10

5.4K 424 28
                                    

Dirimu bagaikan bintang di langit, tampak dekat tetapi susah untuk digapai

~Surrender~

******

Tak terasa waktu berlalu begitu dengan cepat. Waktu untuk kembali ke rumah pun sudah tiba. Dan kini waktunya untuk Prilly juga Ali untuk kembali ke rumah.

"Ali", Prilly memanggil Ali dengan nada pelan.

"Iya, ada apa?", jawab Ali tanpa mengalihkan pandangannya ke arah Prilly.

"Syifa bagaimana? Kan kita pulang jam 5, tapi Syifa kan pulang jam 4", suara Prilly menyerukan isi hatinya.

"Tenang saja, aku sudah menyuruh sopirku untuk menjemputnya", jelas Ali singkat.

"Yasudah kalo begitu", Prilly kembali mengalihkan pandangannya ke arah jalanan.

"Apakah pemandangannya lebih indah dibandingkan dengan aku?", suara Ali mengalihkan pandangan Prilly.

"Hah?"

"Apakah sekarang kuping kamu bermasalah?"

"Tidak, hanya saja...."

Ali dengan cepat memotong omongan Prilly yang belum selesai "Hanya saja apa? Berbicaralah yang benar jangan setengah-setengah begitu", Ali mengintruksikan agar Prilly berbicara dengan benar dan lancar.

"Hah tidak. Tidak apa-apa"

"Apa kamu yakin?"

"Iya percayalah"

"Seriously?"

Tanpa disadari oleh Prilly, bahwa mobil yang ia tumpangi dan Ali menepi dan berhenti di daerah yang cukup sepi bahkan jarang dilalui oleh kendaraan lain. Karena jalan tersebut merupakan jalan paling dekat menuju ke rumah Ali dari kantor begitu sebaliknya.

"I...i...iya", Prilly gugup karena tiba-tiba Ali sudah mendekatkan wajahnya ke arah wajahnya.

"Tidak ada yang sedang kamu sembunyikan dariku kan?", suara Ali mengintrogasi dengan tegas.

"Tidak ada", Prilly mencoba untuk menjauhkan wajahnya dari wajah Ali yang sangat dekat ini, karena hal itu membuatnya menjadi gugup.

"Apakah kamu bisa aku percaya?", Ali kembali memajukan wajahnya hingga Prilly tidak bisa lagi mengelak.

Prilly terpaku, terdiam untuk sesaat. karena dia untuk kesekian kalinya terpesona akan keindahan mata Ali yang dimemancarkan kasih sayang dan cinta untuknya.

"Prilly", panggil Ali karena dia terdiam tanpa menjawab pertanyaan yang Ali lontarkan kepadanya.

Entah siapa yang memulai, bibir mereka saling menukar saliva, dan tanpa disadari oleh Prilly bahwa tangannya sudah berada dibelakang kepala Ali dan menekan tengkuk Ali untuk memperdalam ciuman.

Ali tersenyum disela ciumannya bersama Prilly, karena Prilly sudah terbiasa dengan kelakuannya yang seenaknya sendiri ini dan ia menyukai hal tersebut.

Prilly yang sudah kehabisan nafas, akhirnya mengakhiri ciuman yang baginya itu sudah nikmat, dan ia langsung memalingkan wajahnya agar Ali tidak melihat wajahnya yang sudah seperti kepiting rebus itu.

SurrenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang