13

6.3K 384 77
                                    

Playing Now
BTS - Don't Leave Me (Color Coded)

***

Kening Ali mengerut dalam. Tatapannya tajam, setajam elang. Sialnya, Prilly jatuh ke dalam pesona sosok Ali yang dikenal kejam dan tidak berperasaan itu. Prilly tidak menampik percikan rasa yang entah sejak kapan tumbuh di hatinya.

Menatap Ali yang tampak serius dengan berkas di pangkuannya membuatnya enggan menatap ke arah lain. Dia tidak bohong, saat Ali berkontribusi dengan berkasnya, ketampanan lelaki yang memikat hatinya itu semakin bertambah tanpa bantahan.

Tanpa sadar, senyumnya mengembang. Dari tampilan luar, Ali memang terlihat kejam dan menakutkan. Tapi, jika dilihat dari sisi terdalam, Ali merupakan sosok yang kejam namun romantis disaat yang bersamaan. Sial, kenapa pikirannya malah jatuh disaat-saat ia dan Ali berciuman?

Menggeleng pelan, diedarkan tatapannya ke penjuru ruangan Ali yang hampir semuanya dipenuhi oleh buku-buku tebal yang terletak di lemari dekat meja kerja Ali. Suatu kesenangan tersendiri baginya diperbolehkan datang ke kantor Ali dan mengamati Ali yang begitu serius dengan pekerjaannya.

Melirik jam dinding yang masih menunjukkan pukul sembilan, ia menghelat nafas panjang. Ia sempat berpikir jika memandangku Ali bekerja sepertinya tidak membosankan, nyatanya benar-benar membosankan. Sejak dua jam yang lalu ia hanya duduk manis di sofa yang tidak jauh dengan meja kerja Ali. Sedari tadi ia hanya memandangi wajah tampan Ali tanpa melakukan hal-hal lain. Awalnya menyenangkan, tapi lama-kelamaan membosankan dan membuatnya mengantuk.

Menguap sebentar sebelum pada akhirnya menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. Ia menekuk wajahnya. Kesal karena sedari tadi Ali tampak cuek dengannya. Sial, ia kalah saing dengan berkas-berkas yang mampu menarik perhatian Ali itu.

Menatap langit-langit ruangan kerja Ali yang bercat putih gading, tiba-tiba saja matanya terpejam dan kantuk semakin menyerangnya. Belum sempat mimpi menjabat tidurnya, tiba-tiba saja tangan kekar yang memeluk perutnya erat disusul dengan ciuman sensual di lekukan lehernya. Sontak ia menggelinjang, geli.

Kepalanya menoleh ke samping menatap si pelaku yang sukses membuatnya mengurung niat untuk memejamkan mata.

"Ali," gumamnya lirih menahan desahan kala Ali semakin menjadi-jadi dengan lehernya.

"Hm?" Gumam Ali yang kali ini memberikan kecupan ringan di leher Prilly.

Satu tangan Prilly bergerak mengusap rambut Ali. "Katanya lagi banyak kerjaan," ujarnya memperingati Ali.

Ali menjauhkan wajahnya dari leher Prilly. Sebagai gantinya, ia membawa kepala Prilly bersandar pada dada bidangnya. "Aku manusia bukan robot yang tenaganya tidak ada habisnya."

Prilly mengangguk mengerti. Ali memang super sibuk dan kesibukannya itu menyita banyak waktunya untuk beristirahat. Tak jarang gurat kelelahan terpancar dari wajah tampan Ali. Ia mengkhawatirkan kondisi Ali yang setiap harinya lembur bahkan telat makan, namun ia kesal dengan kekeras kepalaan lelaki itu yang selalu mengabaikan ucapannya. Menyebalkan, namun entah kenapa jantungnya berdegup kencang hanya dengan ditatap begitu intens oleh lelaki bermata setajam elang itu.

"Ya udah, kamu istirahat aja dulu. Kerjaannya lanjutin nanti selesai makan siang," ujarnya lembut sembari mengusap dada bidang Ali yang benar-benar pelukable itu.

SurrenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang