut.
Arlan tersenyum tipis kepada Prilly dan melirik Ali yang masih melengos, enggan menatap ke arahnya. Tuannya itu memang seperti itu dan dia cukup memaklumi.
"Tuan Ali paling tidak suka didebat. Hanya itu yang ingin saya sampaikan kepada anda. Permisi."
Setelah itu, Arlan melenggang keluar meninggalkan Ali dan Prilly yang menampilkan raut berbeda. Ali yang menggeram dan Prilly yang terkejut sekaligus malu karena secara tidak langsung Arlan mengatakan jika orang kepercayaan suaminya itu melihat apa yang dia dan suaminya lakukan baru saja.
Astaga, demi apapun, dia malu!
***
Kasih konflik unyu-unyu dulu biar ada asem manisnya dikit 😄
Btw, untuk kali vote ditargetkan ya!😐
Target 150 vote maka next cepet😐 kenapa ditargetkan? Karena yang aku lihat dari awal cerita ini mendapat 200+ vote, jadi gak papalah nargetin vote dulu 😌
Jangan lupa tinggalkan jejak!💜
This story kolaborasi :
&
Salam,
Istrinya Park Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender
Teen FictionPasrah. Satu kata yang mewakili semua perasaan Prilly dari tindakan Ali yang kuasa diatas segala-galanya yang menyangkut tentang dirinya. Ali yang kejam namun begitu menyayanginya sampai tidak bisa membedakan mana cinta dan obsesi. Hidup dalam kepas...