"Maaf tuan dan nyonya, sarapannya sudah jadi," Surti, kepala pembantu di mansion Ali bersuara dengan pelan. Karena dia takut mengganggu aktifitas tuan dengan nyonyanya.
Ali mengangguk, walaupun terganggu dengan kehadiran Surti, dia masih bisa menahan amarahnya karena dia sedang berbicara dengan orang tua. "Baik, kau boleh kembali ke belakang."
"Saya permisi, tuan," ujar Surti dengan berjalan pelan kembali ke belakang.
"Baiklah, sayang. Bisa kita lanjutan lain kali, lebih baik kita sarapan dulu," ajak Ali dengan menggandeng tangan Prilly ke meja makan.
Setidaknya hati Prilly sedikit lega, dengan kedatangan Surti dia bisa lepas dari otoriter Ali yang sesukanya sendiri.
******
"Halo."
"Kakak," suara di seberang sana menjawab ucapan Prilly.
"Syifa?"
"Iya ini Syifa. Kakak di mana? Kenapa tidak ada di rumah sakit? Kakak sekarang lagi di mana? Kak, Syifa khawatir sama kakak," Syifa mencerca Prilly dengan berbagai pertanyaan.
"Maaf, dek. Tapi untuk sekarang kakak belum bisa kembali ke rumah sakit buat nemenin kamu."
"Ya, tapi kenapa, kak?"
"Kakak, ehm ... Kakak sedang ada urusan di luar."
"Kakak gak lagi bohong kan, sama Syifa?"
"Ngapain coba kakak bohong sama adik kakak yang cantik ini."
"Tapi, nanti malam datang ya kak. Cuma kakak yang Syifa punya sekarang," ucap Syifa lirih.
"Iya, dek. Kakak usahain ya."
"Gak mau tahu, pokoknya kakak harus dateng malam ini!" Tegas Syifa.
"Iya sayang iya."
"Siap kakakku, udah dulu ya kak. Kasihan pulsanya suster nanti abis lagi," terdengar Syifa di seberang sana terkekeh membuatnya turut terkekeh.
"Ya ampun, dek. Kamu minjem hpnya suster? Hp kamu ke mana?"
"Hp aku gak ada pulsanya, kak."
"Ya udah, udah dulu ya. Nanti malam kakak usahain buat datang."
"Baiklah, bye Kakak."
"Bye too."
***
"Telpon dari siapa?" Prilly terkejut dengan seseorang yang tiba-tiba bersuara di belakang tubuhnya.
"Telpon dari Syifa", jawab Prilly sambil membalikkan badannya.
"Kenapa sama Syifa?"
"Dia minta aku, buat dateng malam ini ke rumah sakit buat nemenin dia"
"Dan kamu akan pergi kesana?"
"Kalau kamu mengizinkan, aku akan pergi tapi kalo kamu tidak mengizinkan maka aku ti.. "
Ali dengan cepat memotong omongan Prilly "Baiklah, aku mengizinkanmu untuk menemui adik kamu di rumah sakit"
"Benarkah? Kamu tidak berboongkan?"
"Benar, tapi ada syaratnya"
"Apa syaratnya?"
"Bilang sama adik kamu kalo aku calon suami kamu? Bagaimana?"
"APAAA?", Prilly reflek berteriak di depan Ali dengan suara 8oktafnya tersebut.
"Kalo tidak mau juga tidak apa-apa. Maka aku tidak mengizinkan kamu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender
Fiksi RemajaPasrah. Satu kata yang mewakili semua perasaan Prilly dari tindakan Ali yang kuasa diatas segala-galanya yang menyangkut tentang dirinya. Ali yang kejam namun begitu menyayanginya sampai tidak bisa membedakan mana cinta dan obsesi. Hidup dalam kepas...