"Jangan pernah ragukan cintaku padamu. Dan jangan kamu pedulikan semua omongan yang bukan dari mulutku, karena aku jauh lebih tahu siapa diriku"
~Ali~
******
"Eugh" lengguh Prilly ketika merasakan hari sudah pagi atau bahkan siang dan dia baru bangun tidur dan ketika akan menggerakkan badannya dia merasakan pelukan yang semakin dieratkan oleh si pemilik tangan didepannya.
"Morning kiss", Ali langsung mencium bibir Prilly dengan kilat.
"Aliiiii", teriak Prilly karena dia terkejut dengan tindakan yang dilakukan oleh Ali secara tiba-tiba.
"Jam berapa sekarang?", Ali bertanya sambil meregangkan otot-ototnya.
"Jam 10", jawab Prilly ketika dia melihat ke arah jam dinding di kamar.
"APAAA? JAM 10", teriak Ali karena baru sekarang dia bangun terlambat dari biasanya. Atau karena dia terlalu nyaman memeluk Prilly sehingga dia bisa bangun kesiangan.
"Ali, kenapa kamu teriak-teriak sih?"
"Aku bangun kesiangan, sayang. Kenapa tidak membangunkan aku", Ali terlihat buru-buru mengambil handuk dan akan mandi, pastinya dia terlambat ke kantor.
Ketika akan membuka pintu kamar mandi suara Prilly membuatnya terhenti, "Hari ini kan hari minggu. Apakah hari minggu kantor tetap masuk?", ujar Pilly sambil membenarkan letak selimut untuk menutupi bagian atasnya.
"Sekarang hari minggu?", tanya Ali yang kembali berjalan ke kasur dan duduk disebelah Prilly.
"Iya, tuh lihat sekarang tanggal merah. Masa kamu mau masuk kantor, kamu mau ngapain? Ngepel kantor, atau mau ngebersihin toilet di kantor kamu", Ali speechless karena baru sekarang Prilly begitu cerewet dan menggemaskan pastinya.
Dan tiba-tiba tawa Ali menggelar di setiap sudut, karena hanya dipenuhi oleh suara tertawa Ali. Ali terkejut karena baru sekarang Prilly menunjukkan sifat aslinya setelah beberapa bulan tinggal bersamanya, atau bahkan bisa dihitung dengan tangan kapan gadis itu cerewet dan menggemaskan begitu sambil memanyunkan bibirnya tersebut.
"Kok malah ketawa sih?", Prilly memukul lengan Ali dengan keras. Bukannya merasa sakit, tapi Ali merasa dipijitin dengan tangan mungil Prilly.
"Stop-stop, Ali berhenti ketawa", suruh Prilly semakin mengencangkan pukulannya di lengan Ali.
"Iya iya, udah dong ga usah mukulin terus. Sakit tau", itu cuma alibi Ali padahal pukulan Prilly tidak sakit sama sekali.
"Aku boleh gigit pipi kamu ga sih?", Ali mengucapkan hal itu sambil menahan gemas karena melihat pipi Prilly yang chubby.
"Engga, kamu kira pipi aku bakpao Mega Jaya apa? Gaada-gaada", tolak Prilly sambil memegang pipinya agar tidak digigit oleh Ali.
"Sekali aja, boleh ya. Habis itu ga lagi, ayo dong, sekali aja. Dosa tau nolak permintaan calon suami kayak gitu", Ali terus saja menggoda Prilly dengan mencolek pipi Prilly dari samping dan Ali tidak mengetahui bahwa Prilly sedang menyembunyikan pipinya yang merona karena ucapan Ali.
"Aliiiii stopp, kamu apa-apaan sih", sahut Prilly dengan menjauhkan tangan Ali yang tidak mau diam.
"Ih kok pipi kamu merah, kamu kan belum pake blush on", Ali terus saja menggoda Prilly dengan tatapan mata genit.
"Udah sana, keluar aku mau mandi"
"Yaudah kalo mau mandi ya mandi aja sana"
"Tapi ga ada kamu disini, Ali"

KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender
Fiksi RemajaPasrah. Satu kata yang mewakili semua perasaan Prilly dari tindakan Ali yang kuasa diatas segala-galanya yang menyangkut tentang dirinya. Ali yang kejam namun begitu menyayanginya sampai tidak bisa membedakan mana cinta dan obsesi. Hidup dalam kepas...