1

8.6K 509 40
                                    

"Saya ingin meminang putri anda," ujar seorang pria berdasi dilengkapi dengan jas hitam mahal yang semakin menambah kesan tampan nan gagah di dalam dirinya yang menunjukan jika dirinya sungguh berkuasa dari lelaki paruh baya yang duduk di depannya itu.

"Sejak kapan kau tahu putriku? Seingatku, satu rekan bisnisku tidak pernah aku beritahukan seperti apa sosok putriku," ujar lelaki paruh baya dengan kening yang mengerut.

Merapikan jasnya dan menegakkan duduknya. Pria bernama Ali Alfarezi itu menyunggingkan senyum miring.

"Apa yang tidak bisa saya dapatkan di dalam kuasa saya," ujarnya angkuh.

"Kau...pernah bertemu putriku?"

Ali menggeleng. "Tidak. Sama sekali tidak. Saya hanya mengawasi putri anda dari jauh."

Bagas, lelaki paruh baya yang duduk berhadapan dengannya mengepalkan kedua tangannya dengan raut wajah menahan emosi.

"Jauhi dan lupakan putriku. Di luaran sana masih banyak perempuan yang jauh lebih sempurna dari putriku," sentak Bagas tidak terima jika putrinya menarik perhatian Ali. Sampai kapanpun, Bagas tidak akan sudi memberikan putrinya kepada Ali yang terkenal dengan kekejamannya dalam dunia bisnis. Tidak peduli jika yang ia bentak merupakan orang terpandang yang jauh di atasnya.

"Kalau saya hanya ingin putri anda, apa yang anda lakukan?" Tanya Ali menantang.

"Kau...." Bagas berdiri dari duduknya dan menarik kerah baju Ali.

"Saya tidak sudi memberikan putriku kepadamu!" Teriak Bagas yang langsung menyeret Ali keluar rumahnya sebelum istri dan kedua putrinya kembali dari pasar.

"Saya tidak terima anda perlakukan saya seperti ini. Tunggu saya membuat nyawa anda melayang atau serahkan putri anda pada saya."

Setelah mengatakan itu, Ali bergegas memasuki mobilnya dengan aura yang menyeramkan. Ia tidak main-main dengan ucapannya. Soal bunuh-membunuh, Ali memang tidak pernah main-main akan itu.

"Terserah kau saja, aku tak peduli," teriak Bagas setelah Ali memasuki mobilnya.

***

Ali memegang selembar foto yang berisi wajah gadis cantik yang tidak sengaja dilihatnya di sebuah restoran waktu lalu dengan tatapan memuja. Dengan kekuasaan yang dimiliknya, Ali menelusuri siapa sosok gadis yang menarik perhatianya itu. Dunia memang sempit, ternyata gadis cantik yang memikat hatinya itu anak dari rekan bisnisnya.

Dengan keberanian yang memang sejak dulu dimiliki dan digenggamnya, Ali mendatangi rumah rekannya itu seminggu setelah ia hanya berani mengawasi gadis pujaannya dari jauh. Sayangnya, rekannya yang satu itu menolaknya dengan kata yang sungguh membuatnya terhina. Sangat jelas di ingatan bagaimana kelakuan rekannya itu. Menolak bahkan berani menyentaknya.

Rekannya....tidak mau menerima lamarannya yang ia lakukan dengan serius untuk gadis pujaannya itu. Rekannya menolak lamarannya dengan cara tidak terhormat. Ia kuasa namun terhina oleh rekannya yang jauh di bawahnya itu. Ia marah dan kemarahannya harus terbayarkan dengan nyawa.

"Aku akan membunuhmu," gumamnya dengan tatapan misterius dan senyum yang menakutkan.

***

"Kak, papa meninggal."

Gadis yang baru turun dari mobilnya yang telah diparkirkan di parkiran kampus ternama itu langsung berdiri kaku dengan air mata yang menggenang. Panggilan yang masih terhubung dengan adiknya membuatnya langsung kembali memasuki mobil dan menancap gas menuju rumah sakit tempat papanya dilarikan setelah kecelakaan terjadi, begitulah menurut informasi yang didapatnya dari adiknya yang menangis tergugu di seberang sana.

SurrenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang