17

1.6K 197 22
                                    

Butter - BTS

[ Lagunya emang gak sesuai sama part ini, cuma buat penghibur aja😆 Harus dengerin ya! Lagunya bikin adem😂 ]

Tandai bagian yang typo...


Hari ini Prilly ingin memakan waffle di salah satu kafe ternama yang begitu terkenal dengan kelezatan wafflenya. Maka dari itu, satu jam menjelang jam makan siang, Prilly menghubungi Ali untuk bertemu di kafe yang ingin dia datangi, letaknya tak jauh dari kantor Ali. Meski Ali sempat mendebatnya karena lelaki itu berkata memiliki banyak pekerjaan dan bersikukuh makan siang di kantor saja, pada akhirnya Ali kalah darinya.

Lelaki itu pada akhirnya setuju makan siang di kafe. Entahlah, mungkin saat ini dia tengah mengalami yang namanya ngidam, menikmati waffle di kafe tepat jam makan siang bersama Ali. Membayangkannya saja nyaris membuat air liurnya jatuh.

Sekarang, dia berada dalam perjalanan menuju kafe yang sudah dijanjikan. Tiga puluh menit lagi jam makan siang dan tidak ada salahnya dia sampai lebih dulu di kafe. Toh, sembari menunggu Ali datang, dia bisa mencicipi makanan lainnya. Berhubung belakangan ini nafsu makannya bertambah, mungkin efek kehamilan.

Mengenai kehamilan, dia belum memberitahu Ali. Dia masih menunggu waktu yang tepat untuk memberitahu Ali dan waktu yang tepat itu adalah, tepat ketika Ali meresmikan cabang perusahaan barunya.

Senyumnya merekah ketika mobil yang dikendarai sopir berhenti di depan kafe. Melirik jam tangan, rupanya jam makan siang kurang dua puluh menit lagi. Jadi, dalam otaknya dia telah merangkai apa saja yang dia lakukan selama dua puluh menit sebelum Ali datang.

"Terima kasih ya, Pak. Saya pulangnya diantar Ali, bapak boleh langsung balik," ujarnya sebelum menuruni mobil dan melangkah memasuki kafe.

Setelah menemukan tempat duduk yang menurutnya cocok untuk ditempatinya dan Ali yang memang kurang suka keramaian, tempat paling pojok pun jadi pilihannya. Memangkas kebosanan, Prilly memesan  cake dan matcha milk untuk dia santap sebelum menyantap waffle bersama Ali. Tenang saja, perutnya masih cukup ruang menampung semua makanan.

Baru dua suapan cake yang dilahap, tiba-tiba seseorang bersetelan formal mengambil duduk di depannya. Mendongak, dia menatap heran seseorang tersebut. Bukan, dia bukan Ali. Justru seseorang yang sama sekali tidak dia kenal.

Mungkin, rekan kerja Ali yang tahu padanya?

"Maaf, Anda siapa?" Tanyanya sopan sembari melirik pintu kafe, takut suaminya datang dan berprasangka buruk padanya.

"Suamimu lama datangnya," sahut lelaki itu membuatnya mendelik.

Lelaki itu terkekeh. Entah apa yang membuatnya terkekeh. Apa yang lucu?

Menyadari perempuan di hadapannya menatapnya tak suka, lelaki itu berdeham, menormalkan ekspresinya.

"Maaf membuatmu tak nyaman. Kenalkan, saya Rafa. Kamu mungkin tidak kenal saya, tapi saya kenal kamu, Prilly."

Prilly tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, namun dengan cepat bersikap tenang.

"Anda rekan suami saya?" Tanyanya to the point yang dibalas gelengan kepala oleh lelaki itu.

"Lalu, kenapa Anda..."

"Seseorang yang pernah dipercayakan untuk menjagamu," potong lelaki bernama Rafa itu dengan cepat membuat Prilly menatapnya bingung.

SurrenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang